Kejadian Memaluka

918 Words
Bayangkanlah ada sebuah kolam. Lalu, kamu memasukan satu sendok garam kedalamnya. Setelah itu rasakan apa air dalam kolam itu berubah menjadi asin? Jawabannya tentu tidak. Begitulah seharusnya manusia bersikap lapang dalam segala hal. Jangan sampai hati mu sempit hingga satu tetes saja rasa pahit menyentuh dapat membuat hati mu pahit seluruhnya. *********** Namun terdengar suara gelak tawa di belakangku. Saat aku menengoknya tidak ada siapa-siapa. Ah, Mungkin benar itu hanya sosok halusinasi saja. Ah Tidak! Aku melihat sosok itu mendekat ke arahku. Kenapa? Kenapa dia semakin mendekat ke arahku? Atau jangan-jangan dia akan menampilkan wujud aslinya? Aku membulatkan mataku dengan sempurna takut kalo aku hanya salah liat saja. Tapi kenapa sosok itu semakin mendekat saja? Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, rasa takut menyeruak kedalam kolbu. Ya Allah aku berharap ketika membuka mata sosok itu telah hilang. Aku merasa bahwa sosok itu telah pergi dari sisiku. Aku berniat dalam hitungan satu sampai tiga aku akan membuka tanganku dan semoga perasaanku ini tidak keliru. Satu! Dua! Tiga! Ya Allah Sosok itu telah berdiri di hadapanku dengan senyum mengembang di wajahnya. Tanpa basa-basi lagi aku berlari masuk kamar mandi dan membanting pintu dengan keras. Jantungku berdetak amat kencang. Aku mencoba menetralkan jantungku yang telah tidak karuan. Siapa Sebenarnya dia? Entahlah, yang aku ingin lakukan sekarang adalah membasuh muka supaya sedikit segar. Aku melihat pantulan wajahku di cermin, sepertinya wajahku tidak terlalu pucat seperti tadi. Aku merapihkan sedikit pakaian ku dan juga kerudung yang aku kenakan. Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi. Tapi, keraguan memenuhi perasaanku saat ini. Takut jika sosok itu masih ada di luar. Aku berkali-kali mengambil napas lalu buang mencoba mengumpulkan kekuatan jika saja sosok itu masih ada aku akan siap menghajarnya. Krrrreeekkk Suara pintu kamar mandi. aku melihat ke bawah ada sebuah kaki, tapi kaki siapa? Ya Allah sosok itu masih setia menunggu. apa maunya mengganggu orang baik seperti inu. Aku mencoba melangkah dan melaluinya. "Ukhty!" panggilnya yang sudah pasti kepadaku, namun aku masih saja takut. kekuatan yang aku kumpulkan sebesar dan sepanjang tembok cina pun runtuh oleh suaranya. Ah, aku tidak mau melihatnya. Aku mengambil aba-aba Satu! Dua! LAAARRRRIIII "Heyy ukhty kenapa lari?" Terdengar suaranya berteriak. Aku terus saja berlari agar terhindar dari sosok itu hingga akhirnya aku berhenti karena aku melihat umi yang menatap heran kearahku. "Kamu kenapa syila?" Tanya umi kepadaku. "A--a--anu umi gak papa. Hmm umi syila mau pamit ke asrama ya umi mau persiapan." ucapku "Persiapan apa?" Ekspresi wajah umi seperti orang bingung. "Persiapan untuk pengajian nanti maghrib mi." jelasku. Namun dia hanya tersenyum dan menjelaskan kepadaku bahwa pengajian akan di mulai satu pekan lagi, karena ini waktu penerimaan santri baru banyak santri yang belum datang. Umi pun menjelaskan bahwa orang-orang yang akan sekamar denganku mungkin besok akan datang. Ah, aku sqngat malu. kenapa sok tahu persiapan mau ngaji segala, kaya kepiting rebus kan sekarang muka ku karena malu. Aku memohon pamit pada umi dan diapun mengijinkan. ************ Author Pov Nampak hilir mudik santri di koridor asrama menambah kesan dan ramai di pesantren itu dengan kegiatan santri, ada yang sedang sorogan, muroja'ah hafalan, berdiskusi dan masih banyak lagi. Nyaman! begitulah kesan seorang gadis yang kini telah duduk di atas tempat tidurnya. Melamun dan memandang keluar yang kini dia lakukan. Entah apa yang membuat pandangannya terfokus menatap keluar, hingga sepertinya dia enggan untuk merubah posisi. Ada rasa yang tidak dapat dia perlihatkan, ada sebuah kata yang tidak dapat dia ungkapkan, ataukah daun yang bergoyang karena sentuhan angin nampak mengundang pandangannya? Entahlah! Nampak gadis itu mulai beranjak dan membuka laci lemari pakaiannya. sepertinya dia mecari sesuatu. buku dan pulpen berwarna birulah yang telah dia pegang kini, jarinya mulai menggerakan pulpen dan menggoreskan kata demi kata di buku tersebut. Dear Rabb Ku Ya Allah Ya rabb, Bukan aku hendak melawan takdir-Mu dan berpaling dari Ridha serta Rahmat dari-Mu, aku menyadari sepenuhnya apa yang terjadi dalam hidupku ini adalah bentuk kasih sayang dari-Mu. Di tempat inilah yang mungkin entah sampai kapan aku disini dan akan menyimpan jejak. baik itu suka maupun duka. Ya Allah Ya Rabb... Nyaman...itulah yang aku rasa disini, jika memang tempat ini baik untuk ku mencari ridha serta cinta dari-Mu brrikanlah keikhlasan dan keyakinan terhadapku. 'panggilan kepada ukhty syila dari hujroh 24/Maryam di tunggu di Aula Yusuf sekarang' Terdengar suara panggilan, sang gadis yang sedang menggoreskan tinta dalam bentuk kata yang tidak lain syila mencoba menutup bukunya dan menyimpan kembali ke laci lemarinya. Apa kesalahku ya kok bisa di panggi? kumpulkan kekuatan syila. Syila berkata pada dirinya sendiri, dia melihat pantulan wajahnya di cermin. Syila sedikit merapihkan kerudungnya. Lalu, dia pergi menuju aula. *********** Syila Pov.. Huh..huh...huh.. Aku berlari dari kamarku menuju Aula Yusuf yang jaraknya memang cukup jauh sekali. Apalagi aku baru disini dan belum mengenal tempat ini yang berujung aku berkali-kali bertanya pada santri yang ada di sekitar koridor. Huh,  ini pesantren apa lapangan sepak bola. Tapi, pesantren ini luasnya lebih dari lapangan sepak bola yang sering aku kelilingi jika lari waktu jaman sekolah. Aku terus berlari, ah cape sekali rasanya. Aku menyandarkan tubuhku pada tembok salah satu asrama putri. Sepertinya wajahku mulai memerah karena terlalu lama berlari. "Assalamualaikum, ukhty syila ya?" suara khas laki-laki di dekatku namun aku enggan melihatnya. "Wa'alaikumussalam, iya!" jawabku masih tapa meliriknya. "Mau ke aula yusuf bukan? Kalo iya sekalian saya juga mau kesana, barangkali ukhty mau bareng." lanjutnya kepadaku "Bol-----aaahh" aku benar-benar kaget saat melihat wajahnya, spontan aku menutup muka dengan kedua tangan . "Huss, huss. Sosok halusinasi kenapa kamu muncul disini. jangan sekarang dong munculnya. Kamu memang tampan tapi jangan muncul disini." Aku mendengar gelak tawa yang sangat keras dan sosok itu menutup mulutnya mencoba menahan tawa. "Hey anti ini beneran polos apa pura-pura polos? Saya ini manusia nyata bukan halusinasi kamu. Mari ikut saya kalau mau bareng."  dia berlalu pergi setelah berkata demikian. Tapi, aku benar-benar malu,  Belum saja aku satu hari disini tapi sudah mendapat malu berkali-kali. Aku mengikutinya dari belakang dengan terus menunduk karena sekarang wajahku pasti sudah merah melebihi kepiting rebus. Ahh kenapa aku seerti ini. Memalukan! Aku terus berjalan di belakangnya tanpa aku sadari aku menginjak sendal yang dia pakai. Brukk Apa-apaan ini
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD