2. Berkenalan Dengan Orang Baru

1210 Words
Sienna dan Jason sampai di sebuah hotel 70 lantai, hotel tersebut adalah hotel Tenigson Sanskyli Ottawa. Sienna menautkan alis ketika memasuki hotel yang di d******i oleh kain mengilap, lampu kristal, furnitur penuh ukiran dari pengukir terkenal. Ada 48 kamar suite room di hotel ini. Saking mewahnya, kamar hotel ini lebih cocok disebut sebagai rumah. Bagaimana tidak? Hotel ini dilengkapi dengan ruang perpustakaan, kantor, bar, bioskop pribadi, hingga ruang astrologi tersendiri. Interior kamar hotel mewah ini didesain Arsitektur Eropa yang berseni tinggi. Furnitur kamar berwarna serba emas, perak, dan cahayanya alami. Dekorasinya berupa patung dan tanaman. Ada juga balkon dengan area lesehan yang dilengkapi tenda mewah. Area ini dilengkapi dengan jendela berukuran besar. Plafon kamar hotel mewah ini dihias dengan lukisan yang diterangi pencahayaan alami, sangat identik dengan gaya arsitektur Eropa yang berseni tinggi. Sienna tak menyangka bisa menginjakkan kaki di hotel mewah yang berlantai 70 ini. Entah siapa pemiliknya, namun Sienna merasa bangga meski hanya menjadi sebagai tamu yang menumpang gratis. Jason membuka pintu kamar dengan lockcard berwarna emas, lockcard itu termaksud tanda bahwa yang memilikinya adalah tamu yang menginap di suite room. Jason membuka seluruh tirai di kamar tersebut dan memperlihatkan kota Ottawa yang begitu membentang luas, beberapa gedung pencakar langit lainnya menjadi pemandangan indah. Gedung hotel ini adalah salah satu gedung yang berlantai 70. “Xav, seberapa kaya temanmu itu?” tanya Sienna menoleh menatap Jason yang kini duduk membaca majalah di sofabed berwarna putih tulang. “Dia kaya,” jawab Jason tanpa menoleh menatap Sienna yang kini berdiri didekat dinding kaca yang memperlihatkan sebagian kota. “Apa kamu yakin bahwa dia mau kamu meminjamkan kamar ini padaku?” “Aku yakin. Sebentar lagi dia akan datang,” jawab Jason. “Ya ampun. Aku gak sabar bertemu temanmu itu. Jika Errina dan Degard melihatku, sudah bisa dipastikan bahwa aku akan menang dari mereka kali ini.” Jason menganggukkan kepala. Getar ponsel Sienna terdengar di saku celananya, ia mengambil ponselnya dan mengangkat telpon dari nomor tak dikenal. ‘Halo?’ ucap Sienna. ‘Halo, Sienna. Apa kamu masih hidup?’ Sebuah suara di ujung telpon terdengar meledek, suara itu datang dari Errina. Sienna mengepal tangan kirinya. Jika bisa mencabik jantung Errina, ia pasti akan melakukannya. ‘Aku masih hidup. Kamu takut aku akan merebut kekasih brengsekmu itu?’ ‘Aku hanya mau menyampaikan, bahwa lagi dan lagi aku menang dari kamu. Kamu memang tidak akan pernah menang melawanku.’ Suara ejekannya terdengar jelas. ‘Kamu menang karena bermain curang. Kamu mengambil sampah yang sudah ku buang dan kamu … persis seperti ibumu, selalu menyukai barang second.’ ‘Aku tidak perduli. Tak ada lagi yang sayang padamu, tak ada lagi yang perduli dan ayahmu yang kamu sayangi telah menjadi milikku.’ ‘Ambil saja, aku tidak perduli dengan orangtua itu,’ jawab Sienna penuh penekanan. ‘Wah. Kamu sudah berubah menjadi lebih kejam, ya. Sienna kamu harus tahu bahwa tak ada wanita yang seberuntung diriku, aku akan menjadi menantu keluarga Lanss.’ ‘Ambil semua yang ingin kamu miliku. Aku tidak pernah perduli dengan apa yang kau katakan. Bagiku … kamu tetap sampah yang memungut barang busuk di tempat sampah, memandikannya saja tidak akan menghilangkan aroma busuknya.’ ‘Kamu memang wanita yang berkelas. Namun, sayang … kamu wanita yang tidak beruntung.’ ‘Ini nomormu?’ ‘Iya.’ ‘Aku harap kamu tidak mengganti nomormu. Aku akan memblokirnya.’ Sienna lalu mematikan ponselnya dan menghela napas halus, ia meraba dadanya seakan jantungnya akan berhenti berdetak dan berhenti mencium aroma makanan lagi. Jason beranjak dari duduknya dan menghampiri Sienna, mereka berdiri berdampingan dan menatap pemandangan diluar sana. “Siapa? Errina?” tanya Jason. “Wanita jalang itu benar-benar tidak tahu malu. Aku sangat membencinya.” Napas Sienna tersengal-sengal. Membuat airmatanya masih tertahan. Ia menjadi wanita yang lebih kuat seperti sebuah karang dilautan, bahkan tumbuh dan tumbuh menjadi pohon yang kokoh, yang bahkan tak akan rapuh termakan usia. Jason merangkul pundak Sienna dan menepuknya perlahan, lelaki yang mampu memberikan ketenangan dan kedamaian itu seperti memiliki obat penenang, tepukannya yang mungkin sederhana namun mampu memberikan kedamaian dalam hatinya. Suara bel terdengar, Jason melepaskan rangkulannya dan melangkah ke arah pintu, ia memutar knop pintu dan melihat seorang lelaki kini berdiri didepan kamar hotel. Jason sesaat menoleh dan melihat dimana Sienna berdiri, lalu ia melangkah keluar untuk menemui lelaki itu. “Kamu kenapa lama sekali?” tanya Jason. “Kamu tahu aku sedang di Vancouver.” “Bagaimana pekerjaanmu? Selesai?” “Done.” “Kamu dengarkan aku. Didalam sana ada wanita yang sering aku ceritakan kepadamu, dia berharga bagiku dan kamu harus melakukan semua yang aku katakan. Kamu harus menjadi kekasihnya dan perlihatkan segala yang kamu miliki. Maaf jika aku harus merepotkanmu.” “You are crazy? I couldn't possibly do it,” ucap lelaki itu. Eldrick Coldwey—teman Jason. “Aku tidak memiliki pilihan lain, aku sudah ceritakan semuanya lewat telpon dan aku harap kamu melakukan seperti yang aku katakan. Ini salah satu permintaanku.” “Ya ampun. Kenapa kamu tidak melakukannya sendiri?” “Aku tidak bisa melakukannya. Cepatlah. Dia menunggu.” “Baiklah.” Jason lalu membuka pintu kamar kembali dan mempersilahkan El masuk. “Siapa, Xav?” tanya Sienna ketika mendengar suara pintu. “Teman yang aku ceritakan,” jawab Jason. “Hai,” ucap Eldrick. “Hai,” jawab Sienna. “Jason banyak cerita tentangmu.” “Jason juga banyak bercerita tentang temannya yang kaya itu.” Tawa Sienna menular hingga membuat Jason juga Eldrick tertawa. “Ha ha.” Eldrick tertawa. Jason dan Sienna saling bertukar pandangan. “Silahkan duduk,” ucap Sienna. “Eh iya. Kamu yang memiliki kamar ini, aku jadi salah.” “Kamu bisa menganggap kamar dan hotel ini seperti milikmu. Jangan canggung, aku juga jarang menempati kamar ini,” jawab Eldrick. “Kamu Sienna, ‘kan?” “Benar. Dan … kamu El?” “Benar,” jawab Eldrick. “Senang berkenalan denganmu.” Sienna mengangguk dan menoleh menatap Jason, Jason hanya mengangguk dan memberikan isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. “Aku sudah banyak mendengar dari Jason bahwa kamu membutuhkan bantuanku.” “Bukan dia yang membutuhkan bantuanmu, namun aku,” sambung Jason. “Eh iya. Mohon maaf. Aku jadi salah bicara,” jawab Eldrick. “Terima kasih atas bantuanmu, El,” ucap Sienna. “Aku jadi tidak enak harus mengganggu pekerjaanmu hanya karena masalahku yang konyol ini.” “Aku sudah bilang tidak menjadi masalah. Aku senang membantu teman dari temanku,” jawab Eldrick. “Kamu teman Jason dan otomatis kamu juga menjadi temanku.” Sienna mengangguk, ia menoleh dan melihat Jason yang kini menundukkan kepala, Jason sejak tadi tidak berbicara dan memberikan waktu pada Sienna dan Eldrick berbicara. Sienna dan El bercerita banyak hal, mereka terlihat sangat akrab, perbincangan terjalin begitu saja, mereka menceritakan banyak hal, Jason melihat jam yang melilit dipergelangan tangannya dan malam menunjukkan pukul 9. “Sudah malam, ayo balik,” ajak Jason. El melihat jam tangannya. “Baru jam 9.” “Sienna itu seorang gadis, tidak baik bertamu terlalu lama,” jawab Jason. “Kamu kayak lagi di zaman dulu saja,” geleng El membuat Jason memberi kode agar ia cepat bangkit dari duduknya. El lalu bangkit dari duduknya begitu pun Jason. “Kamu harus istirahat, nanti kabari dia saja jika kamu membutuhkannya.” Jason memperbaiki kemejanya. “Baiklah.” Sienna menganggukkan kepala.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD