bc

Pria Yang Merenggut Kesucianku

book_age18+
803
FOLLOW
12.1K
READ
HE
kickass heroine
stepfather
single mother
blue collar
drama
secrets
like
intro-logo
Blurb

TT : @otorluarbinasah. fb.: tina. ig: tinatina3627. bantu follow ya, biar kita bisa interaksi di sana.

Nadira Raka Bumi, harus menerima nasibnya yang begitu getir, di usianya yang masih sangat belia. Cita-citanya untuk melanjutkan kuliah, harus tertahan dengan dirinya yang tiba-tiba hamil. Pahitnya lagi, ia pun tidak bisa membongkar siapa pria yang telah merenggut kesuciannya tersebut? Malam petaka itu, telah menghancurkan masa depan seorang gadis polos dan lugu seperti Nadira. Bagaimana nasib Nadira, selanjutnya? Mampukah ia melewati masa-masa sulit kehamilannya, seorang diri? Apakah Nadira akan tetap bertahan untuk menyembunyikan pria yang telah menghamilinya tersebut? Ayo, cari jawabannya di sini! Jangan lupa follow akun penulis, Otor Luar Binasah. Berikan Vote, suara dan komentarnya untuk cerita ini agar semangat melanjutkan. Terima kasih.

chap-preview
Free preview
Chapter 1.Positif Hamil.
--Happy Reading-- “Saya ucapkan selamat ya, Nyonya. Saat ini, Putri Anda tengah positif hamil jalan tiga bulan.” Seorang dokter kandungan mengulurkan tangannya kepada Sandrina, untuk memberikan sebuah kata ucapan bahagia. “Haaah… hamil?” tanya Sandrina dan putrinya, Nadira dengan raut wajah terkejut. Dokter itu pun mengangguk kecil dengan tersenyum ramah, kemudian menarik kembali tangannya, karena tak kunjung disambut oleh kedua wanita, ibu dan anak tersebut. “Ya, Nyonya. Putri Anda sedang hamil. Ini, hasil tes urinenya menunjukkan garis dua, yang artinya positif. Kalau Nyonya kurang yakin, Mari kita lakukan tes USG [ Ultrasonografi ] sekarang.” Dokter itu pun menunjukkan alat tes kehamilan yang tadi digunakan oleh Nadira untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang terjadi. Sandrina menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dengan kedua bola matanya yang sudah berkaca-kaca. Pandangannya memudar, tubuhnya hampir limbung saat melihat gambar garis dua kemerahan di strip alat tes kehamilan itu. Sementara Nadira, masih bergeming tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Hamil? Usianya masih terlalu muda untuk hamil dan memiliki anak. Tapi, bagaimana bisa semua itu terjadi, hanya dengan melakukannya satu kali saja? Sedangkan dirinya benar-benar sadar, siapa pria yang sudah merenggut kesuciannya di malam naas itu. Pria yang baru saja dikenalnya, pria yang sangat disukai oleh sahabat baiknya. Brukkk! Tubuh Sandrina ambruk, dalam sekejap hilang kesadarannya. “Mama…” pekik Nadira, mengguncang bahu dan lengan Sandrina, dengan air mata yang tidak lagi terbendung. “Sebentar, saya panggilkan Suster, Nona.” Dokter itu pun segera ke luar ruangan pemeriksaan untuk meminta bantuan. Nadira pun mengangguk lirih di sela isak tangisnya. Bathinnya ingin sekali berteriak dengan keras, meluapkan sesuatu yang menghimpit dadanya. Suatu penyesalan yang telah ia sembunyikan selama ini, kepada kedua orang tuanya dengan sangat rapat. *** Flash Back On! Tiga bulan sebelumnya. "Nadira, tunggu!” panggil Dava, berhasil menyusul langkah kaki gadis yang membuat ia tertarik. Nadira pun menoleh, ketika hendak membuka pintu mobilnya. Pandangannya begitu buas, saat melihat wajah Dava yang semakin mendekat. Entah apa yang Nadira rasakan saat ini, tubuhnya benar-benar sudah tidak bisa terkendali. “Biar aku yang membawa mobilmu,” ucap Dava, sambil menggeser tubuh Nadira. Namun, sentuhan Dava membuat tubuh Nadira merem4ng dan menegang, seketika. “Kamu cepat naik, Nadira!” titah Dava, tidak tega melihat wajah Nadira yang sepertinya sedang menahan hasratt. Dava meninggalkan mobil mewahnya di parkiran, biar besok saja ia ambil. Yang terpenting, ia harus menyelamatkan Nadira terlebih dahulu. “I-iya,” sahutnya lemah, lalu berputar menuju pintu mobil penumpang, di samping kemudi. Akhirnya, Dava pun melajukan mobil tersebut, ke luar area café. Sepanjang perjalanan, Dava mengumpat perbuatan sahabatnya, Adit. Pantas saja, gerak-gerik Adit sangat mencurigakan. Pikir Dava. “Aku tidak tahu rumahmu, Nadira,” ucap Dava, melirik sekilas ke arah Nadira. Namun, Nadira tidak menyahuti ucapannya. Dava sungguh tidak tega, melihat wajah Nadira dengan tubuhnya yang sedang kepanasan menahan gair4h yang diakibatkan oleh obat perangs4ng tersebut. Rasa panas dan gair4h yang mendesak tubuh Nadira, semakin lama semakin tak tertahankan. Membuat tubuh Nadira bergelinjang, seperti cacing kepanasan. “K-kak D-dava…” ucap Nadira dengan bibir bergetar. Tubuhnya sungguh bereaksi tidak tahu malu, di hadapan Dava. “Iya, Dira.” Dava tersenyum miris, melihat tubuh Nadira sekilas. “Kenapa badanku terasa panas sekali? Padahal ACnya full. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Aku sudah tidak tahan lagi, Kak.” Nadira sudah tidak tahan dengan tubuhnya yang mulai kegerahan. Dengan mengabaikan rasa malu, Nadira membuka baju cardigan hitamnya yang menyisakan kaos putih tanpa lengan, yang memperlihatkan bentuk tubuh Nadira yang sangat indah. Nadira pun melakukan hal-hal di luar kendalinya. Desahann lirih dari bibirnya, sampai terdengar oleh Dava. Nadira pun mencengkram erat celana jins yang menutupi bagian inti tubuhnya, seolah ingin terbebas dari rasa gairahh yang terus meledak-ledak sedari tadi. Berkali-kali, Dava kesusahan menelan salivanya. Saat melihat tubuh sexy Nadira yang menggoda imannya, saat melihat sekilas ke arah Nadira. “Apa yang kau lakukan, Dira? Pakai lagi, cardiganmu!” Dava sungguh tidak tega, melihat Nadira . Nadira menggeleng lemah, sambil menggigit bibir bawahnya, menahan diri agar tidak mengeluarkan suara desahaan dan lenguhann yang sangat memalukan. “A-aku tidak kuat lagi, Kak,” keluh Nadira dengan sorot matanya yang sudah menyiratkan gairahh yang besar. Cup… Melihat Dava yang tengah menyetir pun, membuat Nadira sungguh tidak bisa lagi menahan gejolak birahiinya yang terus terpacu dan memaksa dirinya untuk menyentuh wajah Dava, lalu mendaratkan ciuman di wajah lelaki yang baru saja dikenalnya tersebut. “Kamu harus tahan, Nadira! Jangan melakukan hal itu di sini!” tegas Dava. “Aku akan membawamu ke apartemenku saja. Karena aku tidak tahu rumahmu,” ujarnya, semakin mempercepat laju mobilnya, agar cepat sampai di apartementnya. Lagipula, jika Nadira pulang dalam keadaan seperti ini, Dava tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan gadis itu. Kedua orang tua Nadira pun pasti akan marah dan menuduh dirinya telah melakukan sesuatu kepada putri mereka. Tidak ada pilihan lain, tempat yang paling aman untuk mereka, ya hanya apatement miliknya. Meskipun ia jarang menempati apartemen itu, karena Dava lebih sering berada di rumah kedua orang tuanya untuk sekarang ini. Nadira pun mendesis lirih, memainkan sendiri inti tubuhnya dengan penuh hasratt, melakukan hal-hal tak biasa yang terjadi di luar kendalinya. Seolah tidak memiliki rasa malu di hadapan Dava, Nadira seperti wanita jalangg yang haus belaian. *** Sesampainya di area parkir apartemen, Dava terpaksa menggendong tubuh Nadira yang sudah tidak bisa lagi berjalan dengan benar. Tangan Nadira melingkar cantik di leher Dava, lalu bibirnya terus mendaratkan kecupan-kecupan lembut di wajah tampannya. Dava merasa risih sekaligus kasihan, dengan keadaan Nadira yang sangat haus gairahh karena obat siallan itu. Beruntung, sekitar apartemen miliknya nampak sepi. Tidak seperti biasanya, ramai dengan anak-anak muda yang sedang nongkrong. Hanya ada dua orang satpam dan beberapa orang yang berlalu lalang. Dava membuang rasa malunya, berpura-pura menjadi orang dungu saat membawa tubuh Nadira yang seperti cacing kepanasan di dalam gendongannya. Siapa pun orang yang melihat mereka, sudah dipastikan akan berpikir yang tidak-tidak, dengan tingkah laku nadira yang seperti wanita gatal. *** Di dalam lift, tangan Nadira memukul pelan bahu Dava. “Turunin aku, Kak!” pintanya dengan mesra. “Memangnya kamu kuat berjalan, huem?” tanyanya. Nadira pun mengangguk dengan senyuman penuh gairahh. “Heem…” gumamnya manja. Dava pun menuruti permintaan Nadira, lalu menurunkan tubuhnya dengan perlahan. Detik berikutnya, tanpa malu dan takut sama sekali. Nadira pun menyerang Dava dengan sangat agresif, membuat Dava pun tak bisa menolak lagi. Karena, tubuhnya pun merespon dengan baik semua perlakuan Nadira. Biar bagaimana pun, Dava pria normal yang tertarik dengan sentuhan lembut seorang wanita. Untuk pertama kalinya, Dava membiarkan tubuhnya dijamahh tanpa penolakan. Tidak seperti waktu sebelum-sebelumnya, terhadap gadis-gadis yang menggodanya. Pangutan bibir mereka tidak lepas, sampai pintu lift terbuka. Keduanya pun ke luar, dengan tangan Dava yang menuntun kaki Nadira menuju kamar apartemennya. Dengan gerakkan cepat, Dava menekan password pintu apartemen hingga akhirnya terbuka lebar. Dava dan Nadira pun kembali berpangutan bibir, menuju kamar pribadi Dava. Hasrat keduanya pun tidak bisa dibendung lagi. Sudah di luar kendali mereka, untuk menuntaskan ledakan-ledakan gairahh dari dalam tubuh mereka. “Maaf, Dira. Aku harus melakukan kegilaan ini,” bisik Dava lembut. Nadira menggigit bibir bawahnya, karena ia tidak bisa menghentikan rasa yang semakin kuat mendorongnya. Ia pun segera melucuti sendiri, pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Kini, Nadira nampak polos tanpa sehelai benang pun. Berkali-kali, Dava menelan salivanya. Tubuhnya bergetar hebat, menikmati setiap inci indahnya tubuh Nadira, yang putih mulus dan menggoda. Tanpa banyak kata, Dava lah yang kini menyergap tubuh polos Nadira, seraya melucuti pakaiannya sendiri yang kemudian ia lemparkan ke sembarang arah. Keduanya pun kini bergulat dalam sebuah kenikmatan surga dunia yang bergelimang dosa. Dava tidak ada pilihan lain, selain membantu Nadira untuk melepaskan hasrat yang ada di luar kendalinya. Dengusan dan umpatan, ia layangkan untuk Adit, sebagai penyebab ia melakukan dosa besar, karena telah melakukan zina. Erangann dan lenguhan, berkali-kali lolos dari bibir mereka. Keduanya saling bertukar peluh dengan gerakan-gerakan lembut penuh kenikmatann hingga mencapai kepuasan. Hampir dua jam lebih bergulat panas, keduanya pun akhirnya ambruk dengan tubuh dibanjiri peluh. Sekujur tubuh Nadira lemas tidak berdaya, setelah menuntaskan permainan yang begitu panas. Dava tersenyum miris, sambil mengusap lembut pipi Nadira dengan rasa bersalah. Ada rasa sesak menyelusup ke dalam hati Dava, karena melakukan semua ini di luar nikah. Dava sangat menjunjung tinggi pernikahan yang ia impikan dengan menjaga keperjakaannya. Nadira sudah terlelap dalam tidurnya. Namun, Dava hanya memandang wajah cantik Nadira, yang sudah beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Dava memeluk tubuh Nadira dengan begitu sayang, untuk menyusul tidur. Akhirnya, keduanya pun tertidur dengan lelap, di bawah selimut tebal yang menghangatkan tubuh mereka. *** Menjelang pagi, kedua bola mata Nadira mengerjap. Ia pun mengucek matanya untuk segera bangun dari tidurnya. “K-kak Dava? Bagaimana bisa aku tidur dengannya?” Nadira kebingungan, lalu netranya menyapu ruangan kamar tersebut. “Ini bukan kamarku. Berarti…” Nadira pun membekap mulutnya, sambil menggeleng lemah. Air mata Nadira pun meluncur begitu saja, kala menyadari tubuhnya yang polos, saat menyingkap selimutnya tersebut. Bayang-bayangan yang terlihat jelas dalam ingatannya semalam, dengan tingkah tidak tahu malunya, membuat Nadira merutuki perbuatannya. Ia pun tidak mengerti, mengapa dirinya seperti orang asing yang tidak mengenal dirinya sendiri. “Dira… kamu sudah bangun?” tanya Dava yang terbangun, saat mendengar isak tangis dari bibir wanita yang telah ia renggut kesuciannya dengan terpaksa. Nadira hanya bergeming, lalu tersenyum miris tanpa kata. Dengan mendesis lirih, menahan perih dan tubuhnya yang remuk padam, Nadira memunguti pakaiannya yang tergelatak di sembarang tempat. “Kamu mau ke mana, Dira?” tanya Dava, ketika Nadira sudah berpakaian lengkap. “Aku mau pulang, Kak. Di mana kunci mobilku?” “Itu, kuncinya! Ayo, saya akan antar kamu pulang.” Dava pun hendak bangkit dari ranjangnya. “Aku bisa pulang sendiri, Kak.” Nadira mengambil kunci mobilnya yang ada di atas nakas. “Untuk apa yang terjadi dengan kita semalam, anggap saja sebuah kesalahan yang tidak disengaja. Jadi, aku mohon, agar Kak Dava tidak usah membahas hal itu di kemudian hari,” pintanya dengan sedikit menekan. Tanpa menunggu Dava menjawab, Nadira langsung meninggalkan kamar apartemen Dava dengan perasaan hancur dan terluka. Ia sadar, jika dirinyalah yang memulai segalanya, hingga hal yang tidak didinginkan pun terjadi. Nadira pun tidak ingin mengecewakan hati sahabatnya, Medina. Jika sampai Medina tahu, apa yang telah terjadi antara ia dan Dava. Apa yang akan ia katakan kepadanya? Bagaimana dengan hubungan persahabatannya yang terjalin cukup lama tersebut? Flash Back Off!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook