0.2

1395 Words
Don't miss out on a love And regret yourself on it, Open up your mind, clear your hard Ain't gotta wake up to an empty bed Share my life, it's yours to keep Now that I give to you all of me ♥️♥️♥️ Menerima lamaran dari seseorang itu bukan perkara yang mudah asal kalian tahu. Meskipun lamaran itu berasal dari pria yang kalian cintai sepenuh hati sekalipun, 'menerima' tetaplah menjadi perkara yang benar-benar sulit untuk di putuskan. Semua menyangkut ke depannya. Bukan hanya soal cinta tapi juga kesiapan dan segala sesuatunya termasuk materi. Bukan matre, tapi mau tidak mau materi memang hal yang utama. Kalau dalam hal hubungan Jeannie dengan Genta, materi bukanlah hal besar yang harus di khawatirkan bukan. "But Nta, aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak dengan desainer Itali. Kamu tahu kan?" Bukan ya atau tidak yang keluar dari mulut mungil Jeannie. Bagi Jeannie satu-satunya penghalang baginya dan Genta untuk lebih menyeriuskan hubungan mereka adalah masih banyaknya mimpi yang harus Jeannie wujudkan satu persatu. Jika Jeannie menikah, semua mimpinya akan hilang begitu saja seolah tak pernah menghinggapi pikirannya. "Yes or No Jean?" tanya Genta lagi sembari sedikit menggeram. Sedikit terpancar kekecewaan di wajah tampan Genta. Namun Genta tetap diam di posisinya, duduk tegap menghadap Jeannie menunggu jawaban final wanita tersebut. "Okay Fine, I Will." tanpa pikir panjang, Jeannie pada akhirnya memilih mengiyakan. Tidak mempercayai adanya kesempatan kedua. "No smile like that ?" Tangan Genta sudah bersedekap di depan dadanya. Satu alisnya terangkat menunggu jawaban wanitanya lagi. "Aku tidak memaksamu, asal kamu tahu." Tegas. Iya selalu seperti itu nada bicara Genta. "Aku tidak." Elak Jeannie. "Kau iya." "Aku tidak." "Kau iya Jean. Jangan begini," kata Genta dengan nada tegas namun terdengar lebih pelan dari yang sebelumnya, "Aku membenci wajah terpaksamu." "Aku tidak terpaksa asal kamu tahu Tuan Genta yang terhormat." hardik Jeannie yang sudah jengah di pojokkan oleh lelakinya. Entah kenapa sebenarnya Jeannie juga membenci dirinya sendiri mendengar jawabannya sendiri yang di luar dugaan. "Kita tidak akan menikah dalam waktu dekat kan Nta? Aku tidak mungkin membatalkan kontrak dengan siapapun kan ?" Genta diam tidak menjawab. Lagi pula, tanpa Jeannie minta, Genta tidak akan menyuruh Jeannie berhenti mengejar mimpinya. Genta hanya ingin mengikat wanitanya supaya saat mereka berjauhan, mereka sudah terikat dan tidak bisa dengan seenak jidat masing-masing untuk memutuskan ikatan tersebut. "Aku menghargai privasimu sayang. Aku juga tidak berminat merebut harapanmu," Senyum khasnya terukir jelas di sana. "Aku lebih mengharapkan kamu bisa sukses melampaui ke suksesanku J." Jeannie tersenyum puas, lelakinya, impiannya, bahagia seolah di genggamannya, setidaknya untuk saat ini biarlah semua seperti ini dahulu. "Tapi aku yakin kamu akan sangat kesulitan jika ingin menandingi kesuksesanku." Seringaian Genta muncul lagi, Genta yang humoris hanya akan muncul saat mereka menyudahi obrolan mereka yang serius. "Terserahlah tuan percaya diri." Sahut Jeannie sambil melayangkan tinjunya ke udara. Mendungakan wajahnya sebentar sembari melayangkan doa dalam hati. 'semoga semuanya baik-baik saja.' ♥️♥️♥️ Siang yang cerah dengan keadaan meja kerja yang sedikit lengang. Pekerjaan Genta sudah banyak berkurang siang ini karena ia kemarin bahkan keluar dari kantornya tepat pukul sepuluh malam demi menyelesaikan semua pagi tadi. Jeannie, satu kata yang tertuju pada satu objek nyata yang selalu berada di nomor satu pikirannya. Dengan satu gerakan pasti, Genta mengeluarkan benda pipih dari saku celananya. Jari-jari tangannya tergerak membuka galeri di ponselnya. Tangannya terus begerak tanpa tujuan, pelan dan sampailah ia di satu foto yang membuatnya semakin tersenyum lebar. Sekarang dengan tujuan, jari-jarinya kembali menyusuri layar dan terbukalah akun sosial media miliknya yang hanya memiliki pengikut kurang dari 200 ribu orang. genta_soeta mengunggah sebuah foto memperlihatian seorang perempuan seolah menari di bawah guguran daun di salah satu jalan terkenal di Tokyo. ♥️ 4953 289 genta_soeta mine! #throwback @.davin69 eta terangkanlah caption pak ceo alay @.its.barbaraa @.anantapra000 lo kenapa Bar ? @.its.barbaraa @.ricky_fabie nggak usah lo perjelas juga kali -_____- @.rakaan jasa free tag @.xxjeanpura @.leo1212sandjaya jadi kan Gen ? @.xxjeanpura apaan Ka Raka? @.rakaan Bukan sebagai penjelas, hanya saja Genta terlampau bahagia karena Jeannie menerima lamarannya. Memang sih ada sedikit kesalahpahaman di awal, namun Genta yakin kecemasan yang di khawatirkan Jeannie tidak akan berakibat apapun pada hubungan mereka ke depannya. Tok Tok "Permisi Pak, Pak Ananta meminta ijin ingin menemui anda." ucap Linda, sekertaris Genta yang sudah sangat dekat dengannya maupun dengan Jeannie. Genta mengangguk. Selanjutnya Linda hilang dari ruangan Genta, mempersilahkan Ananta untuk masuk ke ruangannya. "Gimana rencana kita Gen, Leo kemarin telepon gue, katanya lo ada urusan juga di sana?" Ananta dan ke-to the point-annya. Yang harus kalian tahu sedari dini adalah Ananta yang jatuh hati pada wanita yang merupakan pacar dari sahabat sekaligus kolega kerjanya sendiri; Jeannie. "Jadi. Gue ada meeting sama A Preview Production sekalian." Genta sudah menyimpan ponselnya tanpa berminat menjawab satu pun komenan yang sudah banjir di postingan terbarunya itu. "Berangkat barengan apa gimana jadinya?" Ananta sudah mendudukan dirinya di kursi sofa yang berada di ruangan tersebut. Genta berdiri dari kursi kebesarannya, melangkah mendekat Ananta dan mendudukkan dirinya pula di sofa yang kosong. "Terserah kalian. Gue sama Jean." Kening Ananta mengkerut. Sedikit amarah hinggap di dirinya secara mendadak. "Lo nggak ada niatan cari cewek atau gimana gitu An? Nggak capek main sendiri terus?" gurau Genta yang membuat Ananta melayangkan tatapan mematikan namun tidak berpengaruh apapun pada Genta. "Kayak lo juga nggak nyolo aja." Sakit tapi tak berdarah. Bukan Jeannie yang tidak memperbolehkan Genta melakukannya. Tapi Genta yang malah ingin menjaga Jeannie hingga malam pertama mereka. Entah kenapa. Tapi yang perlu sangat di ketahui adalah Genta itu lebih istimewa dari Jeannie. Dalam hubungan mereka, Jeannie lah yang beruntung mendapatkan Genta. Bukan sebaliknya seperti apa kata kebanyakan orang. ♥️♥️♥️ Tiga hari setelah percakapan Genta dan Ananta. Mereka berdua di tambah Leo dan juga Ricky, akhirnya sepakat bertemu langsung di Singapore. "Butuh acara meet up dulu ya Nta, biar kamu ngajakin aku ke sini?" 'Di ajak ngomel, tidak di ajak apalagi' batin Genta. Wajah Genta sarat akan kebahagiaan sejak dirinya memijakkan kaki keluar dari Pesawat. Bagaimana tidak bahagia, A Preview Production adalah salah satu perusahaan besar yang berkembang di bidang kecantikan. Mengenai kecantikan, tidak mungkin kan hal itu untuk diri Genta sendiri. Di balik embel-embel 'meet up' kali ini, ada kejutan besar menanti Jeannie. Cepat atau lambat, tapi sepertinya akan lebih cepat dari perkiraan Genta. "Stop your i***t smile Nta, aku muak masa." Jeannie berucap dengan wajah yang tak acuh. Tangannya sibuk membenahi kaca mata yang baru saja ia keluarkan dari dalam sling bag miliknya. Tidak peduli Genta tersinggung karenanya, Jeannie akan tetap mengatakan apa yang sedang di pikirkannya. Dengan tiba-tiba Genta mengulurkan tangan kanannya, memeluk pinggang kekasihnya dan menyeretnya lebih dekat sehingga tubuh keduanya saat ini sungguh bergesekan meskipun sedang berjalan. Tak di pungkiri, terkadang Jeannie masih merona karena perlakuan Genta yang menurutnya kelewat manis. Akan sangat bodoh jika Jeannie sungguh menyianyiakan hal tersebut. "So em.." Wajah Genta mendekat ke telinga kiri Jeannie. "Besok malam akan ada acara pertunangan kita di Ballroom hotel tempat kita menyinap." Mata Jeannie melebar seketika. Demi apapun dirinya menolak percaya pada apa yang di katakan Genta barusan, namun sulit untuk tidak percaya jika hal tersebut menyangkut Genta dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kekuasaan Genta. Langkah kaki Jeannie terhenti, ia memutar tubuhnya mendungakan wajahnya menatap wajah Genta lekat, "Bunda? Mama? Papa? Sepertinya aku gila karena memilihmu menjadi calon pendampingku." Omel Jeannie lagi yang akhirnya berjalan lebih dulu menuju pintu keluar Bandara menuju mobil yang memang sudah di persiapkan untuk menjemput mereka berdua. Di belakang Jeannie, Genta terkekeh pelan, ia menyukai saat Jeannie berdecak sebal karena ulahnya; itu menggemaskan. Menyangkut acara pertunangan mereka, semua sudah di atur sedemikian rupa oleh seluruh staff di hotelnya sejak Jeannie menerima lamaran Genta. ♥️♥️♥️ "Welcome Mr Genta," ucap Manager hotel itu sopan. "and Miss Jeannie." imbuh Manager itu lagi saat pandangannya beralih menatap Jeannie. Keduanya hanya membalas "Ya." Sembari tersenyum tulus. "Mari saya antar ke kamar kalian." Manager tersebut memimpin jalan menuju lift khusus petinggi. Hotel mewah Bintang Lima yang memiliki tingkat kepopuleran di atas rata-rata -karena terletak di pusat kota- di Negara tersebut adalah Satya Oetama Hotel and Resort. Salah satu dari puluhan cabang milik Genta. Dari sini, adakah di antara kalian perempuan yang menolak pesona Genta ? Dengan seluruh aset yang di milikinya. Di tambah lagi ketampanannya tersebut. Sepertinya hanya orang gila yang akan menolak hal itu semua. ♥️♥️♥️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD