BAB 27: Kenangan 2

1127 Words
Asley pun akhirrnya menyadari kalau tubuh ini bukan miliknya. Jiwa Asley … entah bagaimana bisa jadi tersesat dan masuk atau justru menumpang dalam tubuh orang yang bernama Beel ini. Namun, Asley merasa tidak apa-apa, karena ia bisa merasakan kehangatan keluarga memabukkan yang selama ini ia rindukan. Sekilas, Asley sampai lupa daratan. Ia malah terlarut dan menikmati peran. Sebentar saja. Sebentar saja Asley sangat ingin berada di sini lebih lama lag— BRAAKKK!! Sejurus serangan mematikan mendadak muncul dari atas, menghancurkan atap-atap rumah dan menembus sampai ke tempat di mana keluarga kecil tadi berkumpul dengan hangat. Benda keramat itu berupa sebuah tombak yang dilapisi emas dan juga perak, begitu berkilauan, tapi memiliki ujung yang sangat tajam. Dan ujung benda keramat tersebut menancap hingga menghancurkan meja makan keluarga tadi. Entah merupakan keberuntungan atau faktor kesengajaan, tidak satu pun dari keempat anggota keluarga tadi yang terkena serangan tombak keramat tersebut. Sang ayah yang meski terlambat menyadari kehadiran benda itu, masih sempat meraup putra bungsunya, Zee, dan menghindar, sedang sang ibu berhasil diselamatkan oleh Beel yang kini jiwa Asley tumpangi juga. “Apa semua baik-baik saja?” Ayah Beel berdiri sambil menggendong erat Zee kecil yang sudah menangis tersedu-sedu. Menurut kehendak Asley, mungkin gadis ini juga akan seperti Zee di sana, meraung dan menangis karena takut dan sangat terkejut akan serangan mendadak seperti itu. “Kami tidak apa-apa, Ayah. Ayo, Ibu, bisa berdiri ‘kan?” Namun, apa daya. Tubuh ini bukan milik Asley, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya jadi penonton. “Tentu. Terima kasih, Beel.” Wanita yang menurut Asley, memiliki suara dan aura selembut mendiang ibunya itu, terlihat cukup tegar dalam menghadapi situasi genting ini. “Apa terjadi perang?” Beel bertanya dengan raut wajah khawatir. “Seharusnya tidak. Tapi … kalau kita diserang itu akan lebih memungkinkan,” sahut Ayah Beel dengan rahang yang mengeras. Ada aura api membara yang keluar dan menyelimuti tubuhnya, tapi tidak melukai dirinya sendiri atau pun Zee. Itu luar biasa, Asley ingin bertanya bagaimana caranya, tapi lagi-lagi dia baru sadar. Gadis ini tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya diam dan menyaksikan saja. Menyedihkan. Bagaimana bisa ceritanya ia malah terjebak begini? Tubuh Beel bergerak mendekati senjata keramat tadi. “Ayah … senjata ini. Bukankah milik ….” Bisa Asley tahu wajah ketiga anggota keluarga yang lain langsung pucat pasi. Memangnya itu milik siapa? Raja iblis atau semacamnya? “Benar,” sahut suara tak asing dari atas atap yang sudah bolong. “Kalian cepat juga menghindar.” Brugh! Ada bunyi yang cukup keras saat kaki orang yang berbicara tadi menyentuh lantai, seolah baju ala ksatria yang ia kenakan cukup berat. “Kak … Bizel? Ah, kau datang? Tapi, kenapa …? Apakah terjadi perang atau semacamnya tanpa sepengetahuan kami?” Mulut tubuh yang ditumpangi Asley bergerak. Ada perasaan bercampur aduk antara senang, terkejut, dan kebingungan di dalam hatinya yang bisa Asley rasakan juga. “Kak Bizel!” pekik Zee yang entah sejak kapan sudah berhenti menangis. Ia berontak heboh agar turun dari gendongan sang ayah, berlari lucu sambil membentangkan tangan lebar-lebar dengan wajah riang ke arah perempuan gagah dengan baju bak seorang prajurit perang tersebut. Namun, entah kenapa Asley merasa ada yang janggal. Matanya. Mata perempuan yang keluarga ini panggil Bizel itu … tidak berwarna biru murni, seperti sudah tercemar, tapi Asley tak dapat mendefinisikan. Kemudian juga, ekspresi dari wajah Bizel tampak tak bersahabat. Entah bagaimana Asley bisa menyimpulkan … Bizel seperti orang lain— JLEEBB! Semua pasang mata yang ada di sana langsung terbelalak lebar, seolah bisa keluar dalam detik itu juga. Mereka tidak pernah bisa menyangka … Bizel dengan gesit meraih tombak keramat tadi dan menusuknya tampa belas kasih … tepat di d**a Zee yang masih sangat kecil, sampai tembus. “Graa!! Siapa kau!” hardik Beel yang bergerak cepat, bersamaan juga dengan sang ayah yang sudah melayangkan tinjunya ke arah Bizel. Namun, perempuan itu hanya tersenyum meremehkan. Ia melempar tubuh Zee yang masih menancap di tombak keramatnya tadi, membuat Beel harus memutar arah, menyambut tubuh sang adik yang malang. “ZEE!” “Anakku!” Terlihat tidak peduli, Bizel langsung meladeni serangan yang dilayangkan ayahnya sendiri kepadanya. Sang ayah melayangkan tinjunya dengan sangat brutal dan dalam kecepatan yang bahkan tidak dapat dilihat oleh mata. Namun, Bizel tampaknya mampu menghindari semua serangan tersebut. Sementara itu, Beel dan ibunya masih sibuk dengan Zee. Mereka masih bisa menyelamatkan anak kecil itu selama masih ada serbuk peri …. “Serbuk peri … m-mana serbuk peri Zee? Harusnya masih ada di jantung atau otak—” Tubuh yang dihinggapi Asley tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. “Oh … tidak, tidak, tidak. Kenapa jadi begini?” Sang ibu mulai menangis tersedu-sedu. “Tolong bertahanlah Zee, Ibu akan memberikan serbuk peri ibu pada—” “Tidak, jangan lakukan itu, Ibu. Pasti ada dengan kak Bizel, kita masih bisa mengambilnya selama—” “ARGHH—” BRAKK! Ada kekuatan ungu kehitaman yang mengumpul di ujung tombak keramat, dan kekuatan tersebut membuat ayah mereka terpental jauh dari rumah. Baru saat itulah terdengar riuh keributan di seluruh desa yang mereka tinggali. Terdengar teriakan ketakutan, bunyi pertempuran, dan … jerit kesakitan di mana-mana. “Kau … siapa kau! Kau bukan Bizel anakku! Bukan! Dia tidak akan melakukan hal sekejam ini!” jerit wanita paruh baya tersebut dalam isak tangis yang memilukan. Ia memeluk Zee yang sudah tak bernyawa, darah segar anak kecil itu mulai membasahi sekujur tubuhnya. Mengerikannya, perempuan berbaju bak prajurit tersebut malah tertawa puas. “HAHAHA! Kalian tidak bodoh rupanya. Banyak keluarga yang lain sulit percaya kalau anggota keluarga mereka sudah bukan anggota keluarga mereka lagi.” “Apa … maksudmu?” Bibir Beel sampai bergetar menanyakan itu. Bizel malah menyeringai menakutkan. “Bagaimana ya, mengatakannya? Tapi kakak yang kau bangga-banggakan … kakak yang kau sayangi … kakak yang sering kali tidak menepati janji padamu … sudah tidak ada.” “Diam kau! Kakakku tidak mungkin mati!” Mendadak, tubuh yang dihinggapi Asley dipenuhi oleh kekuatan yang berasal dari alam. Ada binar cahaya hijau dan kuning yang menyelimuti Beel saat ini. Tubuh yang tinggi, kurus, tapi kuat itu mulai menunjukan taringnya. Meski begitu, Asley bisa merasakan sudut mata yang basah, amarah yang membara, dan kesedihan yang membuncah. Seluruh emosi tersebut seolah meluap-luap di dalam tubuh ini hingga rasanya sangat menyesakkan. “Wah!” Pupil Bizel membesar, terlihat sangat tertarik dengan kekuatan yang Beel keluarkan. “Kembalikan kak Bizel dan serbuk peri milik adikku!” amuk Beel langsung melesat cepat dan berhasil meninju wajah Bizel dengan kekuatan kabut dan angin. “Ha! Manusia itu benar. Ada emas di sini,” sebut Bizel, menyeka sudut bibir, mengambil posisi siap tempur dan langsung menunjukkan aura mengerikan penuh intimidasi kuat. “Aku akan mengambilmu, Beel.” “Urgh! AAKHH!!” Asley ikut menjerit kesakitan mana kala tombak keramat nan tajam tadi menusuk perutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD