2. New Status

954 Words
Setelah pernikahan itu selesai, Mario mengajak Andine tinggal di mansion nya. Di mansion itu hanya ditempati Mario, orang kepercayaannya dan juga para pelayannya, dan sekarang di mansion itu, akan ada Andine. Semua pelayan berbaris menyambut kedatangan tuannya dan istrinya, para pelayan tadi terkejut ketika melihat istri tuannya. Dalam benak mereka, mereka dibingungkan akan wanita yang menjadi istri tuannya. Karena wanita itu kelihatan masih belia, yah memang Andine masih belia. Tetapi mereka tak memusingkan hal itu, mereka langsung saja menyambut istri tuannya itu. Wanita yang akan menjadi nyonya besar di mansion ini. "Welkom in dit herenhuis" ucap Merth. Sang kepala mansion. Andine bingung dengan apa yang dikatakan pelayan tadi, "Hmm Mario. Apa yang dia katakan?" "Welkom in dit herenhuis yang artinya selamat datang di rumah ini." jelas Mario. "Itu bahasa apa?" "Belanda." Andine mengerutkan dahinya, dalam pikirannya kenapa mereka menggunakan bahasa Belanda, disaat mereka tinggal di Indonesia. "Mereka pelayan yang aku bawah dari Belanda. Karena sejak kecil aku sudah tinggal di Belanda, jadi aku bawah saja mereka ke Indonesia." jelas Mario lagi, karena melihat Andine yang masih bingung. "Oh makannya wajahnya bukan seperti wajah-wajah Indonesia, Asia." "Yaa, mereka dari Belanda. Tapi kau tenang saja, Merth bisa berbahasa Indonesia, dan lainnya juga bisa meskipun tidak lancar. Setelah itu tak ada lagi percakapan. Mario sudah berlalu pergi menuju ruang kerjanya, sedangkan Andine diantar kepala pelayan itu menuju kamar yang akan ia tempati. Sebenarnya Andine sejak tadi risih dipanggil nyonya. Tapi mau bagaimana lagi, para pelayan tetap memanggilnya dengan sebutan itu. "Hmm, onze dame kwam als eerste eruit." (Hmm, baiklah nyonya kami keluar dulu.) Andine menyengritkan dahi, bingung akan apa yang diucapkan pelayan itu. Seolah tahu kebingungan majikannya. Merth bersuara, "Maaf nyonya, mereka mengatakan baiklah nyonya kami keluar dulu begitu." "Ohh. Maaf ya saya tidak mengerti bahasa Belanda." kata Andine lembut. "Tidak nyonya, kami memahaminya. Anda orang Indonesia dan sudah pasti tidak mengerti bahasa kami, bahasa Belanda. Dan kami sebagai pelayan Anda seharusnya bisa berbahasa Indonesia. Supaya Anda tidak kebingungan berbicara dengan kami." "Tapi sayangnya hanya saya saja yang lancar berbahasa Indonesia, dan yang lainnya tidak fasih berbahasa Indonesia." lanjut Merth. "Tak apa Merth." "Baiklah saya dan yang lainnya keluar dulu, jika nyonya butuh apa-apa silahkan nyonya panggil salah satu dari kami." papar Merth dan keluar dari kamar Andine. "Tak menyangka aku sudah berubah status. Dulu aku hanya seorang gadis biasa, dan sekarang aku manjadi wanita bersuami. Dan suamiku seorang Billionare." gumam Andine. Ia duduk di tepi ranjang, matanya menerawang jauh. Sampai-sampai matanya rasanya berat, hingga alam mimpi menjemputnya. **** Malam harinya.                     Mario duduk terdiam dikursi kerjanya. Ia memikirkan gadis itu, gadis yang sekarang menjadi istrinya. Mario tak bisa menganggapnya sebagai wanita bersuami, karena Mario belum memperawani Andine. "Aku tak menyangka, aku menikah dengan gadis kecil berusia 16 tahun." katanya, dengan senyuman ahh lebih tepatnya seringaian. Mario bangkit dari duduknya, keluar dari ruangan kerjanya. Ia berjalan menuju ke kamarnya dengan senyum aneh yang menghiasi bibirnya. Dilihatnya pintu kamarnya yang tertutup, ia masuk dan terlihat gadis kecil sedang tertidur pulas diatas ranjangnya. Mario berjalan mendekat, merapikan rambut yang menutupi wajahnya cantik Andine. "Cantik." gumam Mario. "Sekarang saatnya merubah status mu sayang. Hari ini akan ku jadikan kau wanita bersuami yang sebenarnya." Wajah Mario mendekat ke wajah Andine, hembusan nafas Mario terasa jelas diwajah Andine. Membuat tidur Andine terganggu, dan perlahan membuka matanya. Andine terkejut dengan adanya Mario di depan wajahnya. Bahkan saat ini Mario sudah menindih tubuh mungil Andine. "Biarkan aku membuatmu, menjadi wanita bersuami yang sah. Dengan menjamah tubuhmu." bisik Mario tepat ditelinga Andine, membuat Andine merinding. Tangan Andine mencengkeram sprei dibawanya, mau tak mau Andine harus rela keperawanannya di ambil oleh Mario. Karena ini sudah menjadi kewajibannya, menyerahkan tubuhnya pada suaminya. Andine terdiam, ia sudah rela bila malam ini Mario yang berstatus suaminya menjamah tubuhnya. "Andine." bisik Mario s*****l. Andine hanya bisa mengangguk mengiyakan. Mario tersenyum, melihat gadis dibawahnya pasrah, "Aku akan memulainya." Mario langsung menyium bibir Andine. Ciuman itu lembut, dan ciuman itu semakin kebawah. Mario membuat banyak tanda kepemilikan dileher dan bahu Andine. Dan hanya tinggal bagian d**a yang belum ia beri. Setelah selesai dileher dan juga bahu, tangannya menelusuri d**a Andine. Dan bibirnya mendaratkan ciuman disana. "Ahhh..." Satu desahan lolos dari bibir Andine, membuat Mario semakin b*******h. Dan juga Andine mulai menikmati permainan Mario. Terjadilah gulatan panas antara dua manusia berbeda jenis ini. Pergulatan yang dinamakan surga dunia. *****                              Sinar matahari masuk melalui jendela yang tak ditutupi tirai. Membuat tidur dua orang itu terganggu. Mata Mario perlahan-lahan membuka, ia mencium aroma mawar dari rambut Andine, aroma yang sedap di indra penciuman Mario. Dilihatnya wanita yang meringkuk di dadanya. Wajahnya sangat manis, dan polos. Ia tak menyangka istri kecil nya bisa juga dalam urusan ranjang. "Aghhh.." Tubuh Andine menggeliat hingga selimut yang menutupi tubuhnya, melorot ke bawah. Dan hanya menutupi bagian bawahnya. Sedangkan atasnya tak tertutupi apapun. Mario yang melihatnya tersenyum. Kali ini bukan senyum yang seperti menyeringai, tetapi senyum sewajarnya. Mata Andine terbuka perlahan. Hal yang pertama dilihatnya adalah wajah tampan suaminya Mario. "Pagi my wife." sapa Mario dengan sebutan my wife. "Ehh pagi." terlihat rona merah di pipi Andine. Membuat Mario tersenyum. "Morning kiss, my wife." kata Mario dan langsung mencium bibir Andine. Dan setelah itu turun dari ranjang tanpa sehelai benang yang menutupinya. Dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Andine masih terdiam dengan semburat merah di pipinya kala mendengar ucapan my wife. Tetapi sesaat pikirannya melayang pada kejadian semalam. Betapa malunya Andine jika mengingatnya. Dan sekarang ia sudah resmi menjadi wanita bersuami yang sungguhan. Karena ia sudah melakukan kewajibannya. "Hari baru dalam hidupku, dan juga status baru." gumamannya. Dan berniat turun dari ranjang. Tapi Andine terkejut ketika mendapati bagian tubuh bawahnya saja yang tertutupi selimut, dan bagian atasannya polos tak tertutupi apapun. Betapa malunya Andine. Kenapa ia tadi tak menyadarinya..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD