" Dia benaran adik kamu ?? "
" Iya, dia adik aku " jawab Alana pada teman sekelasnya yang bernama Sigi," Namanya Alma, nama kami saja miripkan?" jawab Alana ringan sembari balik bertanya. Alma cuma jadi pendengar saja. sudah biasa mendengar pertanyaan serupa dilontarkan oleh orang- orang yang baru ia temui. Penampilan fisiknya yang jauh berbeda dengan sang kakak, Alana... membuat orang lain tidak langsung percaya saat mereka dikenalkan sebagai saudara, apalagi sebagai adik kakak kandung. Secara kasat mata memang sulit untuk dipercaya.
Alana berkulit putih dengan rambut lurus berkilau sangat jauh berbeda dengan Alma yang berkulit sawo matang dan berambut keriting.
Tapi perbedaan mencolok tersebut hanya terlihat asing bagi orang yang baru kenal karena faktanya bagi mereka yang sudah kenal dengan orang tua Alana dan Alma tidak akan heran dengan perbedaan fisik keduanya.
Si sulung Alana mewarisi kecantikan Mami Elen yang merupakan keturunan Indo campuran, sedangkan Alma kebagian gen Papi Yongki yang berdarah Indonesia timur.
Jadilah dimata orang kebanyakan, penampakan fisik Alana dan Alma sangat berbeda. Ibarat siang dan malam. Bak seorang putri dan upik abu.
Sejak kecil Alma sudah kenyang dibanding - bandingkan dengan sang kakak, namun tetap saja, setiap berada dalam situasi yang sama, perasaannya jadi sedih mendengarnya. Hatinya serasa dicubit oleh tangan tak kasat mata. Bohong kalau ia mengatakan tidak apa-apa. Senyuman kepalsuan yang coba Alma tampilkan hanyalah kamuflase semata.
Sekarang adalah hari pertama Alma masuk ke sekolah menengah pertama. Alma menjadi murid baru disekolah tempat kakaknya menimbah ilmu. Keinginan Alma agar bisa bersekolah di tempat yang berbeda langsung ditolak mentah- mentah oleh Mami dan Papinya.
Alasan klasik sebenarnya, mereka hanya ingin kedua putrinya bisa saling menjaga saat berada di luar rumah.
" Kok beda ya ?"
Pertanyaan lanjutan dari Sigi membuat Alma meremas ujung tali ranselnya. Hal seperti inilah yang ingin dihindarinya dengan meminta bersekolah ditempat yang lain tapi orangtuanya seolah abai dengan situasi buruk yang pasti akan dialami oleh Alma. Seakan kekhawatiran Alma dianggap terlalu berlebihan oleh mereka. Nyatanya feeling buruk Alma benar adanya. Alma bahkan mengalaminya tepat dihari pertama mereka masuk sekolah. Situasi yang sama seperti yang Alma alami saat sekolah dasar dulu kembali terulang. Kehadiran Alma dan Alana ditempat yang sama pasti mengundang perhatian orang lain.
Banyak siswa lain disekitar mereka. Rata - rata memandangnya dengan pertanyaan yang sama dengan Sigi, merasa heran dan tak percaya!
Para siswa memang berkumpul untuk mendapatkan pengarahan sebelum pulang. pengumuman dadakan sehingga tidak diwajibkan berbaris sesuai kelas masing - masing. jadinya para siswa mengumpul sesuka hati saja. Alma sendiri tidak tahu kenapa kakaknya dan teman-temannya malah berkumpul didekat mereka yang kebanyakan adalah siswa kelas satu.
" Aku mirip Mami, Alma mirip Papi " jawab Alana pelan. Alana bosan juga selalu menjawab pertanyaan serupa yang kerap dilontarkan oleh orang- orang.
Sigi mengangguk. Sepertinya dia langsung mengerti dengan penjelasan dari Alana. Di dunia ini memang ada banyak terjadi pernikahan campuran. Tapi dibandingkan anaknya yang beda satu dengan yang lain, rasanya lebih banyak percampuran genetik yang terjadi langsung pada satu anak sekaligus. Setidaknya begitu yang dia lihat yang terjadi dikeluarga dekatnya.
" Bisa beda banget ya, Alana cantik banget, adiknya ... itu rambut atau mie instant ya ?? " timpal yang lain.
Gelak tawa langsung menyambut omongan kurang ajar sang kakak kelas. Mana suaranya kencang lagi.
Alma sempat melihat name tag cowok yang barusan mengejeknya. Alexander wiguna. Alma mengejanya dalam hati. Mulai hari ini dia akan jadi musuh Alma.
Alana mengusap bahu adiknya pelan, berharap Alma tidak terpancing dengan ucapan Alex, teman sekelasnya yang terkenal badung seantero sekolah.
Alma memang tidak membalas ucapan Alex tapi ia mempelototinya dengan garang.
Alex tertawa tambah keras melihatnya. Dua jarinya mengacung sebagai tanda perdamaian berbeda dengan suara tawanya yang terdengar tetap mengejek.
" Alexander wiguna! maju kedepan !" teriak guru BK yang sedang memberikan pengarahan.
Sontak semua siswa menoleh kearah mereka. Alma bergeser pelan kebelakang Alana. tidak nyaman ikut jadi perhatian semua orang.
" Cepetan lo maju ! " suruh Alana sambil mendorong Alex.
" Kenapa lagi sih?! tiap hari gue mulu yang disuruh maju " gerutu Alex sambil berjalan kedepan kantor tempat guru berada.
" Alexander, kamu berdiri di dekat pot bunga selama bapak menyampaikan pengumuman" tunjuk guru BK pada Alex," buat yang lain, Alex adalah contoh siswa yang tidak memperhatikan saat guru berbicara didepan. dia malah asyik tertawa disana. Tampaknya sesuatu dibelakang sana lebih menarik daripada informasi yang sedang bapak sampaikan."
Para siswa tertawa menyoraki Alex.
Alex yang dasarnya tidak terlalu peduli cuma cengengesan saja. Sudah terbiasa juga dengan situasi seperti itu.
Alexander Wiguna adalah seorang Siswa berprestasi, selain langganan juara kelas dia juga atlet basket. Tapi yang jadi masalah adalah sifat badung dan tengilnya yang sudah mendarah daging. Sering berkelahi dengan Siswa laki - laki dan mengusili siswa perempuan adalah kegiatan rutinnya hampir tiap hari di sekolah. Entah apa yang ada dalam fikirannya sehingga tidak pernah kapok bahkan setelah mendapatkan hukuman berulang kali. Memang tidak sampai mendapatkan hukuman fatal karena perbuatannya juga tidak pernah mengakibatkan hal buruk pada teman- temannya, namun cukup menjadi image yang kurang bagus untuknya. Beruntung Alex memiliki prestasi yang relatif stabil sehingga para guru tidak memasukkan namanya kedalam buku hitam kesiswaan. Para guru masih bisa memakluminya sebagai kenakalan anak abg yang tampaknya ditambah dengan kondisi Alex yang kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Sebagai guru yang berpengalaman, mereka tahu kalau kenakalan Alex merupakan akibat dari hal tersebut. Mereka juga optimis siswa seperti Alex akan bisa berubah nantinya dengan mendapatkan bimbingan yang tepat dari para guru, lagipula diusia sekolah menengah pertama memang saatnya anak-anak mengalami perubahan diri dan perubahan pola fikir menuju usia yanh mulai beranjak dewasa. Perlu trik khusus agar para siswa yang terlihat nakal untuk tidak menjelma menjadi siswa yang pemberontak dan keluar dari jalur yang tepat. Seharusnya, diperlukan kerjasama antara guru dan orangtua tapi sayangnya kondisi ideal tersebut tidak bisa didapatkan oleh semua anak.
Orang tua Alex sudah sering dipanggil kesekolah namun tidak membuat perubahan yang berarti. Mungkin lebih tepatnya, orang tua Alex yang nyaris tidak pernah datang ke sekolah. Biasanya hanya dihadiri oleh seseorang yang mengaku sebagai orang suruhan saja. Atau beberapa kali belakangan dihadiri oleh seorang wanita yang mengaku sebagai ibu tirinya.
Sejak pertama murid baru mulai masuk sekolah, Alma langsung menarik perhatian Alex. walau bukan cuma Alma yang punya rambut keriting tapi tetap saja dimata Alex, Alma terlihat paling menyedihkan dibanding yang lain apalagi jika disandingkan dengan kakaknya yang sempurna. Alma dan Alana sama-sama menarik perhatiannya tapi tentu saja dalam konteks yang berbeda.
" Alex memang begitu orangnya, kamu nggak usah ladenin dia ya " ucap Alana pelan menyadarkan Alma dari kecamuk fikirannya sendiri.
Alma tidak membalas ucapan kakaknya. Mana mau ia membiarkan Alex menghinanya. Lihat saja nanti apa yang akan ia lakukan jika Alex kembali menjulitinya.
Alma merasa hari - hari buruknya sudah dimulai sejak pertama masuk sekolah.