Part 1

1133 Words
Sena sulit untuk mengendalikan perasaannya. Dia pernah dikhianati; dikhianati yang mengakibatkan ia berkeinginan untuk bunuh diri. Menurutnya, dengan mengakhiri hidup ia akan terbebas dari luka dalam hati. Toh, tidak ada yang peduli padanya. Sejak kecil keluarganya sendiri sudah mengabaikannya. Jadi untuk apa Sena bertahan? Saat pesta resepsi pernikahan kakaknya beberapa tahun lalu, Sena keluar dari hotel tempat kakaknya mengadakan resepsi pernikahan. Dia memilih kabur karena tidak kuat melihat raut bahagia yang terpancar dari wajah Cintya juga Rayyan. Sena keluar dari gedung resepsi menuju loby dan menghentikan taksi yang lewat. Meminta sang Sopir mengantarnya ke stasiun busway. Sesampainya di sana, Sena menaiki jembatan layang dan berdiri di tengah - tengahnya. Tidak ada orang di sekitar jembatan layang itu, kecuali Sena seorang. Sena menyentuh pagar pembatas jembatan itu dan meremasnya, tidak peduli jika pembatas jembatan itu kotor dan berdebu. Sena meremasnya kuat, seperti menyakinkan lagi kalau keputusan untuk mengakhiri hidupnya, sepenuhnya benar. Cukup mudah untuknya memanjat jembatan layang itu. Kini dia tinggal melompat ke bawah dan semuanya berakhir. Cintanya.. Hidupnya.. Semua akan berakhir kalau Sena melompat. "Aduh Cyin! Bunuh diri nggak akan menyelesaikan masalah. Malah elo bakal jadi hantu dan hidup gentayangan." Sena memutar kepala dan mendapati seorang wanita dengan postur tubuh tinggi menjulang. Anehnya wanita itu bermake up tebal dan rambutnya berwarna ungu menyala; Sena yakin itu bukan rambut asli dilihat dari penampilan wanita kemayu itu. "Buruan deh elo turun. Akikah nggak mau ya diperiksa jadi saksi. Repot Cyin. Repot!" Ah—Sena kini paham ada hal aneh memang ketika melihat wanita yang berdiri di belakangnya ini. "Lo ada masalah aposeh? Coba cerita sama akikah. Tenang aja. Mulut akikah nggak ember Cyin." "Lebih baik lo pergi." Ujar Sena dengan dingin. "Nanti lo mati dong, Cyin? Nggak ah akikah di sini aja nungguin lo sampai mau turun." "PERGI GUE BILANG." Wanita itu berjengit kaget dan menunjukkan wajah tidak mengenakkan. "Ih lo tuh masih piyik ya! Berani sama orang lebih tua. Dari pada lo mau bunuh diri ya Cyin! Lebih baik lo membalaskan dendam lo sama orang yang udah nyakitin elo!" "Ah tau ah! Dah sono kalau mau bunuh diri. Nggak ada urusan sama akikah!" Wanita setengah pria itu berbalik dan melangkah menjauh. Suara high heelsnya beradu dan terdengar nyaring di telinga Sena. "Tau darimana gue di sakiti?" Langkah kaki wanita itu berhenti, dia membalikkan tubuh dan menatap Sena cukup dalam. "Karena gue pernah ada di posisi elo, Cyin. Waktu gue mau loncat gue sadar. Buat apa gue mati. Bukankah lebih baik gue membalaskan dendam gue alih – alih mau mati?" Dari sanalah hidup Sena di mulai. Dia mengenal Jessy; pria lemah gemulai yang mengubah jati dirinya menjadi wanita. Jessy mengenalkannya pada dunia malam sebagai pengalihan dari rasa sakit dan cemburu yang ada dalam dirinya. Sejak saat ia mengenal Jessy, hidup Sena berubah. Sena adalah remaja yang suka menikmati musik hip hop dan mabuk – mabukkan. Tak jarang ia memakai pakaian terbuka juga tutur Bahasa yang ia gunakan lebih banyak umpatan dan terdengar cukup kasar ditelinga. Tidak ada lagi Sena yang lemah lembut. Pengkhiatan yang dilakukan Rayyan dengan menikahi kakaknya  menjadi tamparan keras untuknya. Bukan Sena yang berubah. Tapi orang – orang yang ada di sekitarnya yang membuat Sena berubah. ** Sena duduk di sofa panjang dekat meja bar tempat Jessy bekerja sebagai barista. Di samping Sena ada Bima yang menempel seperti lintah. "Kalau lo mabok yang anter gue pulang siapa, Bima?" Gerutu Sena pada kekasihnya. "Sama gue lah, Sayang." Jemari Bima yang ada di paha Sena merangkak naik mengambil kesempatan untuk menyentuh d**a Sena. Sena yang tau akal bulus kekasihnya segera menepis tangan Bima yang ada di dadanya. "Kalau elo cari kesempatan terus. Gue nggak segan – segan putusin elo ya Bim!" Bima menegakkan tubuhnya, dia menatap Sena dengan tatapan memicing sebelum tertawa terbahak – bahak. "Halah belum juga gue remas tete lo. Lo udah marah. Slow aja kali, Sen. Cewek kayak lo nggak usah sok suci padahal sudah nggak perawan." Satu tamparan keras mendarat di pipi Bima, tentunya tamparan itu di hadiahi Sena karena kekasihnya itu sudah bicara kelewat batas. "Gue emang udah nggak perawan! Kenapa lo yang repot? Baru juga jadi pacar gue. Tapi lo udah nyusahin! Lebih baik lo dan gue putus. Dan jangan harap gue mau balikan lagi sama cowok b*****h kayak elo!" Setelah mengumpat dengan puas. Sena menendang kaki Bima sampai cowok itu kesakitan. Cewek itu segera meraih tasnya dan melihat Jessy sudah geleng – geleng kepala menatapnya. "Tagihan gue biar di bayar sama cowok b*****h itu, Jess. Gue mau pulang. Ngantuk!" ** Sena memarkirkan mobilnya di carport rumah mewah milik kakak iparnya. Untuk sesaat Sena terpengkur dalam diam, pulang ke rumah ini sebenarnya sama saja menorehkan luka di hatinya. Namun, dia tidak bisa berbuat apa – apa. Kakaknya, melarangnya untuk tinggal sendiri. Sena yang menyayangi kakaknya pun sepakat, bahwa Sena akan tinggal sampai dia menyelesaikan UN. Setelah UN selesai, Sena berencana tinggal di sebuah apartement yang ia beli secara diam – diam sebulan lalu. Dengan begitu, Sena bisa hidup dengan bebas seperti keinginannya. Dia cukup muak melihat kemesraan kakak juga kakak iparnya di depan mata. Hampir lima menit Sena berdiam diri, dia keluar dari mobilnya. Sena memasuki rumah dari pintu samping yang tidak pernah terkunci. Dia melewati kamar asisten rumah tangga, dapur, meja makan dan terakhir ruang tengah atau ruang keluarga. Di ruang keluarga, ada Rayyan yang tengah menonton televisi. Untuk beberapa detik Sena menghentikan langkahnya, berharap Rayyan menatapnya, namun itu hanya angan – angan. Sena melanjutkan langkahnya menuju lantai atas di mana kamarnya berada. Dia menutup pintu kamarnya dengan cepat, lalu memejamkan mata untuk beberapa saat. Melihat Rayyan di ruang tengah seperti memberikan secercah harapan bahwa pria itu tengah menunggunya. Namun, Sena seketika sadar. Setelah memutuskan menikahi Cintya. Rayyan tidak lagi mempedulikannya. Rayyan seolah – olah mencampakkannya dan seakan lupa dengan masa lalu mereka. Sena tersenyum miris. Gadis itu melempar tasnya sembarangan dan melucuti seluruh pakaiannya. Mungkin berendam bisa menjadi ajang pengalihan supaya Sena tidak menjadi lebih gila dari sebelumnya. ** "M—as Rayyan—" Sena tergagap oleh sensasi yang baru pertama kali dia rasakan. Ada perasaan panik, geli, dan nikmat ketika jemari Rayyan menyentuh bagian bawah tubuhnya. "Suka?" Sena yang pada saat itu masih empat belas tahun dan baru merasakan sensasi itu mengangguk. Wajahnya bersemu merah ketika Rayyan menatapnya tepat di manik mata. "Aku buka celana dalam kamu ya?" "Jangan—" Tangan Sena menyentuh lengan Rayyan; menahannya. "Kenapa? Tadi kamu bilang suka?" "Aku malu.." Wajah Sena muda kembali bersemu merah. "Tidak apa – apa. Mas Rayyan mau melihat, boleh ya, Sen?" Saat itu Sena yang polos dan dibutakan cinta pada akhirnya mengangguk memberi izin Rayyan melucuti seluruh pakaiannya. Sena terbangun dengan nafas tersengal dan mendapati dirinya berendam di bathup yang ada di kamar mandi. Dia ketiduran sampai memimpikan masa lalunya. Sena terkekeh kecil, menertawakan kepolosannya empat tahun lalu. Gadis itu segera beranjak dan membasuh tubuhnya di bawah guyuran shower. Sepuluh menit kemudian, dia keluar kamar mandi dengan kimono yang membungkus tubuhnya. Sena mengeringkan rambutnya terlebih dahulu, sebelum berbaring di ranjangnya. Dia langsung jatuh terlelap tanpa menyadari di salah satu sudut kamarnya yang gelap. Seseorang tengah menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD