Happy Reading...
####
Ting!!!
Ponsel Risa menyala. Di layar hpnya terdapat notifikasi dari maminya.
'Tumben' batin Risa.
Risa segera membuka chat dari maminya.
From : Mami Devi
Sa, mami mau ke mall bentar. Nanti kalo kamu udah pulang, kuncinya mami taruh di tempat biasa ya.
Jangan kemana-mana loh ya. Soalnya nanti malem kita mau pergi makan malem diluar.
Lafyu babe
Bep
Risa mematikan ponselnya dan menaruhnya kembali ke dalam tas.
Risa menghembuskan napasnya secara perlahan. Maminya itu sungguh keterlaluan. Risa yakin, pasti maminya sudah merencanakan sesuatu yang buruk bagi Risa.
####
Risa keluar dari kamar mandi. Ia baru selesai melakukan ritual mandinya. Risa berjalan menuju ke arah lemari pakaiannya. Ia hendak mencari baju tidur kesayangannya untuk ia kenakan.
Ceklek
Saat Risa membuka lemarinya, Ia mengernyitkan dahi keheranan. Di sana ia menemukan beberapa kantung belanjaan. Ia mengambil salah satunya.
Diambilnya sesuatu didalam kantung tersebut. Ternyata isinya sebuah gaun yang sangat cantik. Ia memasukkan gaun tersebut kembali ke kantong tempat semula.
Risa beralih mengambil kantong lainnya dari dalam lemari. Isinya tidak jauh berbeda dari perabotan para kaum hawa. Di sana terdapat high hills, tas branded, make up wanita. Bahkan disalah satu kantong kecil juga terdapat sebuah kalung liontin cantik dengan bandul kecil. Sangat serasi jika dipasangkan dengan gaun tadi.
Risa keheranan. Bagaimana bisa ada barang barang semacam ini di lemarinya. Tiba-tiba risa mengingat sesuatu.
"Mami akan menjodohkan kamu dengan anak teman mami."
Puk! Risa menepuk jidatnya sendiri.
"Ini pasti ulah mami," gumam Risa.
Bagaimana ia bisa lupa dengan perkataan maminya kemarin. Jadi maksud maminya memberikan semua ini kepada risa, serta mengajaknya untuk makan malam diluar, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membahas tentang perjodohannya.
Risa rasa maminya itu sudah benar-benar gila. Bahkan sangat gila. Padahal Risa sudah pernah mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki kekasih. Tapi kenapa maminya itu begitu keukeh ingin menjodohkannya dengan orang lain.
Apa ini yang dirasain Siti Nurbaya jaman dulu, pikir Risa.
Ponsel Risa berbunyi beberapa kali. Sepertinya itu pesan dari ketiga sahabatnya. Mereka selalu saja mengganggu ketenangan ponselnya.
Risa mengambil kaos oblong serta hot pant nya. Ia segera berjalan ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
Setelah selesai mengganti bath roop nya dengan setelan baju santai, Risa kembali melangkahkan kakinya menuju meja rias. Diliriknya jam dinding di kamarnya. Masih jam 4 sore, setidaknya masih ada waktu sekitar 3 jam lagi untuknya bersantai.
Risa mengeringkan rambutnya yang basah karena habis keramas. Ia melihat pantulan dirinya sendiri didepan kaca. Bagaimana mungkin ia akan menikah diusia yang bahkan belum genap 18 tahun.
Lagipula Risa juga masih memiliki cita-cita yang ingin ia gapai. Ia berkeinginan untuk kuliah kedokteran diluar negeri setelah dirinya lulus nanti.
Namun yang terjadi sekarang justru berbanding terbalik dengan kenyataan. Risa berpikir, jika ia menikah sekarang, itu berarti ia tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya. Juga Risa tidak bisa menggapai apa yang sudah ia impikan sedari dulu, karena mungkin kemungkinannya sangat kecil.
Bagaimana jika calon suaminya galak, suka main tangan. Atau hal tersadisnya lagi, suaminya sudah sangat tua dan laki-laki hidung belang. Pasti Risa tidak akan betah menjalani pernikahannya.
Ia juga takut jika nantinya ia akan menjanda diusia belia. Apa kata orang-orang nanti.
Risa langsung menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Ia berusaha mengenyahkan segala pikiran buruk di otaknya.
Astaga!!
Bahkan ia sampai melupakan kehadiran Bayu, yang notabennya adalah pacar Risa. Ia bahkan tak memikirkan perasaan Bayu jika ia mengetahui tentang perjodohan ini. Lagipula Risa juga tidak berani memberi tahu perihal masalah ini kepada Bayu. Ia takut akan melukai hati kekasihnya itu.
Dua tahun sudah mereka menjalin hubungan. Risa tidak dapat membayangkan bagaimana nasib hubungannya dengan Bayu kelak.
Salah dirinya juga yang tidak pernah mengenalkan Bayu dengan Maminya. Jadilah sekarang Risa yang merasa serba salah. Posisinya yang sekarang begitu tidak menguntungkan.
"Tau ah pusiiinggg!!" ucap Risa frustasi.
Awas nanti jatuh cinta
cinta kepada diriku
jangan-jangan ku jodohmu...
Ponsel Risa berdering. Menandakan ada panggilan yang masuk ke ponselnya.
Risa melangkahkan kakinya ke tempat tidur. Ia segera mengambil benda pipih miliknya tersebut. Ia membaca icon yang tertera di layar ponselnya tersebut.
Bayu❤ is calling...
Risa menepuk jidatnya kembali. Saking sibuknya merenungi nasib, Risa sampai lupa untuk mengabari Bayu. Risa segera men-deal tombol hijau dilayar ponselnya, kemudian segera menempelkan benda pipih tersebut ke kupingnya.
"Halo, Bay," sapa Risa.
"Halo Ris, kamu kemana aja sih. Kenapa tadi pulang duluan? kok gak ngabarin kalo mau pulang duluan," Bayu memberondongi Risa dengan banyak pertanyaan.
"Maaf ya, Bay. Tadi aku buru-buru. Jadi gak sempet ngabarin kamu," ucap Risa sekenanya.
Bayu terdengar menghela napas diseberang telepon. "Yaudah, lain kali jangan kelupaan lagi, oke." ucap Bayu.
"Iya," jawab Risa.
"Oh iya Ris, ntar malem aku jemput ya. Kita nonton film baru di bioskop. Bisa kan?" ajak Bayu.
'Mampus. Ntar malem kan gue ada janji sama mami. Terima gak ya' batin Risa.
"Hallo Ris, kamu dengerin aku kan?" ucap Bayu.
"Ehh emm kayaknya gak bisa deh Bay. Aku udah ada janji mau nemenin mami arisan ketempat temennya," alibi Risa.
Nah loh boong lagi kan jadinya
Suasana berubah menjadi hening. Tidak ada jawaban dari seberang telepon. Risa menjauhkan ponselnya guna melihat layar ponselnya.
Detik di telepon masih terus berjalan. Berarti sambungan telepon masih berlanjut. Ia sempat berpikir Bayu langsung mematikan sambungannya karena jawaban dari Risa tadi.
"Hallo Bay," panggil Risa. Masih tidak ada jawaban dari seberang telepon. Risa menggigit kuku jarinya karena takut Bayu benar-benar marah kepadanya. Sudah menjadi kebiasaan bagi Risa menggigiti kuku jarinya sendiri saat dirinya diposisi semacam sekarang.
Hanya terdengar helaan napas kasar dari arah seberang telepon, dan tiba-tiba sambungannya diputus secara sepihak.
Tuh kan, baru juga diomongin.
Risa menggosok wajahnya kasar. Ia tau benar sifat Bayu. Jika ia sedang marah kepada Risa, Bayu lebih memilih pergi atau mematikan telepon secara sepihak seperti yang ia lakukan tadi. Bahkan semarah apapun Bayu kepada dirinya, ia tidak pernah sampai membentak Risa.
Risa mengecek ponselnya yang bergetar. Terdapat beberapa pesan dari sahabat-sahabatnya. Ia membuka grup wa tersebut.
CECURUT
ANIS
P
P
P
Keluarlah wahai penghuni grup
Padim woyyy
Yailah gue dikacangin lagi
Pada kemana sih ni anak
Woyyy ngopi ngapa ngopi
Yailah
KACANG MAHAL LOH INI!!!
CLARA
Apaan?
ANA
2 in
ANIS
Kok bayi bajang gak nongol
ANA
Halah.. gaya lo kayak gak tau kesibukan prinses aje lu tongg
ANIS
Iya juga sih
CLARA
Ada apakah gerangan
ANA
Wkwkwk dipikir si Anis b***k tahun 60-an kalik
ANIS
Njirrr
Resek loh berdua
CLARA
Wakakakakakakakakaka
ANA
Ada kabar apa nih?
ANIS
Shoping yukkk
ANA
Boleh deh boleh
CLARA
Capcusss
RISA
Sorry gaes gue gak bisa
ANIS
Nah loh anak curut. Barunongol udah gak bisa gak bisa aja lo
CLARA
Gak asik
ANA
2 in
RISA
Gue lagi ada acara sama mami
ANA
Acara apaan sih Ris
ANIS
2 in
CLARA
3 in
RISA
Kepo lo pada
Dah lah gue mau siap-siap dulu
Bye
ANA
Payah
ANIS
2 in
CLARA
3 in
Bep
Risa menaruh ponselnya kembali ke atas nakas. Ia segera berdiri dan bersiap-siap untuk acara makan malam nanti.
TBC.