Bab 3

1466 Words
"Maaf Bang, tapi semua ini harus dibicarakan dulu dengan keluarga kita, tidak bisa mendadak begini sebab ini merupakan masalah serius Bang! Pernikahan bukan main-main."Shahnaz tidak setuju dengan permintaan Roni yang dianggapnya konyol. Shahnaz memimpikan pernikahan yang meriah dengan restu dari orang tua kedua belah pihak. Bukan seperti ini. Peenikahan mendadak yangbtak jelas konsepnya. Pernikahan adalah hal sakral yang harus dijaga dan dilakukan dengan persiapan matang. Pernikahan adalah ikatan suci bukan main-main. "Masalahnya besok Abang harus segera memberikan jawaban kepada keluarga Abang tentang perjodohan ini." Roni bersikeras. "Kenapa sih Abang tidak langsung menolak. Abang seperti tidak punya pendirian. Abang tidak tegas!" Shahnaz menatap sang kekasih dengan penuh emosi. Bukan hanya Roni yang galau dirinya pun turut galau. Roni sungguh tidak tegas menghadapi keluarganya. Kekasihnya itu terlalu lembek. "Ga semudah itu, Sayang. Makanya Abang mau kita nikah besok," ujar Roni dengan entengnya. Pria itu memganggap masalah akan selesai dan orang tuanya mundur. "Nikah Siri?" tanya Shahnaz. Ia tahu untuk menikah sah secara agama dan hukum butuh persiapan berkas-berkas dan itu tidak cukup satu atau dua hari. Butuh proses yang memakan waktu satu hingga dua minggu paling cepat. "Iya setelah itu kita urus berkas secepatnya biar bisa nikah secara resmi dan dapat buku nikah. Tenang saja kalau kita sudah nikah Ayah sama Bunda juga tidak bisa menghalangi kita." Roni menggenggam tangan Shahnaz. Ia meyakinkan kekasihnya agar mau menerimanya. "Ayo. Kita temui Papi aku sekarang." Akhirnya gadis itu setuju. Shahnaz tidak mau kehilangan kekasihnya. Shahnaz sangat mencintai Roni. Pria dihadapannya ini merupakan cinta pertamanya. Urusan keluarga Roni biar gimana nanti saja. Ia yakin seratus persen Mami dan Papinya si juragan travel akan setuju. Apalagi mereka telah kenal baik dengan pemuda tampan bernama lengkap Roni Syahputra. *** Keduanya kini berada di rumah orang tua Shahnaz. Sebuah rumah mewah di sebuah komplek perumahan elit kota Jakarta. Mereka berada di ruang tengah menunggu ayah Shahnaz keluar dari kamar mereka. "Ini ada apa? Kalian berdua sepertinya seeius sekali.?" Pak Ruslan, ayah Shahnaz menatap keduanya. "Pi, Shahnaz dan Bang Roni ingin menikah. Secepatnya!" Seru Shahnaz tanpa basa basi dan pembukaan bicara dengan nada merengek manja. "Apa? Menikah?" Ayah Shahnaz melotot. Tidak percaya dengan permintaan putri semata wayangnya. "Iya Pi, besok Shahnaz sama Bang Roni mau nikah. Papi mau ya jadi walinya." Rengek Shahnaz kepada ayahnya. "Kenapa buru-buru?" Pria bernama Ruslan itu menatap tajam anaknya. Lalu pandangannya beralih ke arah Roni kekasih putrinya. "Saya sangat mencintai Shahnaz," jawab Roni penuh percaya diri. "Cinta??Shahnaz masih muda. Lagian kenapa sih kalian mau buru-buru nikah. Tunggu setahun atau dua tahun lagi. Apa jangan-jangan kamu sudah menghamili putriku?" Pak Ruslan menatap Roni tajam. Setahu Ruslan, Roni itu cukup alim. Ia pemuda yang taat beribadah dan ia menyukainya. Tapi jaman sekarang kan bisa saja penampilan menipu. Tampang baik dan alim tapi kalau tidak bisa menahan nafsu bisa saja berbuat khilaf. "Iya Pi aku hamil." Tiba-tiba Shahnaz memberikan jawaban yang mengejutkan baik bagi ayahnya maupun Roni. "Apa?" Pak Ruslan tampak shock. Urusan hubungan lawan jenis cukup rumit. Hal ini yang ditakutkan oleh Pak Ruslan. Ia tak memiliki lagi anak selain Shahnaz seorang. Ia tak mau terjadi hal buruk pada putrinya. Apalagi hamil di luar nikah. Ini bencana besar dan sungguh memalukan apalagi anaknya itu sosok yang baik. "Hiks...hiks..." Shahnaz menangis. "b******k kamu Roni!!" Pak Ruslan mendorong Roni. Plak Plak Pria berusia 50an itu menampar pipi kanan dan kiri Roni. Dari sudut bibirnya keluar darah. Pak Ruslan lalu meninju perutnya. Bugh Bugh Roni meringis menahan rasa sakit. Ia tak memgira akan mendapat serangan seperti ini. "Tunggu sebentar Om. Biar saya jelaskan." Roni hendak meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Calon mertuanya sudah salah sangka. Kenapa juga Shahnaz mengaku. "Tidak usah. Baiklah kalian harus menikah, kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan b***t kalian," ucap pria itu dengan raut wajah sedih. "Beritahukan orang tua kamu!" Perintah Pak Ruslan dengan nada marah. Ia sebenarnya ingin menghabisi Roni namun ia sadar itu hanya akan menambah masalah. Pak Ruslan diikuti meninggalkan mereka berdua hendak menelpon istrinya yang masih berada di kantornya. Ia harus memberitahu istrinya tentang apa yang terjadi pada putri mereka. Mendengar ayahnya menyetujui pernikahan ia dan Roni tentu saja Shahnaz senang, aktingnya berhasil. Roni juga senang walaupun menahan sakit. "Apa-apaan sih Naz, kenapa bilang kamu hamil?" tanya Roni sambil menatap Shahnaz heran. Roni sudah dianggap sebagai pria b******k yang suka m*****i anak orang. Jangankan berhubungan badan, berciuman pun ia belum pernah. "Aku ga bilang lagi hamil, Papi aja yang menyangka, ya udah aku iya in aja Bang, Papi jadi setuju kan kita nikah besok," ucap Shahnaz dengan wajah tanpa dosa. "Tapi nama baik Abang tercoreng, Abang pasti dicap perusak anak gadis orang, padahal kita belum pernah ngapa-ngapain," ucap Roni kesal. Selama pacaran dengan Shahnaz paling jauh hanya sun pipi dan tangan. Ia selalu menjaga kehormatan diri. "Maafin aku ya Bang semua demi hubungan kita." Shahnaz tersenyum. Akhirnya mereka akan segera menikah. "Nih,pipi sama bibir sakit!" Roni menunjuk bagian wajahnya yang lebam. "Aku obatin ya." Shahnaz merasa bersalah. *** Roni telah berada di rumahnya. Bu Elma sedikit kaget melihat luka lebam di pipi dan bibir putranya. "Kamu kenapa Ron?" tanya Bu Elma seraya menyentuh wajah putranya dengan lembut. "Berkelahi sama copet." Roni berbohong. Tidak mungkin ia jujur dihajar calon mertua. Urusannya bisa gawat "Ya Allah ada-ada saja. Memangnya kamu kecopetan?" tanya wanita berkerudung abu itu. "Nolongin orang Bund," Roni mengarang cerita. "Lain kali hati-hati. Sini bunda obati." Bu Elma tampak khawatir. Wajah ganteng putranya sedikit ternoda. " Ga usah Bund, ini sudah dikasih salep kok." Roni menolak. Shahnaz sudah mengobatinya. "Aku ke rumah Ifa dulu ya." Pamitnya segera pergi meninggalkan ibunya. Roni sengaja menemui Arifa. Ia ingin membatalkan perjodohan gila itu. Sampai kapanpun Ifa itu sahabatnya dan ia tak mau terikat pernikahan dengannya. Saat tiba di rumah Ifa, gadis itu sedang di teras sibuk memainkan gawainya membaca cerita novel di aplikasi dreame. "Roni..!" Ifa langsung menghentikan aktivitasnya. "Ifa, Aku mau bicara penting sama kamu. Tentang perjodohan kita," ucap Roni kepada Ifa. Ia duduk di kursi samping gadis berambut keriting itu. Roni sudah mendapat keputusan. Ia akan menolak perjodohan itu dengan alasan Shahnaz. "Kenapa Ron? Aku setuju kok," ucap Ifa serius. "Kita sudah saling kenal cukuplama dan tidak ada salahnya kalau kita upgrade status kita," ucapnya lagi. "Tapi aku nggak. Aku sudah mempunyai calon namanya Shahnaz," beritahu Roni. "Ron, aku cinta sama kamu. Aku sudah ngecengin kamu sejak lama. Cuma kamunya saja yang selalu cuek. Aku tetap terima perjodohan kita. Aku ga peduli dengan Shahnaz." Tutur Ifa serius. Ia akan memperjuangkan Roni. "Ifa, waktu itu kan kita sepakat untuk mencari jalan menolak ini semua. kenapa kamu berkhianat. Kamu bilang akan menolak dengan halus." Roni tidak menyangka jika Ifa yang dikira tidak setuju dengan perjodohan ini malah menerimanya. "Setelah aku pikir-pikir tidak ada salahnya aku menerima. Biar orang tua kita senang. Kamu harusnya mikirin perasaan mereka dan jangan egois." Ifa tersenyum. "Tapi aku tidak mau," sela Roni. Hatinya hanya milik Shahnaz seorang. Besok ia dan Shahnaz akan menikah. Pernikahan sederhana hanya akad nikah saja. "Kamu mgomong saja ke keluarga kita," ucap Ifa. Gadis bertubuh mungil itu tak peduli dengan alasan Roni. Gadis itu yakin walaupun Roni menolak, pernikahan mereka pasti bakalan terjadi karena ibunya sudah mempersiapkan segalanya. Bahkan semua persiapan sudah dilakukan. Jika tidak ada halangan dalam sebulan semua akan siap. *** Roni dan Shahnaz akhirnya melangsungkan akad nikah di rumah Shahnaz. Tidak ada tamu yang diundang hanya keluarga dekat Shahnaz saja yang hadir. Keluarga Roni pun tidak ada seorangpun yang hadir. Roni tidak memberi tahukan ayah bundanya. Awalnya Pak Ruslan bersikukuh melibatkan orang tua Roni. Namun, berkat bujukan Shahnaz yang menceritakan hubungannya dengan orang tua Roni yang kurang baik, akhirnya Pak Ruslan setuju tidak menghadirkan mereka. Namun Pak Ruslan meminta Roni di acara nanti saat peresmian mereka orang tua nya harus hadir. "Selamat ya Shahnaz, Roni semoga kalian selalu bahagia." Doa Bu Mieke, ibu kandung Shahnaz. Wanita itu lalu memeluk anak dan menantunya bergantian. Hatinya sedih menyaksikan putrinya harus menikah diam-diam seperti ini. "Bulan depan kita adain resepsi ya," ucap Pak Ruslan. Ia tidak mau pernikahan anak semata wayangnya berlangsung tidak meriah. Ia merupakan orang terpandang dengan bisnis travel yang tersebar di tanah air, sungguh memalukan jika tidak bisa memberikan pesta mewah untuk anak semata wayangnya. "Makasih banyak ya Mi, Pi." Shahnaz memeluk kedua orangtuanya. "Roni, saya minta kamu jaga Shahnaz baik-baik, awas kalau sampai menyakiti perasaannya!" ucap Pak Ruslan penuh ancaman. Kedua pengantin baru dan keluarga langsung mengadakan acara makan-makan. Setelah itu kedua mempelai langsung ke kamarnya. Roni dan Shahnaz tampak bahagia. Akhirnya mereka resmi menjadi suami istri meski baru sah secara agama. Roni tinggal menghadapi orang tuanya. Pemuda tampan itu tidak peduli apapun yang terjadi Shahnaz lah istrinya yang paling ia cintai. Ayah ibunya harus merestui mereka berdua. Roni yakin saat membawa Shahnaz maka rencana pernikahan dengan Ifa akan batal. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD