Bab 2

1561 Words
"Eh tapi kenapa harus menunggu seminggu?" Bu Elma menatap Arifa dan Roni bergantian. Ia seolah tak puas dengan jawaban yang mereka berikan. Wanita berjilbab ungu itu ingin mendengar jawaban "ya" segera baik dari Roni maupun Arifa. Ia tak sabar untuk mempersatukan keduanya dalam ikatan pernikahan agar dua keluarga itu segera menikiki cucu. "Ehm, ya sudah soal perjodohan ini pembicaraannya kita lanjut nanti saja. Tapi sebaiknya jangan menunggu seminggu gitu dong Ron, Fa. Kelamaan " Giliran Bu Diah yang bersuara. Ia ingin mengalihkan pembicaraan mengenai perjodohan anaknya. "Arif mau ngasih saran gimana kalau Kak Ifa sama bang Roni dikasih waktu 3 hari saja untuk memberikan jawaban." Arif yang sedari awal hanya menjadi pendengar setia mulai bicara. "Iya Bunda juga sependapat." Bu Elma setuju usulan Arif. Tiga hari tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Dalam benaknya, Roni merasa kesal. Orangtuanya bertindak semena-mena. Ingin ia berteriak menentang perjodohan konyol ini. Tapi bagaimana caranya. Semuanya sudah terlanjur. Ia merasa dijebak oleh orangtuanya sendiri. Haknya dilanggar. "Tidak terasa sudah malam, kami pamit dulu ya." Akhirnya Pak Hamid beserta keluarga undur diri. "Terima kasih banyak ya, Mbak Diah atas jamuan super istimewanya." Bu Elma memeluk sahabatnya. "Sama-sama. Terimakasih juga karena kalian telah sudi singgah ke rumah kami." Bu Diah memperlihatkan binar bahagia di wajahnya. Wanita itu sangat menunggu kabar baik berikutnya terkait perjodohan anak-anak mereka. Keluarga Pak Hamid meninggalkan kediaman rumah tetangganya dengan berjalan kaki. Sejuta harapan ada ditangan putra semata wayangnya. *** Pulang dari makan malam tadi Roni langsung mengurung diri di kamar. Pemuda tampan itu malas bicara dengan ayah ibunya. Pertemuan malam ini benar-benar mengerikan. Sejak remaja tak pernah terpikirkan sedikit pun berpacaran dengan Arifa apalagi menikahinya. Gadis cengeng yang sering mengadu itu dianggap bukan sosok wanita idamannya. Roni segera menelpon Shahnaz sang kekasih pujaan hatinya yang malam ini tidak jadi dikunjungi untuk kembali meminta maaf. Hampir dua jam mereka mengobrol kesana kemari. Hanya satu yang tidak berani diungkapkan yakni masalah dirinya yang dijodohkan dengan Arifa teman sejak mereka dalam kandungan. Ini masalah sensitif dan Roni tahu Shahnaz pasti sedih. Roni tidak ingin gadis yang dicintainya itu terluka. Perasaan cintanya terlalu besar untuk wanita yang sudah tiga tahun dipacarinya itu. Sebenarnya secara fisik Arifa lebih cantik dan menarik. Namun Shahnaz sudah sangat banyak membantu dirinya. Dialah wanita yang berada di balik kesuksesan Roni saat ini. Semua modal awal untuk merintis karir bisnis di dunia celullar ia dapat dari Shahnaz. Ia ingat ketika memulai bisnis pulsa dan kartu perdana serta jual beli HP kemudian membuka counter pertamanya. Semua didukung Shahnaz. Kini usahanya sudah maju dengan memiliki puluhan counter pulsa dan HP serta accessories. Jika dirinya menerima perjodohan ini artinya ia bukan mengkhianati cintanya saja tapi juga hidupnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia pun segera mengambil posisinya untuk tidur. *** Di tempat berbeda di kamar Arifa, gadis yang baru dua malam berada di Jakarta itu tampak sedang sibuk di depan cermin. Ia memoles masker di wajahnya hingga seluruh permukaan wajahnya putih tersisa dua matanya. Gadis cantik yang selalu ceria itu kembali teringat Roni sahabat kecilnya yang sekarang sudah menjadi seorang pemuda tampan yang gagah. Padahal dulu waktu kecil Roni itu kucel,dekil kurus beringas dan menyebalkan karena sering mengganggunya. Ia sering merusak mainannya serta merebut makanannya. Di sekolah pun selalu minta uang jajan. Dua tahun tidak bertemu karena Arifa berada di Jerman, ada banyak perubahan pada diri Roni. Selain semakin tampan pemuda itu juga terlihat lebih dewasa. Ia juga sudah memiliki usaha sendiri. Ia memiliki 30 Counter HP dan bisnis pulsa yang tersebar di penjuru kota besar di pulau jawa. Bukan tanpa alasan ia memilih bisnisan ini karena semua orang butuh pulsa dan sering gonta ganti HP. "Si Roni jadi ganteng gitu ya, dompetnya juga tebal. Beda banget dengan terakhir kali bertemu." Arifa bicara kepada dirinya sendiri. Ia benar-benar mengagumi sahabatnya. Tak sulit bagi dirinya menemukan pria kaya yang tampan dan mapan, masalahnya adalah sulit mencari yang sudah kenal luar dalam dan keluarganya mau menerima dirinya apa adanya seperti Bu Elma dan Pak Hamid. Mereka pasti akan menjadi mertua idaman yang penuh kasih sayang. Dulu saja ia sering dibela jika Roni melakukan aksi nakalnya. *** Usai merapikan kamarnya, Arifa langsung menuju dapur untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan. "Ma, Ifa mau kok dijodohin sama Roni." Tiba-tiba saja Arifa memberikan keputusannya. Padahal sebelumnya ia dan Roni sepakat mengulur waktu. Sang Mama yang sedang sibuk memotong bawang merah langsung memeluk putrinya memperlihatkan kebahagiaannya. Akhirnya tak perlu menunggu lama pintu hati anaknya langsung terbuka. "Alhamdulillah, akhirnya kamu terima juga perjodohan ini. Mama senang sekali, Ifa. Percayalah bahwa Roni adalah jodohmu, dia itu cocok sama kamu." Bu Diah kegirangan. Jawaban dari putrinya benar-benar membuatnya senang, ia tinggal menunggu keputusan dari keluarga Roni. "Setelah dipikir-pikir, Roni itu baik Ma, tampan dan juga udah mapan. Kami juga sudah saling kenal. Daripada nunggu jodoh yang belum jelas hilalnya, mending yang sudah ada di depan mata." Arifa memberikan alasan yang masuk diakal. Entah kenapa Arifa merasa jatuh hati pada Roni. Padahal dalam obrolan semalam dengan Roni mereka sepakat menunda jawaban. Arifa juga sudah diberitahu Roni kalau pria itu sedang terikat hubungan dengan Shahnaz. Arifa rupanya tidak ambil pusing walaupun Roni terlihat cuek padanya gadis itu yakin dirinya masih memiliki kesempatan. Ia sudah kenal Roni luar dalam sedari mereka balita. Arifa akan berusaha memikat Roni dengan caranya sendiri. "Nanti Mama bilang ke Papa kamu setuju perjodohan ini biar disampaikan ke Om Hamid dan Tante Elma." Bu Diah antusias. Akhirnya mimpinya memiliki menantu Roni akan segera menjadi kenyataan. Zaman sekarang memang susah menemukan menantu idaman, hanya perjodohan yang menjadi solusi tepat. "Iya, Ma." Arifa mengangguk cepat. Tentang pembicaraan dengan Roni, Arifa tak peduli, tentang Shahnaz juga ia tak ambil pusing. *** "Ron, gimana sudah ada jawaban belum?" Bu Elma mendatangi kamar putranya. Ia tak sabar menunggunya. "Jawabannya besok kan Bunda." Roni menatap ibunya yang terkesan tidak sabaran. Roni tak lupa dengan janjinya, namun sekarang bukan saat yang tepat. Ia masih butuh waktu. "Ayah dan Bunda kenapa ngotot banget ingin menjodohkan Roni sama Ifa sih?" Roni berkata sambil memasang kancing kemejanya. Pagi ini ia akan mengunjungi conternya yang berada di Tanah Abang. "Roni, keluarga kita itu sudah banyak dibantu oleh keluarga Om Cahya. Dulu waktu Ayah sakit Omnya Ifa yang nolongin. Waktu kamu mau masuk kuliah juga Om Cahya pernah minjemin uang. Ayah bisa usaha lagi juga berkat Om Cahya. Kita punya utang budi sama keluarga Ifa. Jadi wajar jika kita membalasnya. Caranya dengan perjodohan ini. " Wanita itu berkata penuh pengharapan. Hutang Budi? Ya, itulah hutang yang sepertinya tidak akan pernah lunas terbayar. Berbeda dengan hutang uang kepada Pak Budi yang jika dibayar langsung lunas. "Bunda, Roni berangkat dulu. Masalah itu nanti kita bahas lagi. Roni udah telat banget nih." Roni pamit kepada Bu Elma seraya mencium tangannya. "Ga sarapan dulu?" tanya sang bunda merasa heran. Roni itu biasanya tak pernah lupa mengisi perutnya. Meski sudah terlambat. Rasa laparnya mendadak menguap ke langit ke tujuh. "Udah telat Nih, Roni ada janji." Roni beralasan. "Assalamualaikum." Pemuda yang sedang galau itu pun pergi meninggalkan ibunya tanpa mau menolehnya lagi. *** Pukul setengah satu siang Roni sudah berada di Cafe Cinta menunggu kekasih hatinya yang bernama Shahnaz. Ada hal penting yang harus segera dibahas oleh dua sejoli itu. "Maaf Bang, Aku datang terlambat. Tadi nganter dulu Mami ke kantor Papi." Seorang gadis cantik berkulit sawo matang datang menghampiri Roni. Ia lalu mencium tangan Roni layaknya seorang istri kepada suaminya. Entah itu bisa dikatakan romantis, atau sebaliknya terlalu berlebihan. Dia adalah Shahnaz gadis yang membuat Roni selalu bersemangat dalam menjalani harinya. Wanita itu baru berusia 23 tahun. Beberapa bulan yang lalu telah selesai kuliah. Sekarang bekerja sebagai designer membantu Tantenya yang memiliki butik ternama di Jakarta. "Ga papa, Abang juga belum lama kok. duduk dulu, Yang." Roni menarik sebuah kursi untuk Shahnaz. "Makasih Bang." Shahnaz tersenyum manis memperlihatkan lesung pipitnya. Senyuman indah yang selalu membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi. "Kamu mau pesan apa, Sayang?" tanya Roni kemudian. "Batagor kuah aja sama Jus Jambu." jawab Shahnaz dengan suara merdunya menyebutkan menu favoritnya. "Mbak, Batagor 2, Jus jambunya 2." Pesan Roni ketika pramusaji menghampiri mereka. Shahnaz adalah seorang anak orang kaya namun selalu tampil sederhana. Kepribadiannya itu yangnia sukai. Selalu ramah dan sopan. Tidak swperti Ifa yang manja namun beringasan. Itu yang Roni sukai dari kekasihnya. Dulu sewaktu Roni belum jadi siapa-siapa Shahnaz selalu membantunya memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Roni berhutang banyak kepada gadis berbulu mata lentik yang mengenakan blouse warna hijau toska itu. "Naz, Gimana kalau kita menikah?" Tiba-tiba Roni menyampaikan maksudnya. Tanpa pembukaan dan basa-basi. Sejak kemarin ia telah memikirkannya. Setelah kejadian kemarin malam pikiran Roni menjadi kacau balau. Memikirkan kisah cintanya dengan Shahnaz dan juga perjodohannya dengan Arifa. Rumit. "Itu memang agenda kita Bang, bukannya kita sepakat tahun depan kita menikah." Gadis itu tersenyum. Ada banyak cita-cita yang ingin mereka wujudkan. Diam-diam Shahnaz sudah mencicil rumah untuk masa depannya bersama Roni. Shahnaz bukanlah sosok wanita penuntut yang suka minta ini itu. Meskipun Roni akan dengan senang hati membelikannya. "Abang mau besok kita menikah Naz." Roni dengan lancar mengutarakan maksudnya. Ia ingin mempercepat rencananya. "Besok!!?" senyum Shahnaz langsung meredup. Ia bingung dengan ucapan kekasihnya "Iya. Abang ga mau kehilangan kamu. Sebelum orang tua Abang memisahkan kita. Ayah sama Bunda menjodohkan Abang sama Arifa. Kita harus menikah secepatnya." Roni akhirnya memberikan alasannya. Sebenarnya ia berniat menyembunyikannya, namun setelah melalui proses pemikiran yang panjang, ia pun harus jujur kepada gadis yang tengah duduk di hadapannya itu. **** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD