bc

Istri Kedua Mantan Kekasihku

book_age18+
651
FOLLOW
7.6K
READ
revenge
contract marriage
family
HE
second chance
goodgirl
stepfather
drama
tragedy
sweet
bxg
bold
city
lies
secrets
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

Menikah cukup lama dan istrinya menderita kanker rahim membuat Hanum divonis tak bisa mempunyai keturunan dari pernikahannya itu. 

 Rasa putus asa dan takut akan masa depan suaminya yang terancam karena tak memiliki keturunan juga rasa inginnya merasakan menjadi seorang ibu membuat Sifa nekat meminta Hanum untuk menikah lagi supaya mempunyai anak yang bisa mereka besarkan. 

 Aliyah, satu-satunya kandidat kuat untuk menjadi istri kedua Hanum. Sang mantan kekasih satu-satunya yang amat dicintai dahulu, tetapi hubungan mereka harus kandas karena orang tua Hanum tidak memberikan restu dan memaksa Hanum dijodohkan dengan yang mereka suka. 

 Awalnya, Aliyah menolak permintaan konyol itu, tetapi hutang budi pada Sifa yang menyelamatkannya dari jerat kejahatan sang ayah yang hendak menjualnya membuat Aliyah berubah pikiran. 

 Bagaimanakah kisah pernikahan mereka? Kuatkah Aliyah harus cinta sendiri di pernikahan itu, sedangkan ia harus melihat Hanum sangat mencintai Sifa dan datang kepadanya hanya sebatas kebutuhan?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Permintaan Konyol
“Mas Hanum?” lirih wanita berparas cantik itu. Aliyah mengucek matanya, lalu memastikan ulang. Tidak mungkin lelaki itu datang menemuinya lagi, setelah beberapa tahun berlalu hubungan mereka kandas karena tak mendapatkan restu orang tua Hanum. Aliyah hanya gadis biasa yang memiliki orang tua problematik, keduanya bercerai saat Aliyah masih kecil dan saling menjatuhkan satu sama lain, sedangkan Aliyah dibesarkan oleh neneknya. “Ini bener kamu? Tapi, kenapa Mas ke sini? Mas tau dari mana kalau aku tinggal di sini?” Aliyah merindukan lelaki itu, tetapi ia harus sadar kalau sekarang Hanum sudah mempunyai istri. “Mas sama istri?” Hanum yang sejak tadi diam supaya tidak kelepasan memeluk mantan kekasih tercintanya itu, terpaksa menarik segala lamunan masa lalunya bersama Aliyah, hidup mereka sudah berbeda. Akan tetapi, takdir seolah menginginkan mereka untuk bersama lagi meskipun tak lama. “Boleh saya bicara sebentar?” tanya Hanum terdengar formal, Aliyah harus memahami itu meskipun kaget dengan penyebutan resmi Hanum di depannya. Aliyah mengangguk, lagipula di rumah itu dirinya hanya seorang diri. Hanum sempat mengedarkan pandangannya menelisik isi rumah itu, beberapa foto lama Aliyah terpajang di ruang tamu mengingatkan Hanum pada masa-masa itu. Hening, Aliyah hanya menyajikan air putih dan kerupuk udang yang baru saja ia goreng tadi. “Maaf, Mas, hanya ada ini di rumah,” katanya. “Ya, tidak apa-apa. Maaf, sudah merepotkan,” balas Hanum seperti sedang menunggu seseorang. “Di mana nenekmu?” Aliyah mendongak sehingga tatapan mereka bertemu sejenak. “Nenek sudah meninggal, Mas, dua tahun lalu,” jawabnya. Mendengar itu, hati Hanum tercubit, sebab ia kenal sekali kalau sejak kecil hanya wanita tua itu yang menjadi sandaran Aliyah. “Maaf, saya lancang menanyakan itu, Al,” kata Hanum segan. Aliyah mengangguk dan tersenyum tipis, sudah lama tak bertemu membuat keduanya canggung satu sama lain, bingung mau membahas apa, padahal sejak di rumah tadi Hanum sudah menghafal semua dan memilih pilihan kata terbaik supaya Aliyah tidak sakit hati atau merasa direndahkan olehnya. Hening kembali menyapa keduanya, Aliyah sendiri tidak bisa asal bicara, ia takut salah bicara dan melebar ke mana-mana meskipun Aliyah ingin tahu sekali kehidupan Hanum sekarang bagaimana. “Aliyah,” panggil Hanum bersuara berat, jantungnya berdetak menggila. Sungguh, permintaannya pada Aliyah adalah hal yang tidak mungkin. “Iya, Mas?” Ah, suara itu. Hanum seakan tersihir dan sangat amat merindukannya, suara yang dulu selalu ia rindukan setiap hari dan tersiksa bila tak mendengar sebentar saja. Akan tetapi, ia harus sadar kalau dirinya sudah mempunyai istri di rumah, wanita pilihan orang tuanya kala itu. “Al, saya tidak akan panjang lebar soal ini. Kamu pasti tau kalau saya sudah berkeluarga, tapi istri saya menderita kanker rahim sehingga dia tidak bisa mempunyai anak, sedangkan kami ingin sekali mempunyai keturunan,” kata Hanum menjeda sebentar, Aliyah pun tampak kaget mendengarnya. “Al, maafkan keluarga saya waktu itu. Mereka memang keterlaluan, saya pun salah. Tapi—” “Apa yang Mas Hanum mau?” potong Aliyah karena sakit sekali bila mengingat penolakan masa lalu. Hanum meremat jemarinya, kalau bisa menolak, pasti Hanum sudah lebih dulu menolaknya, tetapi tekanan dari keluarga dan keinginan istrinya tidak bisa Hanum abaikan, apalagi istrinya terus meminta agar Hanum segera menemui Aliyah untuk meminta bantuan supaya mereka bisa mempunyai keturunan dari darah Hanum sendiri. “Al, maukah kamu menjadi istri kedua saya supaya kami mempunyai keturunan?” Hanum lantas berdiri melihat Aliyah spontan berdiri, terkejut akan hal itu. “Al, jangan salah paham! Saya tidak ada maksud untuk memanfaatkan kamu, setelah penolakan itu, sungguh! Tapi, Sifa terus memohon supaya saya menemui kamu karena dia tau hubungan lama kita, Al. Saya—” “Nggak bisa, Mas Hanum!” tolak Aliyah dengan pipi yang sudah basah, hatinya sakit sekali mendengar permintaan konyol itu, dirinya yang ditolak dulu, sekarang bisa diterima dengan syarat menjadi istri kedua untuk memberikan keturunan. “Maaf, Mas. Tapi, aku nggak bisa menerima itu. Silakan Mas Hanum pergi dari sini!” “Al, dengarkan dulu!” pinta Hanum memohon. Aliyah tidak mau mendengarkan apa pun lagi, wanita itu mendorong Hanum ke luar dari rumahnya, lalu menutupnya rapat. Tidak peduli Hanum yang masih memohon di luar sana dengan membawa nama istrinya, Aliyah menutup telinganya rapat-rapat. Sejak dulu ia bermimpi membangun rumah tangga dengan Hanum dan hidup bahagia, tetapi bukan menjadi istri kedua yang seakan-akan hidup bahagia di atas duka istri pertama atau sebaliknya. Wanita mana yang kuat dengan posisi itu meskipun cintanya besar dan masih sama sampai sekarang, Aliyah tidak akan sanggup, apalagi nanti ia harus melihat kemesraan Hanum bersama Sifa setiap harinya, sedangkan dirinya ada di sana hanya sebagai pelengkap demi tujuan mereka, bukan hal penting. *** Hanum pulang tak membawa hasil yang memuaskan, sudah cukup ia menyakiti Aliyah di masa lalu, tak ingin lagi mengulanginya, terlebih sekarang Aliyah hanya seorang diri. Tetapi, belum tentu Sifa mau menerima jawaban Aliyah yang menolak rencana itu. Penyakit itu sudah membuat Sifa kehilangan harapannya untuk menjadi seorang ibu dan selalu dibayang-bayangi kematian. Rasa putus asanya mendesak Sifa untuk terus meminta Hanum menikah lagi supaya sebelum ia meninggal, bisa merasakan indahnya menjadi seorang ibu. “Aliyah mau, Mas?” tanya wanita itu sesaat setelah Hanum memasuki rumah. Hanum menggeleng lemah. “Sudahlah, Sif. Jangan memaksakan hal itu! Aku sudah cukup denganmu saja, nggak peduli ada anak atau nggak, kita berdua saja sudah cukup. Tolong, sudah ya?” “Enggak, Mas. Nggak!” tolak Sifa dengan linangan air mata, hanya Aliyah harapannya karena wanita itu satu-satunya masa lalu Hanum dan mungkin tak sulit bagi keduanya bersama lagi, sedangkan bersama wanita lain, Hanum tidak akan semudah dirinya menghadapi Aliyah. “Sif, permintaanmu adalah permintaan yang dibenci para istri. Itu cuman nyakitin kita semua—” “Mas Hanum, antar aku ketemu sama Aliyah! Aku yakin dia berhati baik, Mas. Biar aku yang bicara, ya?” potong Sifa yang tetap teguh dengan inginnya. “Sifa, dengarkan aku!” “Enggak, Mas!” tolaknya bebal. “Mas Hanum, waktu aku nggak banyak, Mas. Aku pengen jadi ibu dari anak kamu, aku mau kamu punya keturunan yang bakal nerusin semua, Mas. Kita udah nggak bisa apa-apa, Mas Hanum. Tolong, aku mau bermanfaat buat kamu meskipun itu sakit, seenggaknya sebelum aku mati, aku udah ngasih semua ke kamu, Mas!” Sifa mengetahui permintaannya sangat tidak masuk akal dan menyakiti hatinya bila harus merelakan sang suami menyentuh wanita lain, tetapi ia pun ingin dipahami sebagai wanita yang ingin melengkapi suaminya di tengah keterbatasan yang ada, setidaknya ia berguna meskipun harus berbagi, di sana ia bisa melihat kebahagian itu di sisa waktu yang ada. “Aliyah nggak akan mau, Sifa! Sudah!” Hanum memeluk wanita itu. “Aku udah cukup sama kamu!” “Mas, tolong antar aku ketemu Aliyah!” Sifa tetap meminta itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook