3

1096 Words
Risa duduk dengan gelisah di tempatnya. Saat ini ia dan juga maminya, serta calon suami dan keluarganya sedang duduk di sebuah kafe bintang 5. Mereka sedang melaksanakan sesi makan malam bersama. Mereka sengaja memboking ruangan privat agar lebih nyaman untuk mengobrol. Tak lama, sesi makan malam bersama telah usai. Kini saatnya untuk membahas maksud dan tujuan mereka berkumpul di tempat ini. "Ekhem ... jadi, bagaimana, Dev. Apa anakmu sudah setuju untuk menikahi putraku?" tanya laki-laki paruh baya yang merupakan ayah dari pria itu. "Tentu saja putriku mau, iya 'kan sayang?" tanya mami Devi kepada Risa. "Uhukk ... uhukk ...," Risa tersedak ludahnya sendiri. Devi langsung menyodorkan gelas minuman kepada Risa. Tak lupa ia juga menepuk-nepuk punggung Risa. Apa-apaan maminya ini. Ia belum memberikan jawaban, tetapi maminya ini malah sudah mengiyakan pertanyaan tersebut. Bahkan jelas-jelas kemarin ia sudah menolak untuk dijodohkan. "Bagaimana Risa?" tanya ibu si pria dengan nada keibuan. "Emm gimana ya tante. Risa kan masih sekolah," jawab Risa hati-hati. Takut jika Kedua pasutri itu merasa tersinggung dengan ucapannya. "Loh, ya gak papa kok nak. Toh ini juga privat kok acaranya. Hanya kerabat dekat saja yang kita undang," ucap ibu pria itu. "Tapi Risa belum kenal sama--" belum sempat Risa menyelesaikan kata-katanya, ayah si pria sudah lebih dulu angkat bicara. "Nak, Leon ini anak baik-baik kok. Dia juga sudah punya usaha sendiri loh. Bahkan om aja kalah sama dia," puji Om gunawan-Ayah Leon. "Pa, tolong jangan berlebihan." sahut Leon, si pria tadi. "Loh Papa kan cuma ngomong kenyataan," elak Papa Leon tak mau kalah. "Jadi gimana sayang, gak ada alasan lagi buat nolak, 'kan?" tanya mami Devi kepada Risa. SAVAGE!! TENGGELAMKAN HAYATI DI RAWA RAWA TUHAN!!! Ayo Risa, lo harus cari alesan buat nolak, batin Risa. Risa sangat bingung sekarang. Ia tidak menemukan kekurangan apapun pada diri Leon. Sudah ganteng, pinter, mapan, berwibawa, kaya, dewasa, dan sepertinya Leon laki-laki yang baik. Sungguh tidak ada alasan untuk Risa menolak perjodohan ini. "Om, Tante, apa boleh Risa mengobrol dahulu dengan Leon?" tanya Risa berusaha sesopan mungkin. "Oh, tentu saja nak. Ayo Leon, mengobrol lah sepuasnya dengan calon istrimu," ucap tante Rinda-mama Leon. Leon tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia langsung berdiri dari duduknya. Leon berjalan menuju ke luar cafe. Risa segera berjalan membuntuti Leon di belakangnya. Mereka berjalan menuju bangku taman dekat cafe. Leon langsung menduduki bangku bercat putih tersebut, diikuti Risa duduk di samping Leon. "Waktu kamu hanya 5 menit dari sekarang," ucap Leon datar. WHATTT??? Risa melongo. Manusia macam apa Leon ini. Bahkan dirinya hanya diberi waktu singkat untuk mengenal calon suaminya sendiri. "Waktu kamu tinggal 4 menit lagi," ucap Leon sambil melirik jam dipergelangan tangannya. WTF!!! "Oke gini. Sebelumnya saya mau tanya sama Om--" ucap Risa. "Saya bukan om om,"ucap Leon. "Oke, saya mau tanya sama Bapak--" ucap Risa. "Saya bukan Bapak kamu," ucap Leon. "Tuan, saya--" Ucap Risa. "Saya bukan majikan kamu," ucap Leon. "Terus saya harus manggil anda gimana?!" kesal Risa. "Kamu tau nama saya," ucap Leon datar. "Tapi anda 6 tahun lebih tua dari saya," ucap Risa tak mau kalah. "Saya tetap masih muda," ucap Leon. INI ORANG MAUNYA APA SIH!!! "Oke Leon--" ucap Risa akhirnya menyebut nama Leon. "Saya ini calon suami kamu, tidak bisakah kamu berbicara lebih sopan?" tanya Leon masih dengan nada datarnya. KUBUR HAYATI DI LUBANG SEMUT SEKARANGGGG!!!!! "Anda ini maunya apa sih! Perasaan dari tadi saya salah terus!" geram Risa kesal. "Kamu bisa panggil mas, atau kalo mau abang juga bisa," ucap Leon santai. SABAR SA, SABARRR!! ORANG SABAR PACARNYA GANTENG KAYA RAYA DAN TIDAK SOMBONG "Tapi anda ini kan seorang CEO sekaligus Dosen," ucap Risa sengit. "Ya, memang. Dan saya juga adalah calon suamimu," ucap Leon cuek. "Serahhhh .... Oke, back to topik. Jadi, saya mau bertanya kepada Anda, mengapa Anda setuju untuk menikah dengan saya. Padahal jika saya lihat, Anda cukup menarik. Dan pastinya banyak wanita di luar sana yang mau dengan anda." Risa mengeluarkan unek-uneknya. Leon menghela napas sejenak. Ia memandang langit malam. Cuacanya sangat mendukung sekali. "Ya, memang. Saya tau saya tampan, mapan, dan tentunya bisa menjamin. Tapi saya juga tidak bisa menolak keinginan orang tua saya. Bukannya saya menyombongkan diri, tapi saya ini orangnya memang penurut," ucap Leon panjang kali lebar. BARUSAN LO NYOMBONGIN DIRI MAMATTTTT!! "Jadi, Anda tidak menginginkan perjodohan ini bukan?" tanya Risa sambil menatap lekat Leon. "Jangan terlalu formal. Saya bukan presiden," ucap Leon. LO JUGA GITU KAMPRETTTT!! "Oke. Intinya lo gak mau nikah sama gue, 'kan?" tanya Risa. Hilang sudah tutur bahasa halusnya. "Saya ini calon suami kamu, bukan teman kamu. Jangan gunakan bahasa seperti itu lagi dengan saya," ucap Leon. NGAJAK GELUD NIH MAKHLUK SATU GUE SANTET JUGA LO MALIHHHH "Jawab aja pertanyaan tadi," "Yang mana?" "Yang tadi lah," "Pertanyaan apa?" "Ya yang tadi itu loh," "Memangnya kamu nanya apa?" Risa berdiri dari duduknya. Lenyap sudah kesabarannya. "TERSERAH ANDA WAHAI BAPAK LEON YANG TERHORMAT. SAYA PAMIT UNDUR DIRI. PERMISI!!" ucap Risa meninggikan suaranya. Risa segera pergi meninggalkan Leon. sang Empu-nya masih terduduk santai tanpa ekspresi. Risa berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya ke tanah. Leon hanya mengedikan bahunya acuh. Ia bangkit dari duduknya, dan berjalan menyusul Risa yang sudah tak terlihat. #### Sore ini Risa berniat untuk berkumpul bersama teman-temannya. Berhubung hari ini week and, Mereka berempat berencana untuk pergi ke Dufan. Namun saat Risa menuruni tangga, langkahnya terhenti di undakan terakhir. Risa melebarkan matanya. Risa tercengang melihat laki-laki yang semalam berhasil membuat ia naik darah, sekarang malah dirinya enak-enakan duduk di sofa rumahnya. Ini benar-benar kesialan bagi Risa. Risa mengatur napasnya agar terlihat lebih tenang. Ia berjalan menghampiri Pria itu, Siapa lagi jika bukan Leon. "Ekhem ...," dehem Risa menarik atensi Leon. "Ada perlu apa anda datang ke mari?" tanya Risa dengan nada kurang santai. "Memang tidak boleh saya ke mari?" Leon malah balik bertanya. "Terserah. Tapi maaf saya mau pergi," ucap Risa tak kalah datar. "Silahkan," ucap Leon. Senyum Risa langsung mengembang. "Karena kamu juga akan pergi bersama saya," ucap Lion santai. Senyum di wajah Risa luntur seketika. Pria satu ini memang menyebalkan. "Tapi saya mau pergi sama temen-temen saya, bukan sama Anda," ucap Risa kesal. "Jangan lupa saya adalah teman masa tua kamu nanti." Leon tak mau kalah. "Saya mau jalan sama PA-CAR SA-YA." Risa sengaja menekan kata-kata terakhirnya. Bukan Leon namanya jika mau mengalah. Bahkan meski Risa seorang perempuan sekalipun. "Mungkin kamu lupa, saya ini juga CA-LON SU-A-MI-MU. Jadi otomatis, saya lebih berhak dari pacar, selingkuhan, atau apalah itu." Leon menampilkan senyum kemenangannya. Risa sangat kesal sekarang. Hari masih pagi, namun mood-nya sudah dirusak oleh seseorang di depannya ini. Ia menekuk wajahnya kesal. Ia berjalan duluan meninggalkan Leon sambil menghentakkan kakinya. Leon menarik sudut bibirnya melengkung ke atas. Ia berjalan mengikuti Risa dari belakang. 

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD