bc

Luka Sebuah Pernikahan

book_age18+
47
FOLLOW
1K
READ
HE
heir/heiress
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Blurb21+Mohon bijak memilih bacaan eike gak nanggung ya, kalau masih dibawah umur masih maksa baca. Emak-emak tolong anaknya masih bocah dipantau. Pernikahan itu layaknya melihat daun yang jatuh di musim gugur. Selalu berubah dan makin indah. Tapi bagaimana jika pernikahan itu setiap hari diisi dengan pertengkaran? Apakah bisa bahagia?Qiara Ayunda Qonita atau biasa dipanggil Ara, berpikir kebahagiaan terindah menikah dengan Prasetya Dewantara, tapi semua pupus setelah pernikahan mereka beranjak 5 tahun. Awalnya dia merasa kesempurnaan saling mencintai, namun Ara salah. Pernikahan tidak akan lengkap jika tidak ada tangis seorang bayi di dalam, tidak akan ada pernikahan sempurna karena hanya hidup berdua.Semakin hari usia Ara maupun Pras semakin tua, keduanya mulai sering perang kecil, bahkan perang itu bisa menjadi besar. Tidak ada keharmonisan lagi rumah tangga mereka, setiap harinya hanya ada kebisingan keduanya.Pras sangat mencintai Ara, dia terlalu sibuk bekerja, hingga lupa membagi waktu untuk istrinya yang selalu merasa kesepian.“Mas, aku mau kita cerai!” Ara tidak tahan lagi dengan pernikahan mulai jemu ini, lebih baik mereka berpisah daripada bertahan namun menyakitkan.“Jangan bicara sembarang kamu, Ara!”“Aku serius! Aku udah gak sanggup mempertahankan pernikahan seperti ini, bukankah kamu dulu bilang pernikahan kita sempurna, ini jauh dari kata sempurna Mas,” ucap Ara dengan emosi meledak-ledak.Pras tak berkutik, dia hanya terpaku tak berdaya. Dia sangat kalut, dia hanya manusia biasa dan tentu saja pernah berbuat salah. Dia tidak ingin pernikahannya yang sudah lima tahun ini hancur. Lalu bagaimanakah Pras mempertahankan pernikahannya? Bisakah dia membuat Ara jatuh cinta lagi? Atau semua akan sia-sia karena kesibukannya.

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Berujung Pertengkaran
“Mas kamu pulang awal 'kan?” Ara mengirim pesan itu. Hari ini adalah anniversary pernikahan mereka ke lima. Ara sudah masak semua makanan kesukaan Pras untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka. [Maaf Sayang, aku belum bisa pulang. Ada meeting penting!] balasan chat Pras membuat Ara kesal bukan main. “Apa kamu lupa dengan hari ini?” Ara membalas lagi chat dari Pras. Suaminya itu harus bisa membagi waktu untuk hari ini, masa tega membiarkan Ara merayakan sendiri. Kok jadi suami gak peka-peka. [Nanti aku hubungi kamu lagi] Ara mendesah lelah, ini bukan pertama kali Pras melupakan hari penting hidup mereka, ternyata benar ya kata orang, laki-laki itu berjuang hanya diawal, kalau udah dapat ya habis ceritanya. Banyak mengatakan bahwa pernikahan sempurna melengkapi satu sama lain, ya seperti pada dasarnya akhir kebahagiaan. Namun, nyatanya Ara tidak pernah merasakan seperti itu. Siapapun bisa merampas kebahagiaan dengan cara menganggap lawannya lemah, Ara masih menunggu kedatangan Pras sampai tiba notifikasi di handphonenya berbunyi. Ting! Ara mengambil ponsel dan melihat salah satu karyawan suaminya memposting foto kebersamaan mereka makan malam, hati Ara sakit melihatnya. Bukankah suaminya sedang meeting? Oh jadi ini meeting penting yang membuatnya sang suami tidak bisa diganggu. Ara mengepal kuat ponselnya, hati dia tersayat melihat kedekatan foto suaminya dengan sekretaris baru Pras yang diketahui seorang janda muda dari desa. Apa harus foto sedekat itu? Tidak ada wanita yang rela mendapatkan suaminya sedekat itu dengan perempuan lain. Bukan tanpa alasan dia cemburu, dia kerap kali mendengar cerita dari sahabat baiknya yang kebetulan bekerja di kantor Pras, jika sekretaris baru suaminya itu selalu memberikan sarapan pada Pras. Pantas saja masakan Ara selalu utuh setiap pagi. ”Assalamualaikum, aku pulang.” Pras datang dengan muka lelah sambil mengendorkan dasinya. Dia menepuk jidat melihat kue tart di atas tertulis happy anniversary ke 5. Kenapa dia bisa lupa begini? Ara pasti sangat marah padanya. Ara sudah tidak lagi menunggu, saking kesalnya dia lebih memilih tidur. Namun saat mulai membaringkan kepalanya di bantal, ia mendengar suara langkah kaki mendekat kamar. "Sayang …." Pras mendesah melihat istrinya berbaring, dia tau Ara hanya pura-pura tidur, ketika marah Ara mulai memejamkan mata sambil menangis. "Aku minta maaf karena telah melupakan hari ini," ungkap Pras menyesali tentang hari ini. Dia akhir-akhir ini memang terlalu sibuk, sampai lupa hari penting mereka. Ara tak menjawab, dia hanya diam membisu sambil mengakukan tubuhnya. 'Apa peduli dia? Jangan-jangan dia juga lupa masih punya istri.' Ara bergumam dalam hati. ”Ara, aku tau kamu belum tidur. Tolong jangan seperti anak kecil.” Ara membuka matanya, lalu bangkit dari tempat tidur dengan muka yang penuh amarah. "Aku kayak anak kecil? Dapat kesimpulan dari mana kamu, sadar gak sih kamu itu lebih betah dekat dengan perempuan lain daripada istri sendiri." Ara mengikuti langkah Pras yang hendak ke kamar mandi mencuci muka. "Kamu jangan memulai pertengkaran lagi, Ara. Suami baru pulang kerja, bukan disambut malah diomelin." Pras bicara sambil mengganti pakaiannya sebelum mencuci muka dan gosok gigi sebagai ritual sebelum tidur. "Aku kurang sambut apa? Dari Tadi aku nunggu kamu kayak orang bego, tapi kamu malah asik sama janda itu." Astaga salah ngomong nih Pras, seharusnya dia bisa menata kalimatnya dengan baik. "Dia ada namanya, bisa gak sih kamu sebut nama dia." Dari dalam kamar mandi Pras berteriak. "Oh sekarang kamu belain perempuan gatel itu, aku ini istri kamu lho," balas Ara tak mau kalah, mau sampai kapan dia sabar melihat suaminya membela janda tak tau malu itu. Sampai segitunya Pras, dipelet apa sama tuh janda sampai tega gini dengan istrinya. "Kamu itu maunya apa Ara? Aku tuh capek kita bertengkar masalah itu terus." Pras membuka pintu kamar mandi, melihat perawakan Ara yang ketus, bahkan wanita itu menatapnya sinis. Ara menahan air matanya hendak keluar, dia sudah lelah dengan air mata yang sudah tidak ada artinya di depan Pras. "Mana ada sih Mas, istri gak sakit hati lihat suami dirangkul dengan janda," ucap Ara sambil menunjuk foto yang dia lihat tadi, sedekat itu mereka membuat Ara hatinya panas. "Kamu kan tau aku itu kerja, cari uang buat kamu, kebahagiaan kamu." Perdebatan ini tidak selesai. Pras sangat lelah dengan rapat tadi, dia meletakkan tubuhnya di ranjang. Bukan hanya membuat Ara kesal, marah, dan sesak menyelimuti dadanya. Sejak pelakor itu mengganggu rumah tangga mereka, hubungannya dan Pras semakin keruh, tidak ada kebahagiaan. Dan Ara hanya menangis di dalam rumah, apalagi caci maki dari mertua selalu menyayat hati. Sindiran tetangga juga mengusik hidup Ara. *** Tidak ada sarapan, pagi-pagi sekali Ara sudah pergi entah kemana. Pria ini mencari jas biru dongker, karena ada salah satu acara nikahan klien Pras, dia hari ini tampak sangat lebih rapi dari biasa. Pertengkaran yang terjadi tadi malam, tak disangka membuat Ara marah besar, sampai-sampai pagi ini tidak ada sarapan untuknya. Brak! Suara pintu dibanting terdengar dari kamar, Pras keluar dari kamar melihat muka kecut Ara, sepertinya ada sesuatu membuat wanita itu kesal. "Kamu dari mana? Sarapan untuk aku gak ada?" Pras bicara dengan nada rendah, karena tau dia salah, ya sudah lebih baik mengalah saja. Dia juga malas masih pagi sudah perang dingin. "Dari pasar! Semua stok belanjaan habis, aku ketemu ibu kamu di pasar." Tampak jelas pertemuan itu sangat membuat Ara tidak suka. Dulu awal pernikahan, dia menantu kesayangan, tapi lihat setelah lima tahun Ara sering sekali dapat hinaan gara-gara sampai saat ini belum hamil juga. "Jas dongker aku di mana?" Bukannya bertanya keadaan Ara, eh Pras malah sibuk jas miliknya. Melihat sikap tak peka Pras, Ara meletakkan membanting belanjaannya di lantai. Dia langsung mencuci tangan, lalu ke kamar mengambilkan jas untuk Pras. "Ini!" Ara memberikan jas itu, muka tekuknya sudah menunjukan jika dia sedang emosi. Ara sudah biasa dapat nyinyiran dari ibu Pras, bahkan telinganya sudah terbiasa. Namun yang membuat dia kesal, Pras selalu saja cuek menanggapi tentang ibunya. Emang jika belum punya anak, itu salah Ara. Apakah kesalahan hanya terletak pada wanita? Tidak 'kan! Ara juga ingin memiliki anak seperti teman di usianya, justru anak teman-temannya sudah ada yang tiga sampai empat tahun. Laki-laki itu berjalan menuju ke ruang kerjanya, dia mengambil beberapa berkas penting. Kemudian membenahi jas yang dia kenakan. "Sayang, aku sudah terlambat. Aku akan sarapan di kantor." "Dengan janda gatel itu?" "Jangan mulai lagi, Ra. Harus berapa kali aku bilang, aku tidak pernah ada hubungan dengan Dona." "Wah Mas, kau sangat mencintainya. Kenapa tidak kau nikahi dia saja? Siapa tau bisa memberikan cucu untuk ibumu." "Ara!" Pras membentak istrinya, baginya Ara sudah keterlaluan. Dia sama sekali tidak tertarik dengan Dona, mereka hanya memiliki hubungan kerja tidak lebih. "Kenapa, Mas? Kamu marah, gak suka? Terus gimana aku Mas? Kamu itu gak pernah paham dengan perasaan aku." Ara berusaha untuk tidak menangis, apa gunanya juga punya uang, suami tampan dan berkecukupan dalam segala hal, tapi tidak bahagia. "Aku mau cerai!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook