Sosok Halusinasi

1251 Words
"YA ALLAH SYILA" Dua orang ikhwan yang sedang berada didalam mesjid saling berpandangan mendengar suara teriakan dari arah luar yang tidak cukup jelas, karena hujan deras di barengi kilatan menambah suasana seakan mencekam. "Akhy, apa antum mendengar suara teriakan dari arah sana?" Tanya ikhwan yang satu kepada rekannya, dengan menunjuk kearah luar. "Iya ana mendengarnya. Mari kita check ke luar." ajak ikhwan yang satu lagi. Dua orang ikhwan tersebut melangkah keluar untuk menyelidikinya apa sebenarnya yang terjadi di luar. Duaaarrr... Suara petir itu seakan ada di atas kepala dan siap menyambar, membuat orang yang mendengarnya merasa ketakutan. Namun, dua orang ikhwan yang mempunyai wajah tampan, serta karismatik yang sangat mempesona kaum hawa tersebut terus menyusuri koridor asrama mencari asal suara yang mengagetkan mereka. Samar-sama mereka melihat kerumunan orang di depan kantor santri tepatnya dimana biasa santri di kenakan hukuman. Mereka semakin penasaran ada apa gerangan yang membuat banyak santri berhamburan keluar bahkan dengan rela terguyur hujan. Semakin langkah mereka mendekat semakin jelas apa yang telah terjadi mereka melihat seseorang telah tergeletak tak sadarkan diri. Salah satu ikhwan menghentikan langkahnya dia merasa kaget dengan apa yang ia saksikan. membuat rekannya tersebut bingung. "Ada apa ustad kenapa berhenti?" Tanya temannya tersebut. jika mereka berada di lingkungan santri maka panggilan mereka akan berubah dengan sebutan 'ustadz' kenapa? Untuk mendidik kepada santrinya agar saling menghormati. Beda halnya jika mereka tidak di lingkungan santri atau bertemu biasa, maka panggilannya seperti biasa 'akhy'. " Dia santri wati yang ana hukum tadi." ucapnya. "Ana lupa tadz." sambungnya. Tanpa basa-basi keduanya mendekat kearah dimana gadis tersebut yang kita ketahui adalah syila, telah jatuh pingsan. Keduanya mendekat pada ibu paruh baya yang sedang mencoba membangunkan syila. "Umi apa umi tidak apa-apa?" Tanya ikhwan yang satu. "Umi tidak apa-apa Hafizh, siapkan kamar tamu. umi sama ustadzah lain akan bawa syila ke rumah kita sementara waktu." Ucap umi yang tidak lain adalah uminya sekaligus istri dari pimpinan pesantren. "Oh satu lagi, untuk nak alif tolong hubungi abi sya'id." sambungnya. Dua orang ikhwan pun berlalu pergi untuk memenuhi perintah sang umi. Mereka masih saling diam tanpa mengeluarkan satu kata pun. Sampai akhirnya alif yang memulai pembicaraan. "Ustadz hafizh ana benar-benar merasa bersalah sama santriyah itu." ucap alif. "Sudahlah ustadz, kita do'akan saja semoga tidak terjadi hal yang di takutkan." jelas hafizh. Mereka saling bercengkrama sampai akhirnya mereka terpisah di salah satu koridor yang menghubungkan Rumah pemimpin pesantren dengan Asrama putri. Seperti yang telah di tentukan tadi hafizh menyiapkan kamar dan Alif akan menghubungi abi sya'id yang kini telah berada di Aula. ********* Nampak empat orang akhwat telah membawa syila ke rumah Abi sya'id. Kini keadaan syila masih belum memperlihatkan tanda-tanda akan siuman. membuat orang-orang yang ada di ruangan tersebut merasa cemas. Alif yang terlihat sangat gusar melihat kondisi syila yang nampak terkulai lemas tanpa sadarkan diri. Ceroboh! Begitulah ali merutuki dirinya. Mungkin jika dirinya tidak lupa gadis tersebut tidak akan seperti ini. 'Tapi kenapa anti tidak berteduh saja. kan jika seperti ini saya menjadi lebih bersalah' Batinnya terus berkecamuk memikirkan syila si gadis polos yang baru ia temui. Namun senyumnya mengembang ketika membayangkan tingkah konyol sang gadis. Astagfirullah, Batinnya terus mengingat kejadian itu. Entah apa yang ia rasakan. Rasa yang aneh dan tidak dapat di mengerti.  Alif heran, kenapa dia terus memikirkan kondisi syila. rasa bersalahnya sangat luar biasa. yang lebih heran lagi kenapa syila tadi berada di area putra. bukankah sudah jelas peraturannya. alif dibuat bingung sendiri. Tidak lama semua orang termasuk Abi sya'id, Umi salamah, Ustad hafizh serta ustad Alif keluar dari kamar dimana ada syila di dalamnya. Mereka berkumpul di ruang tamu, sepertinya sedang membicarakan hal yang penting. "Kita bicarakan ini nanti saja setelah suasananya baik" terdengan suara abi sya'id berkata demikian dan semuanya memohon untuk pamit meninggalkan ruangan tersebut. ********** Syila Pov... Aawwww... Aku merasa kepalaku saat ini begitu sakit serta pusing. enggan rasanya aku membuka mata. Tubuhku terasa lemas dan sakit dibagian kepalaku begitu luar biasa. Ya Allah, Aku ini ada dimana? Aku melihat seisi ruangan yang kini sedang aku tempati dan aku benar-benar tidak mengenali ruangan ini. Dimana aku sebenarnya. Ini bukan kamarku atau kamar yang ada dirumahku. Ruangan ini begitu asing. Dimana sebenarnya aku sekarang? Atau jangan-jangan Oh no! Tapi kalo iya bagaimana. Aku dimana? Apa benar aku telah di culik? Masa tega si penjahat menculik perempuan sebaik ini. Ahh rasa pusing dikepalaku membuat aku tidak bisa berpikir normal.  Lalu sekarang aku dimana, ini kamar siapa? Aku menarik napas lalu membuangnya, untuk menetralkan pikiranku yang terkadang itu sangat bodoh. Aku mencoba mengingat kejadian yang telah aku lalui. Ah. Aku benar-benar tidak mengingatnya. Tunggu! Aku mulai mengingatnya. Sekarang ini aku berada di pesantren baru saja tadi pagi aku di antarkan kesini, namun ini bukan kamar  yang tadi, di sini hanya ada satu tempat tidur seperti kamar pribadi biasa. Lalu kenapa aku ada disini? Aku terus mengingatnya memutar ulang ingatanku. Aku hanya mengingat terakhir aku di hukum lalu hujan deras datang, aku juga merasa dingin yang begitu menusuk setelahnya aku tidak mengingat apa-apa lagi. Ah tidak! Apa aku bilang? Tidak mengingatnya lagi. Apa jangan-jangan aku amnesia? Astagfirullah kenapa ditengah kepanikan ini pikiraan konyolku itu tidak bisa diam. Lalu sekarang aku ada disini, kamar siapa? Aku berniat keluar dari ruangan ini namun tiba-tiba seseorang masuk. Hal itu sedikit mengurungkan niat ku. Aku menutup wajah dengan ke dua telapak tangan, siapa gerangan yang datang? Aku takut, takut kalau yang datang bukan manusia. Aku merasa dia mendekat dan semakin mendekat.   aku rasa seseorang itu sekarang duduk di sebelahku yang kini posisiku telah duduk di tepi ranjang. "Kamu sudah sadar Syila?" Ucap khas suara perempuan. Aku enggan melihatnya takut kalau itu makhluk astral yang datang. Astagfirullah efek suka nonton horor. "Apa masih pusing?" Lanjutnya. Aku mulai membuka tanganku dan mencoba melihat ke arahnya. cantik, begitulah penilaian ku pada wanita yang kini ada dihadapanku itu. walau wanita ini nampak sudah memperlihatkan kerutan di bagian matanya namun kecantikannya begitu terpancar. "Eeeeh umi! Alhamdulillah syila baik kok umi." ucapku malu. "Syukurlah, tadi kamu pingsan. Tapi, kenapa kamu main hujan-hujanan?" Tanyanya lembut. "Astagfirullah umi syila kan di hukum terus syila belum menyelesaikan hukuman itu." aku baru mengingatnya kalau aku belum menyelesaikan hukuman itu. aku berniat untuk melanjutkan hukuman, namun umi melarangku. Lama sekali aku berbincang dengannya mengenai peraturan santri bahkan kegiatan di pesantren ini. Aku meminta izin untuk ke kamar mandi. Dengan sedikit bingung aku terus mencari kamar mandi yang umi tunjukan. aku merasa ini sangat sulit di temukan.  Lurus, belok kiri, belok kanan begitu kata umi. Pusing ini masih betah saja menghuni kepalaku. Hm, aku terus berjalan berpegang pada dinding tembok takut jika aku sampai terjatuh. Bruuukkk... Aku menabrak seseorang, tapi siapa? aku hanya melihat kakinya saja, karena posisiku sekarang tengan tersungkur akibat menabraknya. Badanku yang limbung membuat aku tidak siap dengan keadaan tersebut. akhirnya beginilah posisiku yang amat memalukan. "Ukhty apa anti tidak apa-apa?" Ucap khas seorang pria. Aaaahhh siapa dia?  Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku tidak peduli, yang aku pikirkan siapa dia pemuda dengan wajah tampan, hidung mancung di sertai bulu alis tebal itu. Aku tidak tau aku hanya merasa ini hanya penglihatanku saja.  "Astagfirullah apa ini mimpi? Siapa seorang akhy di depanku ini apa seorang malaikat?" Masyaa Allah. dia tersenyum ke arah ku. Aaaahhh jantungku berdetak kencang melihat senyumnya. Astaghfirullah! ini memang mimpi. "Ya Allah jika ini mimpi jangan bangunkan aku, biarlah aku terus bermimpi. Aawww sakiiit! berarti ini bukan mimpi." aku mencubit pipi kananku "Berarti bukan mimpi dong." Ikhwan tersebut terus saja tersenyum kearahku sepertinya dia menahan tawa tapi siapa. ahh pusing sekali kepalaku ini. Biarlah aku tidak peduli, mungkin ini hanya hayalanku saja, seperti kata bunda di rumah aku sering seperti itu kala tidur. "Mungkin dia hanya halusinasi ku saja karena efek pusing di kepalaku." aku memegangi kepalaku. "Ukhty anti kenapa? Kembalilah lalu istirahat!" ucapnya kembali apa ini nyata? Aahh entahlah. " Aduuuh. kamu sosok halusinasi Kenapa seperti nyata, kamu tampan sekali. Sudahlah hanya sosok halusinasi ini." aku pergi menuju arah kamar mandi yang kini aku tau posisinya. Namun terdengar suara gelak tawa di belakangku. Saat aku menengoknya tidak ada siapa-siapa. Mungkin benar itu hanya sosok halusinasi saja.  Ah tidak!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD