001. Untuk Sang Penari Erotis

1412 Words
    Warna-warninya lembut dengan iringan musik tarian gemulai, meliuk-liuk tanpa peduli sebuah tatapan yang mengerikan. Cercaan atau makian berambisi ketika menilai dan mengeja kata yang pantas untuk wanita bak bidadari bermata biru saphir. Cantik dengan nama Zhachza Elana.     Gemercik air di antara gelas penonton kelas atas tertuang dalam wadah anggunnya. Tatapan zona mewah ruang VVIP merajalela ketika Zhachza mulai meluruhkan gaun putihnya, membelai lembut surai yang bergelombang. Panjang nan indah ketika Zhachza menanggalkan kaitannya.     Dengan menahan butiran-butiran kecil air mata karena bukan ini pekerjaan yang sebenarnya Zhachza harapkan, Zhachza menuruti semua perintah atasan pemilik bar. Hampir sepekan ia memasuki ruang gemerlap penuh dengan mata sensasi. Menghamburkan cahaya dan kertas-kertas nominal yang begitu besar ketika Zhachza mulai membuat dirinya telanjang d**a.     Kemewahan itu bukan keinginan. Zhachza tidak pernah mengharapkan suatu tempat dengan musik dan wewangian alkohol, sorak sorai menawarkan kehangatan, atau sekedar hal seperti ini. Penari erotis! Sebutan yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan hidup dan sosial keluarganya saat ini.     Namun demikian sayangnya, kecantikan serta wabah yang selalu menggerayanginya tidak terbayar oleh semestinya. Zhachza harus tetap berjaga hingga dini hari dengan membersihkan beberapa bekas pesta para tamu kelas atas. Tidak jarang sesekali orang menawarinya dengan harga yang begitu tinggi dengan dalih menyetubuhinya. Namun Zhachza menolak. Ia merasa cukup hina dengan pekerjaan barunya. Dan Zhachza memang merasa uangnya cukup memenuhi kebutuhan hidupnya bersama Hans.     Akan tetapi tidak dengan kilatan lampu yang menyorot redup ke arah pria paruh baya. Dengan suit putih cerah itu ia terus memperhatikan gerak yang menyajikan seni dan sensasi seorang Zhachza. David Moyes Divano menyeruput kadar alkohol rendah dengan rasa anggur pada fermentasinya. David mengecap rasa khas pada minuman sambil menikmati keindahan tubuh Zhachza.     Filter lampu ruangan yang menghitamkan kulit tubuh Zhachza mampu membuat siapapun terbuai dan ingin berbuat jahat. Ya, kejahatan ketika tak mampu memiliki diri Zhachza.     Terutama seorang duda bernama David itu rela membayar mahal demi untuk berbincang dengan Zhachza. Pria bertato dengan wajah tegas itu tengah menunggu Zhachza menyelesaikan pekerjaan. Bergumul dengan cahaya dan pergerakan panas.     Kedua kelopak mata David sama sekali tidak berkedip apalagi sejengkal kata dari mulut, kelincahan jemari lentik yang melambai bak angsa mengepakkan sayap. Terbentang di antara luasnya kepuasan tersendiri ketika David tidak mampu menunda, dan ia menghampiri Zhachza.     Dari kejauhan David berjalan bak model kelas atas dan meraih kemenangan pada pinggang serta kaki yang menyerupai duri. Zhachza hanya terpejam menikmati keindahan sentuhan David, meraba hingga mencermati hembusan napas segar mint dari mulut David.     "Aku ingin berbicara sesuatu." ucap David dengan bahasa asing di telinga dan mengecup belah d**a yang mengkilat oleh keringat.     "Ya, tuan Julian sudah membicarakannya." Zhachza meraih kepala David. Menyentuh untuk merasakan rambut pada rahangnya di antara gerakan pelan layaknya dansa.     "Apa bos mu mengatakan sesuatu?" David meraih pergelangan tangan Zhachza saat bergerak terhuyung hendak bermanja-manja dengan tarian.     "Tidak! Mungkin Anda bisa mengatakannya sekarang tuan!" Bella tidak mengira jika lelaki tak lagi muda namun begitu menawan mampu melawan gerakan eksotisnya.     Satu pagar besi di tengah meja bar yang nampak seksi, David melingkarkan kedua tangan Zhachza menggapai cita dengan meraba bentuk rata perut Zhachza. Merenyuk hingga merayap bak kelekatan kekal yang begitu hangat dari jari kasar David.     Beberapa tamu berjumlah tak lebih dari lima belas orang, kini terkabulkan hawa panas oleh sensasi Zhachza dan David. Apalagi saat Zhachza melingkarkan satu kakinya pada pinggang David, membimbing tangan yang menahan tubuh dan mulai melepaskan kaitan bra. Meremasi kedua pangkal paha dan membakar tubuh Zhachza dengan kecupan kecil di leher.     "Permintaanku ini agak sedikit berbeda. Luar biasa tapi aku tidak tahu kau akan menerimanya atau tidak." David memapah tubuh Zhachza, tersudut pada batas panggung eksotis.     Satu sajian botol wine dengan harga fantastis David terima dari tangan pelayan. Meneguk satu rasa pertama yang begitu menggiurkan.     "Apa perbuatan ku ini aman? Tidak terendus oleh pihak hukum?" jawab Zhachza memastikan, lalu membuka mulut saat David menuangkan cairan di dalam rongganya.     "Sudah pasti aman. Tidak ada hukum ataupun polisi yang berani menyentuh atau menentang ku." Decap nikmat dari kalimat yang terlontar, David menggapai tubuh itu dalam kungkungan tangan.     "Kalau begitu permintaan Anda diterima." bisik Zhachza melerai botol wine dari tangan David.     "Kau yakin Nona Elana?" David memperhatikan kilatan merah dari wine yang meleleh dari bibir hingga d**a telanjang Zhachza.     "Tentu saja! Asal aku menikmatinya." Zhachza meraih tengkuk David. Kembali berpasrah mengikuti iringan musik dan gerakannya.     Mulut dan bakal bulu di rahang, serta mata coklat tua seorang David meregang. Ia menyeruput tiap tetes wine membasahi gumpalan kenyal yang menggelora. Halus dan manis kala lidah David menyapu bersih sisanya. Sejuk dan segar ketika Zhachza membelai, membayar perbuatan.     Kini cairan separuh yang telah tertelan, menyayangkan ketika David melempar begitu saja. Mengangkat tubuh Zhachza diterima dengan sebuah rengkuhan serta David memburu leher yang mengejeknya dengan ambisi. Menerangkan maksud dan gairah.     Wangi itu, harum nan membuat frustasi akan hawanya. Zhachza menggigit bibirnya saat David menguasai d**a dan pinggangnya, meraba hingga menciptakan pijatan lembut dengan wajah menengadah.     "Kau pasti akan menikmatinya. Karena aku menginginkanmu sayang." David meracuni semua pikiran peminat orang di bar untuk segera urung menyewa Zhachza. Menghindar akan tubuh dengan lekukan sempurna Zhachza.     Zhachza meraih rambut tebal David saat mulai menyanjungkan emosi dengan tarian membara. Ia mendongak sekedar melihat hiasan langit-langit dengan gemerlap lampu dan kilikan ujung kecil di dadanya.     "Aku bukan barang tuan. Kau bisa mempekerjakan aku di bar milik perusahaan atau rumahmu saat pesta," Zhachza membenamkan kepala David dengan tangan dan sensasi naik turunnya d**a yang menanggung tarian. "Dan aku tidak menawarkan bayaran tinggi. Tapi jika Julian sudah menerimanya, itu akan sepadan dengan uang Anda."     "Sungguh? Aku harap kau tidak muntah mendengarnya. Dan ada bayaran khusus setiap minggunya." David menangkap tubuh yang kini menjauh. Menatap wajah tampannya sejajar dengan kenyataan.     "Setiap Minggunya? Bayaran khusus?" tanya Zhachza menerima kehadiran tangan membalikkan badannya. Mengecup bahkan kembali menguasai d**a.     "Ya, aku ingin menikahimu." benderang cahaya yang kini menusuk rongga dan mata Bella akan silaunya mulai menggelap.     Zhachza terhenyak dan melepaskan pelukan David, ia menatap penuh tanya. "Me--nikahi... Aku?"     Mata yang berbinar kini seolah keruh saat David berjalan pelan, menangkap tubuhnya dan memberikan kecupan manis di bibir Zhachza.     "Ya, aku ingin menikahimu Nona Elana." Zhachza tak percaya, ia tampak gemetar saat kilatan lampu lembut kembali menyirami dengan alunan musik.     "I--ini bukan pekerjaan Tuan. A--ku tidak bi..."     Nada nya terhenti saat David memeluk untuk mencumbu tubuh yang masih mengenakan celana dalam. Zhachza menggigit bibirnya saat sesapan lidah dan tangan yang begitu membekukan aliran darah. Pening sekaligus geram dengan semua perlakuan David.     "Ini bukan pekerjaan! Tapi kehidupan setelah pernikahan sayang. Sesungguhnya." David menjerumuskan manusia yang tengah menolak memasuki celah pintu.     Zhachza memberontak terhadap pinta David. Namun tangan David membuka cepat celana dalam Zhachza, beringsut lamban dan merentangkan kedua kaki Zhachza lebih lebar.     "Anda baru me--ngenalkuhh! Bagaimana bi--sa Anda ingin... Aaahhh... Me--nikahi aku?" Zhachza menyingkap tabir asmara dengan kedua tangan. Kecupan di kunci pahanya sungguh menyesatkan.     Tabiat itu tak dapat diredam atau bertahan agar tak melalui maksiat. David mengganjar kecantikan yang menggodanya, mencium dan menjilati lubang tak kasat mata akan nikmatnya.     "Baru saja aku mengenalmu! Menikah bukan kriminal, kenapa kau sangat khawatir?" David menangkap wajah yang ternganga, berkedip lemah saat ia menusukkan jari tengahnya.     "Ini hanya sensasi, kehangatan yang wajar dan kita bisa menginginkannya saat kita mau." timpal David memudahkan, Zhachza meremas rambutnya dan menekan meja untuk menahan tubuh yang terserang aliran ternikmat..     "Urusan Pamanmu bisa teratasi. Semuanya." di dalam kamar, David menyatakan bahwa ia tak sekedar bermain dengan lidahnya. Namun kata-kata itu memiliki kadar yang seadanya.     "Eeummhh... Bagaimana ji--ka aku me... Aahh... Hhhahh... Menolaknya?" Zhachza menahan hangatnya lidah dan jemari yang berkualitas. Menguasai hingga memporak-porandakan miliknya.     Kodrat permasalahan itu mengusaikan perkataan. David menegakkan tubuh dan membuka sabuk melingkar di pinggangnya. Membuka gebrakan yang telah menantang adrenalin. Aset yang telah meluruskan niat dan David menarik tubuh Zhachza mendekati pahanya.     "Maka kau akan menerimanya malam ini sayang." Terang ungkapan itu terlunasi oleh lenguhan panjang Zhachza.     David menggetarkan tubuh dan denyitan kayu yang tengah menjadi sandaran. Ia menekankan tujuan dengan pelan dan melanjutkan oralan kemudian petting, mencabut dan menjerumuskan kembali untuk meregangkan otot yang membelit.     Malam yang dingin dengan musim hujan menyirami atap dan tanah bar ternama di Jakarta. Sinarnya pekat ketika sang malam mulai di penghujung, dan rembulan nampak terbelalak seolah mata yang menjadi saksi.     Keseksian itu tengah melekat pada tubuh yang berdiri dan masih mengenakan penutup badan yang lengkap. Kemeja dan celana jeans masih menjunjung permainan David. Ia mengguncangkan tubuh Zhachza.     Zhachza menjerit kecil hingga mengeras kan suara irama cumbu yang telah melekat sedalam-dalamnya. Menekan di sertai jilatan dahaga pada leher dan Zhachza mengiyakan semua percintaan ini. Menyetujui pinta bahkan menanggapi perlakuan David memanjakan dirinya di atas pangkuan ranjang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD