Bab 4

1268 Words
Hujan turun dengan deras sejak satu jam yang lalu, udara yang begitu dingin membuat pasangan pengantin baru Shahnaz dan Roni segera mendekam di kamar pengantin mereka yang dihias ala kadarnya. Hanya ada seprei baru dan kelopak mawar merah yang memenuhi ranjang mereka, sertanbeberapa buket bunga. Aroma mawar dan melati menyeruak memenuhi indra penciuman. Shahnaz sangat bahagia dengan pernikahannya walaupun hanya akad nikah secara agama tanpa resepsi. Ini jauh dari harapan dan cita-cita mereka. "Alhamdulillah ya, akhirnya kita bisa menikah," ucap Shahnaz mengucap puji syukur. Rencana pernikahan mereka yang diagendakan tahun depan terpaksa dipercepat tanpa persiapan apapun. Meskioun demikian pasangan itu merasa bahagia tiada tara karena keduanya dipersatukan dalam ikatan suci yang halal. "Iya, Sayang dan kini Abang memiliki alasan yang kuat untuk membatalkan pernikahan dengan Arifa. Orangtua Abang tak dapat lagi memaksan pejodohan gila itu." Roni pun tak kalah bahagia. Ia berharap rencananya akan sukses. "Besok atau lusa kita temui ayah sama bundaku ya," ucap Roni. Pria berambut hitam itu harus segera bergerak cepat menghentikan kegilaan orang tuanya. "Iya." Shahnaz setuju. Ia butuh doa restu mertuanya. Kalaupun ditolak ia akan berusaha terus hingga diterima oleh mereka. "Oh iya, sementara ini kamu tinggal dulu di rumah ini dan Abang di rumah orang tua Abang," pinta Roni. Semua ia lakukan demi kebaikan bersama. "Nanti kita cari apartemen," usulnya. "Aku ga mau tinggal di apartemen, di sana ga asyik. Ga ada halaman dan juga tetangga. Mending cari komplek perumahan saja." Shahnaz menolak. Ia penyuka tanaman dan bunga-bunga, jika sedang memiliki waktu luang ia menyibukkan diri dengan berkebun. "Ya sudah soal itu nanti kita bicarakan lagi ya, Sayang." Roni mengecup pipi istrinya gemas. Sekarang keduanya sudah halal jadi Roni bebas berbuat apa saja. Tidak seperti kemarin-kemarin yang hanya bisa pegangan tangan saja. "Oh ya soal kehamilan palsu kamu itu harus segera diluruskan. Kita buat klarifikasi. Abang ga mai dicap nehatif sama keluarga kami." Roni menyinggung tentang kesalahpahaman antara istri dan mertua. Mungkin saja diam-diam beritanya mulai menyebar. Apalagi keduanya menikah dadakan. "Tapi tidak secepat itu ya," pinta Shahnaz. Ia terlanjur bersandiwara jadi ia akan terus melanjutkan kebohongannya. Ia tak ingin ada pembatalan pernikahan. Ia tidak mau jadi janda dalam sehari pernikahan. "Abang sudah seperti lelaki b******k yang doyan ngapa-ngapain anak gadis orang hingga bunting. Abang malu Naz." Roni berucap seraya menghirup oksigen dalam-dalam. Menghalau rasa sesak di d**a. Akhir dari kisah asmara bersama Shahnaz penuh liku. "Maafin aku ya Bang, habisnya cuma dengan alasan ini kita bisa menikah cepat. Aku ga mau kehilangan Abang, aku sayang Abang." Shahnaz tersenyum mencoba menenangkan kegelisahan suaminya. "Ngomong-ngomong kenapa sih Arifa itu tetap mau dijodohkan sama Abang padahal sudah tahu tentang hubungan kita." Shahnaz menanyakan masalah Arifa untuk ke sekian kalinya. Gadis cantik itu masih tak mengerti dengan jalan pikiran sahabat suaminya yang akan menjadi batu sandungan hubungannya dengan Roni. "Entahlah, mungkin dia ga laku kali," jawab Roni asal. Ia sendiri heran dengan Arifa. Gadis tomboy itu kan cantik dan banyak yang mengejar kenapa mau-mau saja dijodohkan. Roni sendiri tidak pernah tahu jika diam-diam sejak SMA Arifa naksir dirinya. "Sayang, ga usah bahas Arifa ya, apapun yang terjadi aku hanya cinta sama kamu seorang. Kamu segalanya buat aku. Kamu Istri ku satu-satunya. Oh iya ini kan hari pernikahan kita memangnya kamu tidak mau kita habiskan waktu berdua." Roni berkata sambil menatap pintu kamar yang ia yakini sudah terkunci. "Ih, Abang genit deh." Shahnaz mendorong tubuh suaminya hingga terjungkal. "Tidak ada salahnya kan kalau malam pengantinya dimajukan," ucapnya dengan kerlingan jahilnya. Mendengar ucapan suaminya, muka Shahnaz langsung merah merona. Keduanya malah asyik saling b******u dan berlanjut melaksanakan kewajiban sebagai pasangan suami istri. *** Selepas Maghrib Roni pulang ke rumah orang tuanya. Sebenarnya ini malam pengantin mereka namun Roni tak peduli. Mereka sudah melalui sore pengantinnya. Shahnaz juga juga telah memberikan izin jika Roni akan pulang. Tiba di rumah, ia disambut ibu dan ayahnya. "Kamu seharian ini kemana saja sih? Bunda telepon tidak aktif." Bu Elma mulai mengintrogasi. Roni sengaja mematikan ponselnya sejak pagi. Ia tak ingin acara pernikahannya ada yang menggangu. "Roni sedang memikirkan jawaban perjodohan dengan Ifa," jawabnya "Roni sudah punya jawaban dan tetap menolak perjodohan dengan Ifa." Tanpa sadar ia bicara dengan nada tinggi mengabaikan sopan santunnya. Ia benar-benar tertekan. "Tidak. Bunda tidak setuju pokoknya usahakan kamu mau menikahi dia." Bu Elma tak terima. "Maaf Bund, Roni ga ingin merahasiakan semua ini. Sebenarnya Roni sudah menikah dengan Shahnaz." Roni memberi tahukan statusnya. " Apa?" Bu Elma tampak kaget mendengar penuturan anaknya. Roni mengangguk pelan. Ibu Roni merasa sesak dadanya. Bisa-bisanya putra tunggalnya itu menyembunyikan hal besar darinya. Menikahi pacarnya. "Kamu tidak sedang bercanda kan?" Bu Elma menatap putranya mencari kebohongan. Tapi nihil, anaknya tidak sedang berbohong. "Roni serius Bu. Tadi pagi Roni dan Shahnaz sudah melangsungkan akad nikah," jawabnya. "Apa-apaan ini? Pernikahan kamu sama Shahnaz itu tidak sah. Pokoknya Bunda tak setuju." Teriak Bu Elma histeris dan panik. Ia tak akan merestui hubungan putra tunggalnya dengan wanita manapun selain Arifa. "Sah Bu, Pak Ruslan ayah kandung Shahnaz yang jadi walinya. Ada sua orang saksi dan penghulu. Sebelah mana tidak sahnya?" Roni melakukan pembelaan. " Roni, ayah kecewa dengan apa yang sudah kamu lakukan." Pak Hamid yang tadi diam saja menatap Roni tajam. Ia tak menyangka jika putra tunggalnya akan nekad bertindak tanpa meminta peetimbangan orangtua. "Maaf Yah, semua terpaksa Roni lakukan. Ayah dan Bunda tidak merestui hubungan aku dan Shahnaz dan malah mau menjodohkan dengan Ifa. Itu konyol." Roni beralasan. "Ceraikan Shahnaz, kalian hanya nikah siri jadi gampang mentalaknya." Bu Elma memberikan usulan yang tak kalah seram. "Tidak mungkin Bund, Yah, aku cinta Shahnaz. Lagian kami sudah melakukan ritual suami istri, kalau Shahnaz hamil bagaimana nasibnya. " Tanpa canggung Roni beralasan. Bu Elma dan Pak Hamid saling pandang. Keduanya jadi bingung. "Baiklah kalau kamu tidak mau menceraikan nya. Tapi kamu sama Ifa tetap menikah. Undangan sudah dicetak. Persiapan sudah 80 persen. Enak saja main batal begitu saja. Kami rugi besar. " Pak Hamid memberikan putusan. "Roni harus poligami?" Roni bertanya dengan nada tinggi. Ia tak pernah bercita-cita punya istri lebih dari satu. Dia bukan ustadz, bukan raja ataupun penguasa. Poligami itu ada ilmunya dan Roni tak memilikinya. "Iya, lagian itu bukan hal yang aneh. Kakek kamu punya tiga istri. Om Kamu juga nikah lagi. Semua baik-baik saja dan hubungan mereka harmonis." Pak Hamid malah mengajukan usulan gila. Ia membeberkan fakta poligami di keluarganya yang tak asing lagi. "Dalam agama kita poligami tidak dilarang. Rasul, para sahabat dan juga masyarakat biasa juga banyak yang poligami." Pak Hamid memberikan tausiya nya. Soal itu Roni sudah tahu karena sempat mengenyam pendidikan di MI, MTS dan MAN. Perguruan tinggi tempatnya kuliah juga merupakan salah satu unveritas islam. "Maaf Yah, Roni tidak bisa. Roni hanya cinta sama Shahnaz seorang. Lagian antara aku dan Ifa hanya sahabat. " Roni tetap pada pendiriannya. Ia tak mau menikahi Arifa. "Kamu keras kepala ya. Sahabat juga bisa upgrade jadi kekasih " Pak Hamid menatap tajam anaknya. Ia yang biasanya selalu sabar mulai menunjukkan kekuasaannya. "Apapun yang terjadi kamu harus menikahi Ifa, ingat sekali lagi tentang semua kebaikan mereka. Kita tidak akan memiliki ini semua tanpa bantuan keluarga mereka. Kamu juga tidak akan bisa sekolah tinggi." Pak Hamid mengungkit balas budi yang harus segera ditunaikan. Roni terdiam. Mengingat dan mencoba mencerna kembali semua yang dikatakan oleh ayahnya, semua memang benar. Ia bisa sukses karena dimodali oleh Shahnaz dan satu lagi karena ia sekolah tinggi dan yang menyekolahkan adalah orangtuanya. Meskipun sebenarnya Allah lah yang membuat kehidupan seseorang itu sukses atau tidak. Ya Allah beri aku petunjuk Mu. Ia harus melakukan sholat istikharah. Hanya Allah SWT yang bisa memberikan pertolongan Nya. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD