Author pov
"Mau pergi kemana?" Suara beriton mengarah pintu kamar, membuat avila terkejut dan cepat melihat ke arah sumber suara, Ternyata Hinder.
Oh shit..! Kenapa dia datang sekarang, sekarang aku tidak bisa mengelak lagi batin Avila membuat terpaksa.
"Tidak ada kemana-kemana benarkan yasmin" ucap avila mengisyaratkan dengan matanya kearah yasmin, Bantu aku yasmin..
Yasmin mengangguk "nyonya mau ketaman agar nyonya tidak bosan di kamar ini tuan"
Hinder tatap yasmin "kalau begitu, gantian. Kau balik ke mansion yasmin dan urus segalanya, biar aku menjaga Avila." yasmin mengangguk.
Kalau pria b******k ini disini, akan suasana mengerikan, aku akan menghentikan yasmin agar dia akan menemaniku batin avila dan ia cepat menggeleng
"Tidak tidak, yasmin disini saja. Agar aku aman dari pria b******k ini"
Langkah Hinder begitu cepat ke arah Avila yang sedang duduk kasur, ia mencekik leher Avila. Sontak Avila syok begitu kuat melihat Hinder mencekik lehernya.
Hinder menatap kedua mata Avila dengan penuh amarah "Berani sekali kau memanggilku pria b******k. Kau tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!" Avila berusaha melepaskan tangan Hinder dari leher karna membuatnya sesak.
"Hhuukk...sakit Hinder.. tolong lepaskan! Aku sesak Hinder..." Avila meronta kehabisan nafas. Hinder tersenyum saat Avila merintih kesakitan dan kehabisan nafas.
Yasmin menutup mulut melihat tuannya mencekik Avila "tuan, nyonya akan kehilangan nafas, ku mohon tuan lepasin karna nyonya..."
Belum sempat yasmin selesai berbicara, Hinder menatap tajam kepada yasmin
"Lebih baik kau balik mansion yasmin, sekarang!" Tanpa yasmin balas ia langsung meninggalkan ruangan tersebut.
Percuma aku meronta, tidak apa kalau aku mati aku akan mati dengan tenang dari pada tinggal bersamanya batin avila. Dan ia berhenti untuk mencoba melepaskan tangan Hinder dari lehernya. Membuat Hinder menatap heran kenapa avila berhenti meronta.
"Kenapa? Kau terkejut melihatku berhenti meronta? Hahaha..."
Hinder menyerngit melihat avila tertawa
"Kenapa kau melihatku seperti ini hinder? Kau senang kayak gini bukan? Kalau aku cepat mati kau akan senang bukan!?"
Hinder diam
"Kenapa kau diam hinder?" Tatapan mematikan avila kearah hinder.
Avila meneken tangan hinder memperdalam lagi dilehernya.
"Kau mau aku seperti ini bukan!? Lakukan!"
Hinder masih menatap avila.
"AKU JUGA SUDAH BOSAN HIDUP SEPERTI INI LAGI KAU TAU!" Teriak avila membuat hinder kaget dengar perkataan avila barusan. Ia cepat melepaskan tangannya dari leher avila, dan hinder membalik kebelakang.
Bukan seperti itu yang kau tahu avila, aku tidak berniat membunuhmu, aku hanya mengancam mu agar kau tidak memanggilku sebutan seperti itu, tapi kau membuat emosi ku semakin naik bila kau sebut itu! Batin hinder yang masih membelakangi avila. Ia memegang kening karna tidak tahu harus apa mau dijawab.
hinder membalik lagi dan duduk kursi disamping avila. Disamping itu, avila tidak mau menatap hinder yang berada disampingnya.
Aku takut... aku takut... oh god bagaimana ini tanganku bergetaran sejak dari tadi karena dia lah yang membuatku seperti ini batin avila.
Hinder mencoba menenangkan emosinya dengan stabil "aku mau nanya hal yang penting avila."
Avila masih melihat luar jendal tanpa membalas perkataan hinder. Tanpa hinder sadari avila mengeluarkan air mata satu persatu.
"Avila"
Avila masih melihat dan dia enggan menjawabnya, karna dia mencoba menahan rasa nangisnya dan rasa ketakutannya.
"Avila lihat sini dan tatap aku"
Avila diam
Hinder menghela nafas kasar untuk mencoba menahan kesabarannya.
"Kalau tidak aku akan..."
Avila langsung melihat hinder dan menatapnya.
"Kau menangis?" Senyum remeh kepada avila.
"Ti..tid.. tidak, siapa yang menangis heh! Tidak usah basa basi lagi, Cepat apa yang kau mau katakan!"
"Wow... sudah bisa sok belagak jagoan, aku salut"
"Kau!" Jari Avila menunjuk kearah Hinder
Hinder tidak suka apabila seseorang menunjuk jari kearah dia "Akan ku potong tangan kau kalau sekali lagi menunjukku seperti itu" Avila menahan amarah dan dia mengepal tangannya.
"Kau mau apa!" Tanya Avila
"Jangan berharap kau akan selamat Avila, kau harus menerima hukuman lebih lanjut lagi Avila" tatap tajam kearah Avila.
Avila menyerngit "hukuman? Apa maksudmu Hinder, aku tidak melakukan kesalahan lagi dan kau seenaknya ngomong seperti ini?"
Hinder maju badannya kearah Avila, Avila sontak panik agar dia bisa menjauh dari Hinder. Ia mengarah telinga dan
Hinder berbisik "jangan lupa, kau telah menghinaku didepan semua orang dan kau telah mengetahui kalau aku merencaksn misi saat waktu malam itu sebelum kejadian" jantung Avila langsung tidak dikontrolkan perasaan rasa takut dan panik.
wanita ini tidak mandi tetap harum, harum hmmm harum batin hinder yang dia mengedarkan hidungnya kearah leher Avila. Membuat Avila merasakan geli area lehernya.
"Hei hinder lepasin" Avila mencoba mendorong badan kokoh hinder dengan sekuat tenaga agar hinder berhenti menghirup dileher. Karena bagi Avila leher area sensitifnya ketika disentuh dengan lebut.
Hinder semakin candu wangi aroma tubuh Avila, ia tidak tahu kenapa wangi ini favorit bagi hinder yang sekarang dia rasakan.
"Apa kau sengaja menyemprot parfum ke leher supaya aku akan tergoda dengan mu Avila?"
Udah gila ni orang, sejak kapan aku menyemprot kan parfum dalam keadaan sakit parah ini, benar-benar tidak waras pria satu ini batin Avila yang masih berusaha mendorong tubuh hinder.
Avila memutarkan bola matanya dan melirik hinder yang masih dilehernya
"Aku tidak tahu kalau kau sedang menjalankan misi, dan soal yang menghinamu aku minta maaf"
Hinder langsung melihat Avila dengan tatapan terkejut "apa kau barusan bilang?"
"Aku tidak tahu kalau kau sedang menjalankan misi, dan soal yang menghinamu aku minta maaf"
Hinder tertawa mendengarkan jawaban avila barusan, ia kembali menatap dengan tatapan elang "gampang sekali kau berkata seperti itu! tidak semudah itu aku memaafkan. Tunggu dan terima saja hukumanmu itu ketika di mansion."
Avila menatap kesal "kau juga telah menembak calon tunanganku hinder! Kau harus tanggung jawab atas penembakan itu, kau tidak tahu betapa hancurnya aku ketika calon tunanganku koma" air mata meloloskan dan membasahi dua pipi avila.
"Aku membenci mu hinder, aku membencimu! Membencimu selamanya!" Avila Memukul bidang d**a hinder dengan keras. Hinder menahan pukulan avila tersebut dan ia masih menatap avila menangis.
Oh pantasan saja waktu itu dia menangis histeris saat aku menembak seseorang dan berani bicara nada tinggi kearahku ternyata calon tunangan batin hinder yang masih menatap avila.
"Baguslah kalau dia koma dan kau bisa menjalani hukuman selamanya di mansionku"
Avila langsung cepat melihat Hinder
"Selamanya?" Hinder mengangguk
Avila menggeleng "ti..tidak hinder.. aku tidak mau..! aku tidak mau kesana dan aku tidak mau bersama mu selamanya" hinder melepaskan kedua tangannya dibahu avila dan ia meninggalkan avila sendirian dikamar.
Avila menggeleng kepala saat hinder meninggalkannya "Tidak hinder... AKU TIDAK MAU!" Teriak avila. Suaranya menggema satu kamar. avila menangis sejadi-jadinya, rasa takutnya mulai menggeburu seluruh tubuhnya.
Bagaimana ini aku tidak bisa buat apa-apa lagi.. kepada siapa aku meminta tolong hiiissskkk... Tuhan kenapa aku bernasib Malang seperti ini aku tidak sanggup lagi... aku takut... aku takutt... hiisskk.. batin avila yang masih panik ketakutan dan masih menangis teringat kata-kata Hinder barusan.
Tak lama Avila tertidur pulas setelah nangis, seseorang masuk kamar Avila. Ia mengusap pipi Avila yang masih basah dengan air matanya. Ia merapikan posisi tidur Avila dengan baik, tak lupa menyelimuti Avila sampai ke pinggang. Setelah selesai ia merapikan Avila, ia mencium pipi Avila dan langsung pergi meninggalkan ruang Avila nginap.
.
.
.
.
Bagaimana guys seru bukan? Nah kali ini siapa yang menyelimuti Avila? Apa Hinder atau pria asing? Ayok tebak guys??
Kalau mau lanjutnya jangan lupa untuk spam next di kolom komentar yaa? ditunggu spam next nya...
Vote jangan lupa ya ingat vote hihi??
Selanjutnya??✨