Lima Ratus juta.

1038 Words
Aku tidak pernah meminta di lahirkan untuk menjalani hidup seperti ini, tapi aku tidak menyesal telah terlahir di dunia ini dengan cinta kasih yang pernah aku rasakan. ? Sherin Qotrunada ? ***** "Diam kau!" bentak pak Heri. Pak Heri menarik paksa tangan Sherin hingga membuat Sherin meringis kesakitan, sungguh malangnya nasib Sherin. Terbebas dari cengkraman harimau dan terkurung di kandang singa. Tampak dua orang bertubuh besar tinggi, berwajah sangar memakai seragam serba hitam lengkap dengan keacamata hitam yang bertenggeng di hidung mereka berjalan mendekati pak Heri dan membuat Sherin bergedik ngeri. "Kau Roy, urus di dalam." Sambil mengarahkan wajahnya pada ruang VIP 2. "Dan kau Boni, ikut dengan ku," titah Heri dengan nada penuh amarah. "Siap Tuan." Serentak mereka menjawab. Keduanya adalah pengawal setia pak Heri yang selalu menemaninya kemana pun. Tanpa pikir panjang, pak Heri membawa Sherin keluar dari Club mewah yang di penuhi oleh manusia manusia yang menjadikan tempat itu sebagai pelarian setelah menjalani hari hari dengan berbagai macam masalah. Ada yang hanya sekedar ingin melepaskan penat, ada juga yang menjadikan sebagai lahan pundi pundi rupiah hingga menjadikan tempat ini sebagai tempat mengeluarkan nafsu birahi yang tak cukup dengan pasangan mereka yang setia. "Tolong lepasin saya pak, kasihani lah saya pak. Saya hanya bekerja untuk sesuap nasi pak." Sherin memohon agar bisa di beri pengampunan oleh pria paruh baya yang kini mencengkeram kuat tangannya. "Diam kau... Kau akan mendapatkan berapapun uang yang kau mau," bentak pak Heri. Apakah Sherin akan pasrah dengan keadaannya saat ini? jawabannya tentu tidak. Seorang Sherin tidak akan dengan mudah pasrah begitu saja membiarkan dirinya akan celaka di tangan seorang yang tidak di kenalnya. Kali ini, Sherin mencoba peruntungannya dengan menendang kaki pria paruh baya yang menyeretnya itu. Tapi usahanya sia sia saat si pengawal, Boni menarik kakinya yang hendak menendang sang Tuannya. "Kau? Dasar tidak tahu diri. Cepat angkat dia!" Pak Heri berteriak dengan bola mata yang hampir keluar, rahangnya mengeras melihat Sherin yang masih saja terus melawan. Dengan cepat, tangan besar Boni mengangkat tubuh Sherin yang terlihat mungil sepertu mengangkat karung beras dua puluh kilo, kini Sherin telah berada di bahu Boni dengan posisi kepala yang menghadap ke belakang bawah dan kakinya yang berada di depan tubuh Boni di pegang erat membuat Sherin tak bisa berkutik. "Lepaskan aku, lepakan... Tolong.. Tolong..." Sherin berteriak seraya memukuli punggung Boni. Boni mengikuti arah Tuannya yang berjalan di depannya, langkahnya sangat cepat seperti tidak terbebani dengan keberadaan Sherin yang terus memukulinya. Ketiganya kini telah sampai di depan pintu utama Club mewah itu dan menunggu sopir pak Heri menjemput, tiba tiba mereka di kagetkan dengan suara seorang pria yang memanggil nama Sherin. "Sherin... Hei tunggu!" teriak pria yang berusia kisaran empat puluh delapan tahun sambil berjalan cepat menemui mereka. "Siapa kalian? Lepaskan Sherin," ucap Romi saat tiba di hadapan mereka seraya mencoba menurunkan Sherin dari tangan pengawal besar tinggi itu. Ya, dialah paman Sherin yang mempekerjakan Sherin di tempat ini membuat hidup Sherin setiap harinya harus waspada akan amukan kucing garong yang akan mencakar kapan pun mereka lapar. "Tolong aku paman, tolong aku..." Sherin masih menaruh harapan pada pamannya untuk menyelamatkan dirinya. "Kau yang siapa? aku akan membawanya bersama ku dan akan aku menikahi dia." Tak kalah sangar, pak Heri pun membentak pria yang hendak mengacaukan rencananya. "Apa kau bilang? menikahi dia? ooohh... jelas tidak bisa. Aku pamannya, dan dia sumber pundi pundi rupiah ku. Enak saja kau mau menikahinya." Romi mulai meradang mendengar sumber uangnya akan di nikahi oleh orang yang tak di kenal. "Berapa yang kau mau? katakan? aku akan membelinya saat ini juga," seru pak Heri tanpa basa basi. Deg... 'Habis lah aku, si mata duitan itu pasti dengan gembira menyebutkan nominalnya. Dan aku? ya tuhan... kenapa aku harus mengalami ini semua?' Batin Sherin berteriak histeris. "Wah... Apa kau serius?" Mencoba meyakinkan dengan apa yang ia dengar barusan. "Cepat katakan? Aku tak punya waktu lama," titah pak Heri jengah. Romi tampak berfikir keras untuk menyebutkan nominal yang akan ia minta dari pria tua yang akan menikahi ponakannya tersebut. "300 juta," ucap Romi ragu. "Eh... Tidak tidak... 500 juta." Romi menganggkat kelima jari tangannya di hadapan Heri. "Baiklah, deal. Dan ingat? setelah ini kau tidak berhak pada dirinya, bahkan sekedar bertemu pun kau tak boleh? bagaimana?" Pak Heri mengeluarkan cek dan sebuah pena untuk menuliskan nominal yang di minta oleh Romi. "atau tidak sama sekali?" lanjutnya karena melihat Heri yang mulai berfikir kembali. "Aku mohon paman, jangan biarkan aku seperti ini. Tidak kah kau menyayangi ku seperti kau menyayangi ibu ku dahulu? Tidak kah kau kasihan pada anak yatim piatu seperti ku ini paman? Kau dulu berjanji akan menjaga ku paman. Tolong lah aku paman," teriak Sherin sambil meronta ronta, berharap di lepaskan oleh Boni. Tapi sayang usahanya sia sia Boni sedikitpun tidak bergerak dari sikap tegapnya. "Bb..baaik.. Aku setuju..." Perkataan itu lolos begitu saja dari mulut Romi, bahkan ia tak sedikitpun merasa iba pada Sherin yang sedari tadi menangis. Pak Heri melirik Romi sebelum ia menandatangani selembar cek tersebut. Kemudian ia melempar kertas cek itu pada Romi dan segera menaiki sebuah mobil mewah berlogo Range Rover Evoque berwarna putih yang telah tiba di hadapan mereka. "Paman, tolong aku paman. Jangan lakukan ini padaku paman..." Sherin masih berteriak berharap kemurahan hati sang paman untuk menyelamatkannya. Sungguh malang, pamannya sama sekali tak menggubris jeritannya hingga kini ia telah berada di dalam mobil mewah itu bersama tiga orang laki laki yang tak ia kenali asal usulnya. "Hiks hiks..." Sherin terus menangis meratapi nasib diri nya yang sebentar lagi akan di nikahi oleh tua bangka yang telah membelinya seharga lima ratus juta pada pamannya sendiri. "Diam lah. Jangan menangis terus," bentak pak Heri dengan mata yang membesar. Sherin menutup wajah dengan kedua tangannya, menjerit dalam hati, ingin menyalahkan semesta yang tak pernah berpihak padanya. Tapi semua telah menjadi bubur, mau tidak mau siap tidak siap ia tetap akan dinakahi oleh pria yang secara tidak langsung menyelamatkan dirinya dari terkaman harimau serta penyiksaan dari pamannya. "Boni, kau hubungi segera Roy minta dia mengurus segala tentang perempuan ini. Dan belikan pakaian dan perlengkapan sehari harinya. Aku mau yang mahal dan berkelas, jangan membuatku malu," perintah pak Heri pada pengawalnya. "Baik tuan." Boni menganggukkan kepalanya dan segera menghubungi rekannya Roy yang masih menyelesaikan urusan di Club mewah tempat Sherin bekerja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD