Masuk Pesantren

945 Words
                                            "Santri itu akan selalu jadi anak GAPLEH: Gaul Tapi Soleh."                                                                                       "Ingat pesan ayah sama bunda ya sayang!" ucap bu sarah, bundanya syila dengan mencium kening anak bungsunya itu, namun syila hanya membalas dengan anggukan. Perasaan syila saat ini seakan masih belum percaya, jika ternyata sekarang dirinya masuk pesantren dan akan menjadi seorang santriwati.  Sejujurnya, dia masih merasa bingung apa yang harus dia lakukan setelah ini.  Apa dia akan bertemu dengan pemeran antagonis seperti di film-film itu? ataukah bertemu teman baik yang super rempong? "Ayah dan bunda serta kak sakeer kan sudah menitipkan kamu, sama abi dan umi di pondok ini!" ucap sakeer. "Tumben baik!" ucap syila nyengir " Ihhh itu mah lo nya aja tarzan yang gak tau kalo aku baik." ucap sakeer yang di balas pelukan oleh syila. "Makasih makhluk astral.hhhe" ucapan syila berhasil membuat sakeer dan orang tuanya tersenyum. "ayah, bunda do'ain syila ya." Ucap syila " Pasti ayah dan bunda do'ain yang terbaik buat kamu." ucap sang bunda "Tambah lagi do'anya bun." ucap syila tersenyum. "Apa itu?" Ucap sang ayah yang kini mengeluarkan suara. "Do'ain syila supaya dapet suami ustadz tampan disini ya, yang tadi kata bunda bilang sama ayah kalau disini ada ustadz keren siapa tau itu jodoh aku. hhee" ucap syila dengan memamerkan deretan gigi nya. Ucapan dan perilaku syila kerap selalu mengundang tawa seisi rumah dengan tingkah konyolnya. Berat, itulah yang orang tua syila rasakan melepas putri bungsunya tersebut. Namun semua itu mereka lakukan hanya untuk kebaikan syila sendiri. Tidak selamanya perpisahan itu menyakitkan, dan tidak selamanya pula pertemuan itu membawa kebahagian. Semua telah Allah atur dengan skenario yang begitu indah. Termasuk jalan yang harus ditempuh syila beserta keluarganya. Jika hidup ini hanya tentang kebersamaan manis, maka selamanya kita tidak akan pernah merasakan manisnya hasil dari sebuah perpisahan. *********** Syila Pov Hmmm, baru saja beberapa jam disini, akan tetapi rasanya aku sudah merasa bosan yang sangat luar biasa. Andai rasa betah itu dapat aku beli, maka akan aku beli berkeranjang-keranjang agar aku tidak merasakan bosan seperti ini sekarang. Disinilah, di sebuah kamar yang didesain untuk empat orang, serta terdapat empat tempat tidur disini. Aku memilih tempat tidur paling pojok dekat jendela, kenapa? Agar aku dapat dengan mudah melihat ke bawah, melihat segala aktivitas santri yang hilir mudik dari atas. kamarku berada di lantai dua tepatnya di Hujroh 24/Maryam. Termenung kini yang aku lakukan. Sendirikah aku disini?  Yang lain mana?  Kenapa aku hanya sendirian?  Begitu banyak pertanyaan dalam benakku yang tidak bisa terlontar. Pada akhirnya aku bercengkrama seorang diri. padahal baru beberapa jam orang tua beserta kakak ku pulang, tapi rindu itu sudah menyeruak kedalam kolbu. Hupss, aku menarik napas panjang, Aku harus bertahan disini apapun yang terjadi. Insyaa Allah kamu bisa syila, kamu bisa, buatlah orang tuamu bangga. Semoga yang kamu impikan dapat suami ustad keren disini terkobul. Hah, dasar! pemikiran apa ini? tidak! ini hanya hiburan karena aku belum mempunyai teman sekarang. Bosan sekali rasanya, aku memilih untuk mencoba keluar dari kamarku dan berniat melihat keadaan di luar. Subhanallah, Tenang sekali yang aku rasa di sini, banyak sekali santri wati berlalu lalang membawa kitab dan ada pula yang sedang bercengkrama. Aku terus melangkahkan kaki tanpa tujuan di tiap koridor hujroh asrama putri. Karena aku belum mempunyai teman,jadi aku berniat melihat-lihat bangunan disini. Mewah, begitulah kesanku saat melihat gedung yang menjulang tinggi serta besar di depan mata ku, kubah yang berwarna biru nampak menambah keindahan bangunan ini. Aku melangkah berniat untuk masuk ke dalam bangunan tersebut. Ya, ini masjid yang terdapat di pondok pesantren yang mungkin beberapa tahun kedepan Akan menjadi istana ke dua setelah rumah ku. Aku melihat taman yang indah, halaman yang luas di depan masjid. di sana aku melihat beberapat tempat duduk yang menurutku mungkin itu di sediakan untuk anak santri  menghapal atau sekedar membaca. Aku melihat di sana banyak santri yang sepertinya sedang menghafal. Kaki ku berhenti didepan sebuah tempat duduk, yang tidak jauh dari sana ada sebuah kolam ikan. Aku duduk dan kembali termenung, aku bingung apa yang mesti aku lakukan disini. akhirnya aku memilih melemparkan batu-batu kecil ke dalam kolam ikan. "Hupsss, Inikah nasib diri ku. Di kirim kepesantren sendiri mana gak ada temen, huh kan sebel!" . . . "Heyy ikan kamu bosen gak sih berada dalam kolam itu hanya muter-muter kaya gini setiap hari?" . . . "Ikan ajak aku ngobrol dong bosen nih!" "Aku tidak merasa bosan kok dalam kolam ini, lagian aku Disini banyak ikan-ikan lain." Astagfirullah, sunggu Aku merasa kaget yang sangat luar biasa. apa itu ikan yang bersuara? jika  benar, berarti ikan yang bisa bicara bukan hanya dalam dongeng saja, tapi di jaman modern seperti ini juga ada. "Astagfirullah, ikan kamu bisa bicara?" Aku mendekat ke kolam itu berniat ingin melihat ikan-ikan itu. . . . "Ekhem, Masa iya ikan bisa mengerti bahasa manusia?" ucap bariton khas seorang pria dari arah belakang menghentikan niat ku mendekati kolam itu. Aku sepontan membalikan badan dan aku dapati sosok pria bertubuh tinggi, hidung mancung seperti bukan orang indonesia. Tampan, Astagfirullah tundukan pandanganmu syila, aku memukul kepalaku sendiri. "Maaf kamu kenapa, apa sedang pusing?" Tanyanya pada ku. "A__a__tidak. Kamu siapa, apa jangan-jangan kamu jelmaan ikan di kolam ini?" ucapku padanya yang entah siapa, pikiranku belum berfungsi sempurna akibat pesonanya. Kini, yang ada dalam otak ku saat ini adalah apa dia jelmaan ikan? "Buahahhaa, Ya Allah. Astagfirullah ukhty saya di bilang jelmaan ikan." ucapnya tanpa melirik ke arahku dengan senyum yang amat manis. "Terus siapa. Apa malaikat?" Hah pertanyaan macam apa ini.  "Buahaha, bukan ukhty bukan! saya manusia di dunia nyata bukan malaikat di dunia hayalmu." ucapnya menggelengkan kepala. apa aku keliatan orang yang berada di dunia mimpi? Aku mencubit lenganku sendiri. "Awwww... Tapi sakit." ucapku " Ya jelas kan tadi saya pertegas ini dunia nyata!" jelasnya dingin. "Saya pengurus santri putra disini, apa ukhty tau? sesuai peraturan disini ukhty akan di hukum" lanjutnya. Apa-apaan ini? Maksudnya apa? main hukum saja dia. Emang aku salah apa? Kok di hukum. Perasaan aku berpakaian gak ada yang salah. "Apa, hukuman?" Aku benar-benar kaget. "Itu!" Ucap nya dengan menunjuk kearah kolam ikan. Aku melihat kearah yang ia tunjuk. Astagfirullah betapa terkejutnya aku Tidak... . . . . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD