Persetujuan.

1061 Words
Mobil berwarna putih yang membawa Sherin di dalamnya telah berhenti di sebuah rumah mewah berwarna dominan putih dengan kilau lampu indah yang menghiasi rumah tersebut serta taman indah di halamannya yang dibuat dengan sedemikian rupa hingga membuat siapa saja yang melihatnya merasa tenang. "Maaf Tuan, gadis ini sepertinya telah tertidur nyenyak." Boni menundukkan kepalanya rasa hormat pada sang tuan. "Angkat dia dan baringkan di kamar kedua rumah inti," perintah Heri. Pak Heri terlebih dahulu turun dari mobil di Susul Boni dengan posisi menggendong Sherin yang tertidur nyenyak dengan wajah yang begitu sendu. "Selamat datang, Tuan." Beberapa asisten rumah tangga berbaris menyambut kedatangan sang tuan rumah. "Dimana istri ku?" tanya Pak Heri mengedarkan pandangannya sambil mencari keberadaan sang istri, mengingat saat ini masih jam sepuluh malam, pastinya sang istri belum tertidur karena kebiasaannya yang selalu menunggu kepulangannya sebelum tidur. "Nyonya ada di ..." ucap salah seorang asisten rumah tangga itu terputus saat suara perempuan paruh baya mendominasi ruangan itu. "Kamu sudah pulang sayang?" Suara lembut seorang perempuan bertubuh semampai berkulit putih pekat mencairkan suasana yang sangat tegang saat itu. Pandangan mata Pak Heri langsung teralihkan pada sosok sang istri yang tengah berjalan menuruni anak tangga. Lina, wanita paruh baya berparas cantik berhidung mancung bermata sedikit kecil namun tak cipit dengan bibir tipis masih tampak awet muda di usianya yang telah mencapai lima puluh tahun. "Kalian pergi lah." Sang Tuan memberi perintah pada pekerja rumah tangga yang hanya mematung menunggu perintah. Dengan badan yang setengah membungkuk, sekitar sembilan orang asisten rumah tangga yang terdiri dari lima perempuan dan empat laki-laki itu pergi meninggalkan tuan dan nyonya pemilik rumah mewah tersebut. "Aku ingin bicara serius pada mu." Pak Heri menatap kedua mata sang istri dengan wajah serius. Lina tampak mengerutkan dahinya, perempuan itu merasa penasaran dengan hal serius apa yang akan dibicarakan oleh sang suami. Ia mencoba menerka nerka dalam pandangan yang di sorotkan oleh kedua mata Pak Heri. "Ikut dengan ku." Heri menarik tangan Lina lembut dan mengajaknya ke suatu tempat. Lina hanya pasrah mengikuti pergerakan suaminya itu, banyak pertanyaan yang melintas di fikirannya. Apalagi melihat wajah sang suami yang begitu tegang membuatnya semakin khawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi. Keduanya telah tiba di depan pintu kamar kedua di rumah mewah tersebut. Perlahan Heri membuka pintu kamar itu dan menampilkan seorang gadis yang tengah tertidur dengan wajah yang begitu sendu dan luka memar di bagian pelipisnya akibat benturan yang ia alami sebelum tiba di rumah itu. "Siapa dia?" Mata Lina membulat sempurna saat memandangi gadis cantik tengah tidur di dalam kamar dua rumah miliknya. Kini fikirannya melayang entah kemana, ia terlalu takut kalau sang suami akan mengatakan hal buruk yang melintas di benaknya. "Aku akan menikahinya." Heri memegang erat kedua tangan sang istri, menatap penuh makna, ia telah mempertimbangkan resiko yang akan ia terima setelahnya. "Apa katamu?" Begitu terkejutnya Lina hingga meneteskan butiran air bening yang lolos dari pelupuk mata indahnya. Pandangannya tertunduk untuk menahan rasa sakit hati oleh pengkhianatan sang suami. "Kau dengarkan dulu menjelaskanku. Aku akan menjelaskan semuanya padamu, siap tidak siap suka atau tidak kau tetap harus menerimanya." Heri memeluk tubuh Lina saat berbicara, sikap yang berbeda dengan apa yang ia tunjukkan saat di dalam Klub mewah itu. Entah ingin memperbaiki situasi untuk membujuk sang istri atau memang dia larut dalam kesedihan yang di rasakan sang istri, entah lah. Yang pasti niatnya untuk menikahi Sherin tetap bulat. "Ayo kita ke taman belakang. Aku akan menceritakan semuanya padamu tanpa ada yang tutupi." Bujuk Heri pada Lina yang masih bergelimangan air mata. Heri dan Lina berjalan menuju taman belakang rumah yang sangat indah, beralaskan rumput hijau yang tertata rapi dengan jalan setapak dan lampu hias serta kursi santai juga beberapa ayunan yang dibuat untuk menjadikan tempat itu sangat indah dan nyaman untuk dikunjungi. "Apa kau menghamilinya?" Lina menghentikan langkahnya yang baru tiba di taman belakang rumah mereka, dan tentu membuat Heri sangat terkejut seraya menatap Lina tajam. "Aku tak sebangsat yang kau pikir, sayang. Bila aku mau, tanpa menikahi mereka pun aku bisa melakukannya dengan mudah." Perkataan itu mampu membungkam mulut Lina dan menundukkan pandangannya dari tatapan yang mematikan itu. "Aku akan bercerita hingga tuntas, selama aku bercerita kau dengarkan baik baik tanpa harus memotong pembicaraan ku." Heri memperingatkan sang istri. Lina hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti semua perintah suaminya. Percuma saja dia menolak karna pada akhirnya pernikahan itu tetap akan terjadi, mengingat sifat keras kepala sang suami yang tak akan pernah bisa terbantahkan oleh siapa pun. Heri menceritakan panjang lebar tentang siapa gadis yang tengah tertidur itu, ia juga menceritakan kejadian di dalam Club mewah itu hingga membuatnya mengambil keputusan untuk menikahi Sherin. Dengan perlahan Heri membujuk sang istri untuk menyetujui niatnya, setelah melewati perdebatan yang cukup panjang serta emosi yang terkuras, akhirnya sang istri memutuskan untuk menjawab. "Baiklah kalau begitu, aku setuju." Perkataan Lina berhasil menimbulkan senyuman di bibir Heri. "Tapi kau harus berjanji, tidak akan melukainya selama dia di sini, dan aku akan menjaganya dengan baik selama kau tidak berada di rumah ini." Lina menghela nafas dalam lalu menyeka air mata yang masih tersisa di pipinya. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu nenganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar. "Aku akan berjanji padamu. Terima kasih sayang." Heri berteriak dalam hati, usahanya berhasil dalam membujuk sang istri. ***** "Heemm ... tidurku begitu nyenyak, tubuh ku terasa sangat ringan. Waaah, nyaman sekali kasur ini, begitu lembut bak kain sutera kualitas premium." Sherin mengelus elus kain yang menjadi alas kasur untuk tidur. Tapi sesaat fikirannya kembali teringat pada kejadian semalam yang membuatnya mau tak mau harus membuka paksa kedua mata indahnya. "Hhuuuaaaaa..." Teriak Sherin panik mendapati dirinya berada di tempat asing yang belum pernah ia datangi sebelumnya. "Di mana aku? Astaga..." Sherin mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan besar itu dengan wajah panik, lalu ia melihat ke dalam selimut untuk memastikan tubuhnya tidak tersentuh oleh siapa pun. "Syukur lah... Huh..." Ia menghela nafas lega saat mendapati tubuhnya masih memakai baju yang lengkap seperti sebelum masuk kedalam rumah mewah ini. ____________ Hai pembaca ... Yok kenalin nih ada Sherin gadis imut yang akan mewarnai kisah novel ini. Sherin yang ceria akan mengawali hidupnya sebagai calon istri dari pria tua yang seumuran degan mendiang orang tuanya. Apa kah ia benar benar akan bahagia? Apakah tuan Heri akan menjadikannya istri yang penuh dengan fasilitas mewah? dan yang paling penting, apakah Sherin bisa menjalani hidupnya? Kepoin terus ya cerita novel ini ^ _ ^ Aku juga meminta dukungannya ya ^ _ * Terima kasih ^ _ *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD