Buruk rupa

1146 Words
" Sstt .. pacar Alex lewat " bisik seorang kakak kelas saat Alma melewati sekumpulan siswa perempuan. Alma menahan diri untuk tidak menoleh. Mencoba abai dengan bisikkan yang terlalu keras untuk tidak didengarnya. Namun sikap acuhnya tidak bisa bertahan lama karena gangguan sudah didepan mata. Alma terpaksa berhenti karena dihadang oleh tiga orang kakak kelasnya. Mereka bukanlah dari kelas tiga seperti Alex, mereka adalah anak kelas dua. Naomi, Kamila dan Renita. Alma melihat nama yang ada di seragam mereka. Apakah mereka geng princessnya kelas dua? Penampilan mereka memang sangat girly dan berkelas untuk ukuran abege seperti mereka. " Eh Kribo, Lu yang ngerayu Kak Alex di Toilet kan? jangan ngimpi jadi pacarnya Kak Alex. bentukan kayak Lu nggak cocok sama dia " kata Naomi lantang. dua temannya mengangguk mengiyakan ucapan Naomi. " Aku nggak ngerayu dia " jawab Alma pelan. tidak mau memancing perhatian orang lebih banyak lagi. " Alah ... bohong aja lu, ngaca sana lihat wajah lu baik - baik " kali ini Renita yang bicara ," Jangankan Kak Alex, Pak Jajang aja pasti gak mau jadi pacar lu !" Naomi dan Kamila langsung tertawa mendengar ucapan Renita. Alma diam menahan sesak didadanya. apa dia memang sejelek itu sampai seorang satpam sekolah mereka yang sudah berumur dan punya isteri saja tidak akan mau dengannya? Harusnya Alma melupakan saja ujaran yang tidak bermanfaat seperti itu. Tapi sudut pandang korban hinaan memang selalu berbeda. Ada sisi lain dari dalam dirinya yang secara otomatis berusaha menvalidasi tuduhan dan hinaan tersebut. Menyakitkan memang ketika kita tidak mampu mencegahnya dengan lebih cepat. Perasaan negatif tersebut lebih cepat memberikan dampak buruk sebelum kemudian dengan susah payah dilupakan dan diafirmasi secara positif dalam jangka waktu yang tidak sebentar. " Ingat lu ya, mulai saat ini jangan dekat - dekat lagi sama Kak Alex! " Masih saja Alma mendengar nada mengintimidasi dari kakak seniornya itu. " Eh ... ada apa ini? ngapain kalian marahin anak kelas satu ? " Sigi datang bersama Alana. " Kalian berani gangguin Alma, nggak tahu kalau dia adiknya Alana ? " Ketigannya saling pandang sebelum tertawa mengejek. " Adik ? " Kamila bertanya " yang benar saja kak, mereka tuh seperti cinderella dan upik abu. Kak Alana yang cantik tidak mungkin punya adik yang buruk rupa " Teganya Kamila berkata yang jelas- jelas akan menyakiti perasaan Alma lebih dalam lagi. Alana menatap adiknya kasihan. Alma tidak mau mendengar lebih banyak lagi cemoohan yang terlontar padanya memilih meninggalkan mereka, berlari menuju kelasnya. Bruk! Alma menabrak seorang Siswa laki - laki sampai terjatuh. " aww ... " Alma menatap orang yang ia tabrak sekilas. " Maaf ... " Bukannya marah cowok itu malah minta maaf pada Alma. Tidak biasanya Alma mendapat perlakuan seperti baik seperti itu. Apalagi ini disekolah yang mana kebanyakan orang yang berhubungan dengannya selalu menatapnya dengan tatapan merendahkan. " Kamu nggak apa - apa kan ?" tanyanya sambil tersenyum ramah. Pertanyaan itu membuat Alma tersadar dari lamunan singkatnya. " Nggak apa - apa, kak " jawab Alma kikuk karena melihat senyum manis dari sang kakak kelas " Maaf karena tidak sengaja menabrak kak Randy" Alma menyebut nama yang ada diname tag. Yang disebut namanya justru tertawa. Alma bingung kenapa dia tertawa. Apa karena Alma terdengar sok akrab? Tapi Alma hanya ingin membalas keramahan yang ia terima dengan hal serupa. " Nama saya bukan Randy tapi Reyhan ". Reyhan mengusap name tag nya "Seragam saya kebetulan sedang basah makanya saya pakai punya sepupu saya " jelasnya masih dengan muka ramahnya yang membuat Alma senang berbicara dengannya. " Kamu Alma kan? " Alma mengangguk. Sepertinya sudah banyak yang mengenalinya. Pasti karena penampilan fisiknya yang mencolok. " Nama kamu bagus, Alma xantina " Reyhan menyebut nama lengkap Alma. Selain Papi dan Maminya baru Reyhan yang memuji namanya. Tanpa sadar hal tersebut menimbulkan senyuman di bibir Alma. " Rey! buruan keburu telat kita " panggil teman Rey. Alma melihat ada Alex juga diantara rombongan teman Reyhan. " Alma, kakak duluan ya " pamit Reyhan yang dibalas oleh Alma dengan anggukan. Senyuman manis masih terus mengembang dibibir Alma karena senang ada yang mau berbicara dengan lembut padanya. *** Mami mengajak kedua anak remajanya berbelanja ke Mall. sampai di Mall, Alana langsung bergabung dengan teman - temannya yang memang sudah janjian sebelum berangkat. Tinggallah Alma berdua saja dengan Mami yang mencari barang keperluan rumah tangga. " Jeng Elen kan ?" tanya tante menor pada Mami Elen. Mami Elen tersenyum sambil mengingat siapa yang menyapanya. dimana mereka pernah bertemu sebelumnya. " Lupa ya Jeng? saya Sita Mamanya Clara teman Sd Alana " Mami Elen mengangguk, lupa - lupa ingat dengan anak yang bernama Clara. " Alananya mana Jeng kok nggak diajak ?" " Ada tadi, sekarang lagi main sama temannya. katanya tadi mau ke counter the Bo** ***p" Jeng Sita mengangguk sambil tersenyum kelewat ramah. " Namanya juga Anak gadis ya Jeng ... pasti banyak yang dicari disana, tapi Alana sudah cantik dari lahir dia tidak terlalu butuh yang begituan " Mami Elen cuma tersenyum menanggapinya, sudah biasa mendengar komentar serupa dari orang lain. Bagi orang kebanyakan bertampang bule seperti Alana memang dipandang lebih cantik. Stereotype cantik versi orang Indo memang nyaris seragam. " Ini yang sama Jeng Elen siapa ya? " Tanya Jeng Sita saat matanya menangkap sosok asing disamping Mami Elen. " Oh ini Adiknya Alana, namanya Alma " Mami Elen mengenalkan Alma pada Jeng Sita. Wajah Jeng Sita langsung berubah. Tanpa sadar dia melotot menatap Alma. " Alma salim dulu sama tante Sita " ucap Mami Elen. Dengan terpaksa Alma mengulurkan tangan pada Jeng Sita. " Alma, tante " Alma memperkenalkan dirinya. Jeng Sita menerimanya dengan tampang masih kaget. " Beda banget ya ... " lirihnya masih bisa didengar dengan jelas oleh Alma dan Mami Elen," Anak angkat ya, Jeng?" bisiknya. Kentara sekali kalau dia merendahkan Alma dengan pemilihan kata-katanya. Mami Elen tidak mau mendengarkan lagi lanjutan kata-kata orang tersebut yang pastinya akan menyakiti perasaan putrinya sendiri. " Kami duluan ya Jeng " pamit Mami Elen sambil mendorong trolinya tak lupa dia mengkode agar Alma segera bergerak. Mami Elen tidak menjawab pertanyaan Jeng Sita. Apapun jawabannya pasti akan membuat Alma bersedih karena Alma akan tahu apa yang sudah dibisiki oleh Jeng Sita tadi. Bagi Mami Elen, Almanya adalah anak cantik dan baik hati. Tapi entah kenapa orang lain sering memandang anaknya berbeda. Terang-terangan menghina dan membandingkan kedua anaknya. Alana dan Alma sama berharganya bagi Mami Elen. Tidak perlu mereka menyukai Almanya tapi tidak juga sampai harus menghina penampilan fisiknya. Andai suaminya mau kembali ke negara tempatnya berasal, Alma pasti tidak akan mengalami perlakuan diskriminasi seperti sekarang. Alma pasti dipandang dengan cara berbeda disana. Namun, hidup tidak selamanya bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jadilah Alma harus mengalami hari yang berat setiap kali bertemu dengan orang -orang yang kurang memakai perasaannya saat berbicara. Ibu mana yang tidak hancur hatinya melihat anaknya bersedih karena dilukai hatinya oleh orang lain? Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD