Curse

1688 Words
Althea akhirnya berhasil keluar, kini dia bisa melihat tembok besar bagian Barat Kerajaan Erovah. Meski harus melewati padang ilalang, secercah harapan timbul di hatinya. Setidaknya dia tidak akan mati sekarang. Dia percaya para pejuang yang berjaga pasti akan menolongnya. Althea kembali berjalan tertatih melewati padang ilalang. Keadaan malam yang gelap membuatnya sedikit khawatir. Tapi dia tetep berjalan menuju benteng itu. Saat dia bisa keluar dari padang ilalang, matanya mengabur. Dia jatuh tak sadarkan diri. ______LadyAlthea_____ Althea mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan dengan pencahayaan terang yang menghujam matanya. Dia mengernyit merasakan pening di kepalanya. Badannya terasa luluh lantak. Althea menatap sekelilingnya. Sebuah ruangan serba putih yang mirip seperti ruang pengobatan istana. "Kamu sudah sadar" Althea menengok seorang pria yang memakai jubah putih khas tabib kerajaan. Pria itu berumur sekitar 40an dengan rambut hitam yang sudah dihiasi surai putih. Pria itu tersenyum lembut pada Althea. Senyum tuanya terlihat letih tapi tatapan lembutnya membuat Althea sedikit lega, dia masih hidup. "Aku masih tidak percaya setelah semua luka yang mengerikan itu, kamu masih hidup. Bukan hanya luka luar tapi luka dalam juga." Althea tersenyum kecil,"Anggap saja aku masih beruntung tabib". Tabib itu menatap Althea menyelidik. "Apa yang terjadi padamu Althea?" Althea memalingkan wajahnya.Dia tidak mungkin mengungkapkan apa yang telah dia lakukan pada tabib tua ini. Dia malu,"Aku tidak mau menceritakan apapun padamu tabib." Tabib itu menggeleng menerima sikap Althea,"Yang mulia raja ingin bertemu denganmu Althea" Althea diam tidak menanggapi. Tabib itu mendekat pada Althe dan mengusap kepala Althea,"Kamu sudah kuanggap seperti anakku sendiri Thea, aku yang terus mengobatimu jika kamu terluka. Selama itu aku selalu merasa lukamu bukan apa apa karena kamu adalah gadis yang tangguh, tapi ketika malam kemarin penjaga gerbang membawamu kepadaku, aku takut, kamu tidak akan bisa selamat. Kamu harus menjaga dirimu Thea" Althea menatap sang tabib dan mengangguk,"Terimakasih" Tabib itu tersenyum dan keluar dari ruangan. Seorang pria berwajah tampan masuk ke dalam ruangan. Tulang pipi yang tinggi dipadu dengan rahang yang tegas menciptakan aura angkuh yang kentara. Hidungnya mancung sempurna berpadu dengan mata coklat terang. Alis matanya yang tebal dan tajam membuat sosoknya terlihat sedikit mengintimidasi. Jubah emas pria itu menyapu lantai.Suara sepatu dengan sol terbaik kerajaan manusia beradu dengan lantai kayu menciptakan suara yang khas. Pria itu terus berjalan dan berhenti di sisi ranjang Althea. "Althea", Suara dalam pria itu menggaung di ruangan itu. Suara berat yang dibalut dengan kharisma. Althea bangkit dari tidurnya, dia duduk dengan membungkukan sedikit punggungnya. Dia menyernyit merasa perih yang menusuk di punggungnya,"Hormat saya yang mulia raja". Sang raja sedikit terkejut melihat darah merembes di kain putih punggung Althea,"Tidak usah menghormat padaku saat ini Althea. Aku paham kondisimu. Punggungmu terluka lagi." Althea mengangkat badannya tapi masih tidak menatap sang raja. "Biar kupanggilkan tabib" "Tidak, kumohon yang mulia, biar saya saja" Sang raja tidak mengiraukan permintaan Althea, beliau keluar dan memanggil kembali sang tabib. Tabib itu kembali dan mulai mengobati punggung Althea. "Bagaimana keadaannya?" Sang raja bertanya pada tabib. Tabib itu mengangguk dan kembali menutup punggung Althea dengan kain putih,"Sudah lebih baik" Nada sarat kecemasan sang raja membuat Althea mengumpat dalam hati.  "Saya permisi yang mulia", sang tabib kembali undur diri. Kini di ruangan itu hanyalah Althea dan sang raja. SAng raja duduk di samping ranjang Althea dan menyentuh pundak gadis itu,"Bagaimana keadaanmua?" Althea sedikit terlonjak merasakan betapa dekatnya sang raja, tapi dia masih menguasai dirinya, dia masih menundukkan kepalanya,"Saya baik baik saja yang mulia" Sang raja menatap seluruh tubuh Althea. Althea memakai kain putih yang dijahit sederhana khas pasien. Kain kasa meliliti seluruh tubuhnya mengintip dari baju yang dia kenakan.Wajahnya lebam. Tapi tidak mengurangi kecantikan bak malaikat yang dia miliki. Sang raja tersenyum kecil. Dia memang sudah jatuh pada pesona wanita di depannya. "Berhentilah menjadi pejuang Althea. Aku sudah berulang kali melamarmu. Tapi kamu dengan angkuhnya selalu menolak lamaranku. Pikirkan Althea, jadilah permaisuriku dan kamu tidak perlu menjadi pejuang lagi. Kamu tidak harus selalu bertaruh nyawa." Althea menyumpah dalam hati. Dia tidak mau menjadi permaisuri seorang raja seperti Arsandor III. Walau beliau adalah raja kerajaan Erovah dan beliau terkenal karena kepintaran dan kekuatannya tapi sang raja memiliki banyak selir. Dan hal itu membuat Althea jijik. "Aku terlahir di keluarga Pejuang yang mulia. Maka sampai akhir hayatpun aku akan tetap menjadi pejuang" Sang raja menatap Althea menilai. "Itukah yang akan kamu pilih? Menjadi pejuang dan siap meregang nyawa setiap waktu? Dibandingkan menjadi permaisuriku? Menduduki tahta dengan semua kemewahan?" "Aku bukanlah perempuan seperti yang anda maksud Yang Mulia. Saya rela mati untuk negara saya. Saya adalah pejuang" Sang raja terlihat geram dengan jawaban Althea. Dia mengepalkan tangannya erat. Sudah berulang kali dia mengalami penolakan dari perempuan ini. "Baik. Jika itu yang kamu pilih, besok malam kamu giliran jaga perbatasan" Setelah mengatakan hal itu sang raja pergi meninggalkan ruangan dengan pintu membanting keras. Althea membuang wajahnya. Dia masih kesal dengan raja itu. Dia ingin menjadi pejuang. Karena itulah takdirnya. Ayahnya seorang pejuang. Seorang pahlawan Kerajaan Erovah terkuat dan terhebat di masanya. Sampai sang ayahanda terbunuh oleh beratus immortal penghisap darah. Mengingat hal itu membuat kemarahan kembali menguasai hati Althea. Althea memejamkan matanya. Dirinya lelah dan rasa sakit di sekujur tubuhnya serasa membunuhnya. Ceklek. Pintu kembali terbuka. Althea memandang ke arah pintu dan tersenyum melihat seorang pria masuk ke dalam ruangan. Pria itu sangat tampan dengan tulang wajah yang sempurna dan iris abu yang pekat. Kulitnya seputih salju berpadu dengan rambutnya yang hitam legam. Badannya yang tegap dan berotot tapi langsing membuatnya semakin sempurna. Pria berwajah malaikat itu tersenyum dan duduk di ranjang samping Althea, "Bagaimana keadaanmu adikku?" Althea tersenyum lebar kepada kaka kembarnya. Alexander Altheo Khiel. Alex adalah panglima tertinggi para pejuang. Kemampuannya dalam bermain pedang dan memanah jauh melebihi kemampuan sang raja sendiri. "Aku baik Alex" Mata Alex berubah sendu. "Tiga hari kamu menghilang dan sekarang kamu kembali dalam keadaan mengenaskan. Kamu pergi ke bumi barat?" Althea memalingkan wajahnya,"Aku tidak mau membahasnya" Alex menghembuskan nafas berat. Alex mengelus pipi saudarinya dan membawa wajah saudarinya agar kembali menghadap wajahnya dengan lembut. "Kita berbagi rahim Althea, aku tau apa yang tersembunyi dalam hatimu dan begitu juga kamu" Mata Althea memanas. Dia merasa bersalah karena sudah melanggar perintah kakanya,"Aku.. Aku memang ke bumi barat Alex" Alex merengkuh saudarinya dalam rengkuhannya,"Kenapa kamu memperisai dirimu saat itu Althea? Aku tidak bisa menemukan dirimu" Althea memang memerisai dirinya saat dia pergi ke dunia barat. Dia tidak mau Alex menemukannya. Alex dan Althea berbagi hati dan pikiran. Mereka berasal dari satu plasenta saat di Rahim dulu. Tapi mereka mempunyai kekuatan yang bisa memperisai hati dan pikiran mereka baik dari saudaranya maupun dari orang lain. Kemampuan itu diturunkan dari ibunda mereka. "Aku tidak mau kamu mencegahku Alex." Alex melepas pelukannya. Dia menatap wajah saudarinya dan menghapus air matanya,"Aku akan melakukan yang terbaik untukmu Althea" Althea menggelengkan kepalanya,"Aku tidak bisa membiarkan para penghisap darah menjijikan itu pergi begitu saja setelah membunuh kedua orang tua kita Alex!" " Itu sudah sepuluh tahun yang lalu! Ingat darah yang mengalir dalam..." "Persetan dengan darah itu Alex! Karena darah sialan itu Ibu mati!" "ALTHEA!" Pertahanan Althea runtuh, air mata luruh dari matanya yang indah. Ibu mereka, Aleana adalah seorang angel. Kaum Angel adalah kaum yang paling kuat. Mereka rupawan dan berkali kali lebih tangguh dari demon. Kelebihan atau bakat yang mereka milikipun lebih dari satu bakat untuk setiap Angel. Berbeda dengan Demon yang hanya memiliki satu bakat setiap demon. Kecuali Demoniac Witches. Demoniac Witches memiliki dua kemampuan. Satu bakat dan yang lainnya adalah sihir. Alea jatuh cinta pada Samuel, seorang pejuang di jamannya. Sang Great Angel mengizinkan Alea meninggalkan langit, beliau bisa memahami perasaan cinta di antara keduanya. Alea merelakan semua kenyamanannya bahkan sayapnya. Tapi kemampuannya tidak mau meninggalkan Alea. Setiap Angel yang meninggalkan langit, akan membawa kutukan bersama mereka. Dan begitupula dengan Alea. Alea dan Sam menikah dan memilik anak kembar. Althea dan Alex. Althea dan Alex mereka mewarisi darah angel dalam diri mereka yang membuat mereka menjadi half human half angel. Tapi fakta ini hanya keluarga mereka yang tahu. Althea dan Alex dilatih menjadi pejuang sejak mereka bisa lancar berjalan oleh Sam. Mungkin karena darah angel yang mengalir di pembuluh darah mereka, mereka menjadi ahli menggunakan pedang dan panah ketika umur mereka masih sangat muda. Saat umur Alex dan Althea menginjak 12 tahun, Alea diculik oleh bangsa Vampire. Vampire itu cukup cerdik hingga bisa mengelabui semua penjaga perbatasan. Alea dibawa ke bumi barat. Dan tubuh serta darah Alea dimakan oleh para vampire kelas rendahan itu. Darah dan daging Angel membuat makhluk immortal lebih kuat dan rasanya yang manis membuat para immortal kecanduan. Sam dengan amarah pergi ke bumi barat dan menyelamatkan Alea tapi naas, dia malah ikut dibunuh. Inilah kutukan yang terus membayangi Alea. Bahwa dia akan mati di tangan immortal haus darah. "Aku tidak pernah minta dilahirkan dengan darah sialan ini! Aku tidak pernah minta mempunyai ibu seorang angel." "ALTHEA!" Althea terisak. Alex kembali merengkuhnya. Alex mendekapnya erat. "Aku benci para makhluk rendahan itu Alex! Aku ingin ibuku! Aku ingin ayahku!" "Althea semua sudah berlalu. Masa lalu tidak akan pernah kembali bagaimanapun kamu berusaha keras mencobanya. Sekarang sebagai seorang kakak, aku mengkhawatirkanmu. Kamu keluargaku yang tersisa Althea." Alex meregangkan pelukannya dan menatap Althea tepat di maniknya. "Kamu taukan darah angel yang kita warisi memberikan fisik dan psikis yang luar biasa, tapi sebagai ras terkuat, kita juga dituntut untuk bertanggung jawab atas semua kekuatan yang kita gunakan. Aku mengkhawatirkanmu Althea, bagaimana jika kamu menerima kut.." Althea kembali terisak dia tidak mau mendengar kelanjutan kalimat kakanya itu. Dia tentu tau konsekuen yang dia harus hadapi setelah membantai sekoloni vampire kelas rendahan yang sedang berpesta di tempat itu. Seorang angel kodratnya mencintai kedamaian, kekuatan mereka yang luar biasa berpadu dengan cinta damai yang kental. Konsekuen yang harus diterima jika mereka menyalah gunakan kekuatan mereka adalah kutukan.  Kecuali jika angel membunuh makhluk yang mengancamnya.  Alex mengurai pelukannya,"Althea, terimalah lamaran Raja. Setidaknya kamu tidak akan mendapatkan kutukan itu. Kumohon terima lamaran Raja" Althea menatap kakanya tidak percaya. "Aku tidak akan sudi menjadi istri raja itu Alex! Dia memiliki banyak selir! Aku tidak mau menjadi yang kesekian untuknya! Dan hidupku takdirku adalah menjadi pejuang!" Alex menggelengkan kepalanya. "Istirahatlah Althea. Biar besok aku yang menggantikanmu berjaga di perbatasan." Alex bangun dari duduknya. Althea memegang pergelangan Alex. "Tidak Alex, aku tetap akan bertugas"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD