Amulet

2197 Words
Althea sedang mengasah pedangnya. Pedang itu berkilau diterpa cahaya lampu dari pondok kayunya di pinggir kota. Dia telah siap dengan seragam tugasnya. Sebuah kaos sederhana dipadu celana kain yang memiliki banyak saku dan dilapisi tameng dari badan hingga pinggang. Rambutnya diikat satu tinggi. Seluruh luka yang dimilikinya sudah pulih seperti semula berkat darah angel yang mengalir di pembuluh darahnya. Dia siap malam ini untuk bertugas menjaga perbatasannya. Pintu kamar Alex terbuka menampilkan sosok Alex yang sudah siap dalam seragam bertugasnya. Althea mengernyitkan kening melihat penampilan Alex,"Kamu tidak tugas malam ini Alex, apa yang kamu lakukan dengan seragam itu?" Alex tersenyum kecil dia mengambil duduk di depan kursi Althea dan menatapnya,"Aku akan bertugas malam ini. Aku tukar jadwal dengan Dephnie. Kamu tidak berfikir aku akan membiarkan adik kecilku yang baru sembuh jaga sendiriankan? Sedangkan sekarang sudah musim makan para demon" Sejatinya, para demon tidak memakan darah manusia. Mereka makan makanan yang dimakan manusia, mereka makan daging tapi tidak sayur. Daging favorit mereka adalah daging rusa. Tapi, setiap bulan merah awal musim gugur, mereka akan mencapai puncak eksistensi mereka, darah mereka bergejolak dan mereka dilimpahi kekuatan yang sangat luar biasa. Karena itulah mereka membutuhkan darah manusia, darah manusia bisa menstabilkan kekuatan yang tumpah ruah dalam diri mereka. Tapi, karena darah manusia yang begitu manis dan mencandu, jarang dari mereka yang bisa bertahan tanpa membunuh sang korban.  Althea terkekeh sinis. Dia menatap kakanya yang sedang menimang pedang berwarna silver dengan ganggang merah berukir sayap. Pedang itu terlihat sangat tajam dan indah. Pedang itu telah banyak memakan darah makhluk yang mengancam kehidupan manusia. Pedang itu langsung diberikan oleh The Great Angel pada Alex saat Orang tua mereka dibunuh. "Kamu meremehkan aku Alex! Jangan lupakan kalau aku adalah pejuang wanita terhebat kerajaan manusia. Aku pasti bisa melindungi diriku sendiri" Alex menyarungkan kembali pedang itu ke belakang punggungnya,"Aku tahu dengan jelas kemampuanmu Althea, tapi lawan kita kali ini mungkin saja adalah demon bangsawan. Kekuatan mereka sangat luar biasa." Althea berdecih. Dia berdiri dan menatap Alex tepat di maniknya. "Mau sehebat apapun para makhluk hina itu, aku percaya kalau aku bisa mengalahkan mereka. Bukan karena darah yang mengalir dalam diriku. Tapi karena aku memang mampu." Alex menggelengkan kepalanya. Dia berjalan mendekati Althea dan merangkulnya. "Bagaimanapun aku akan tetap melindungimu. Aku kaptennya ingat. Oh dan jangan lupa, jangan memperisai pikiran dan persanaanmu kali ini, biar aku bisa menemukanmu." Kedua kaka beradik itu lalu pergi ke markas dekat perbatasan Kerajaan Erovah. Sebuah markas besar yang berada di Tembok Utara. _____LadyAlthea_____ Ruangan itu cukup besar untuk bisa menampung sekitar 50 orang. Berlantai kayu mahoni dan bercahaya terang. Di bagian depan terdapat batu tulis besar yang berhadapan dengan bangku bangku kayu yang terbuat dari kayu kualitas terbaik. Alex sedang berdiri membelakangi batu tulis, memimpin pertemuan untuk membicarakan strategi mereka malam ini. Di depannya ada dua puluh lima pejuang yang sedang duduk dan mendengar intruksi Alex. "Ingat, untuk penjagaan kita malam ini akan berat. Para demon akan berburu malam ini hingga sebulan ke depan. Periksa siapapun yang kalian temui. Mereka pasti akan menyamar menjadi manusia biasa. Mereka tidak mungkin menginvasi dalam jumlah besar. Karena itu sama saja menyulut perang. Para demon memiliki tatto di pundak belakangnya. Periksa siapapun yang kalian temui. " Para pejuang yang ada di sana menganggukkan kepala. "Baik cukup dari saya. Diperbolehkan menjalankan tugas semua." Para pejuang mulai meninggalkan ruangan. Mereka berpencar ke pos pos mereka di tembok barat, selatan dan timur. Kecuali Althea, Alex dan tiga orang lainnya. "Aku tidak percaya kamu membuatku harus berjaga denganmu malam ini Alex",Althea menggerutu dan mulai berjalan keluar markas. Alex mengikutinya. Dan tiga orang yang lain ikut keluar. Alex merangkul Althea,"Sudah kubilangkan kalau aku akan menjagamu Althea. Lagi pula kita bersama tiga orang lainnya" Althea mendengus dan melirik tiga orang di belakang mereka. Mereka bertiga adalah orang baru pejuang kerajaan. Althea menggerutu dalam hati. Malam ini akan membosankan. Dia pasti akan berakhir menjadi pengurus tiga orang itu. Dan Alex? Dia pasti akan berpatroli sendiri. Mereka berlima berjalan menembus hutan dan melewati pintu khusus yang terbuat dari pagar pagar besi. Pagar itu satu satunya penghubung bagian tembok utara dengan dunia luar. Setelah mereka melewati pagar, mereka berhenti di sebuah pos. Pos itu masih terdapat di hutan yang lebat. Memang perbatasan Tembok utara ini adalah sebuah hutan yang lebat dan gelap. "Susan dan aku akan berjaga di tembok atas. Althea, Leonidas dan Lucas akan berjaga di pos ini. Kita akan berpatroli bergantian, untuk patroli pertama tiga puluh menit lagi aku dan Leonidas. Kalian paham?" Susan, Althea, Leonidas dan Lucas menganggukan kepala patuh. Alex dan Susan lalu kembali ke dalam pagar. _____LadyAlthea_____ Althea menghabiskan menit demi menit yang berganti jam dengan perasaan bosan yang luar biasa. Dia tidak menyangka malam berburu bisa sesepi ini. Alex dan Leonidas sedang berpatroli menembus hutan. Susan berjaga di tembok atas, sedangkan dia dan Lucas ditinggalkan di pos hutan. Lucas benar benar menguras kesabarannya. Lucas terus bercerita mengenai pengalamannya selama di camp. Dan Althea rasa dia bisa saja menghunuskan pedangnya pada Lucas jika Lucas tidak berhenti bicara. "TOLOOOOOOONG" Seluruh indra Althea terjaga seketika. Matanya awas memandang sekitar, begitu juga Lucas Mereka berdua berlari meninggalkan pos dan memperhatikan sekitar. Tiba tiba terdengar  suara jeritan melengking, Althea segera berlari ke arah jeritan itu. Althea menerobos gelapnya hutan. Terus berlari dengan sangat cepat, karena darah angel yang dimilikinya, dia bisa berlari lebih cepat dari manusia biasa. Dan Lucas tertinggal jauh di belakang. Akhirnya dia tiba di asal suara jeritan itu. Seorang wanita paruh baya sedang meregang nyawa. Di belakang perempuan itu berdiri seorang wanita yang sangat rupawan. Kulitnya putih berkilau dengan rambut perak panjang tertelan jubahnya. Perempuan itu memakai sebuah jubah hitam yang membungkus tubuh langsingnya. Perempuan itu sedang menghisap darah si paruh baya di lehernya. Si paruh baya itu menggelepar tidak bernyawa dalam tangan sang wanita rupawan. Iris berwarna violet dengan pinggiran hitam pekat wanita itu beralih menatap kehadiran Althea. Dia menyeringai memamerkan taring berdarahnya dan melempar jasad si paruh baya entah kemana. Althea langsung menarik pedangnya. Dia memasang posisi siap tempur. Althea memasang waspada tinggi. Dia tentu sadar bahwa demon di depannya ini adalah demon bangsawan. Hanya demon bangsawan yang memiliki aura begitu mempesona seperti wanita di depannya. Dan demon bangsawan sangat berbahaya. Mereka memiliki satu bakat spesial yang berkaitan erat dengan elemen. Demon di depannya beriris violet dengan pinggiran hitam pekat. Alteha mengetahui bahwa bakat elemen demon ini istimewa. Bakat setiap demon terpancar dari irisnya. "Coba kamu datang lebih awal wahai pejuang, maka aku akan sangat senang untuk memilih darahmu daripada darah tua seperti perempuan yang tadi" Althea menyeringai,"Kamu bahkan tidak akan bisa menyentuhku walau seujung kuku makhluk hina!" Mata violet itu berkobar dengan amarah. Dia menggeram dan menatap Althea tajam,"Kamu akan mati makhluk sombong" Tiba tiba dari sisi demon rupawan itu, muncul dua orang demon yang lain. Mereka terbang meluncur ke bawah tepat ke sebelah demon bermata violet tadi. Sayap mereka besar dan hitam. Sungguh mereka adalah makhluk yang rupawan. Makhluk rupawan yang mematikan. "Kamu menemukan mangsa yang cantik Lenata",Seorang demon wanita yang baru datang menyeringai dan menatap keseluruhan tubuh Aletha. Demon ini sangat cantik dengan paras yang sempurna bak pahatan ,rambutnya bergelombang merah darah. Irisnya hijau pekat menyalang lapar. Aletha mulai menganalisis lawannya. Iris hijau : elemen demon ini adalah angin. "Dia memang cantik", Seorang demon yang lain menatap Althea menilai. Demon yang ini juga sangat cantik dengan paras sempurna dan rambut hitam kelam. Matanya berpendar dengan warna jingga yang lembut. Iris jingga : elemen tanah. "Kalian urus dia",Demon bernama Lenata itu memberi perintah tanpa minat dan demon beriris jingga langsung terbang dan menggerakan sedikit jarinya. Tiba tiba tanah yang dipijak Althea bergoyang hebat dan timbul ke atas membentuk batu batu tajam yang seperti akan menusuk Althea. Althea dengan sigap melompat dan menembakan busur yang ada di punggungnya ke arah demon beriris jingga. Busur yang menyambung dengan tali itu langsung menusuk sayap sang demon. Demon itu memekik dan langsung oleng. Althea yang masih memegang tali yang tersambung itu ikut tertarik. Dia menjadikan pijakan pohon terdekat dan langsung melompat ke arah demon beriris jingga. Althea mengeluarkan belatinya dan langsung menusuk jantung sang demon. Demon beriris jingga itu memekik dan langsung berubah menjadi tanah liat yang jatuh ke tanah. Althea melihat tanah di bawahnya sudah normal beriringan dengan tanah liat yang jatuh menghantam tanah. Althea mendarat dengan sempurna. Demon bernama lenata tertawa. Dia bertepuk tangan,"Kamu memang hebat pejuang manusia. Tapi sayang, Aziel memang pelayanku yang lemah. Arina lawan dia" Demon beriris hijau mengangguk. Arina memejamkan matanya. Dan saat membuka, mata itu berkilauan. Dia mengangkat kedua lengannya dan menatap Althea tajam. Mulutnya berkomat kamit dan tiba tiba udara di sekitar Althea menghilang. Althea megap megap tidak bisa bernafas. Arina tersenyum kecil. Dia berjalan dengan santainya ke arah Althea sambil mengeluarkan sebuah belati silver yang terlihat tajam. Althea meringis. Dia tidak bisa bernafas bagaimana dia bisa melawan demon itu? "Kamu sungguh cantik pejuang. Matamu indah. Aku akan menjadikan matamu pajangan di kamarku" Althea memejamkan matanya. Dia memanggil nama kakanya. Suara pekikan mengagetkan Althea. Althea menoleh dan mendapatkan sosok Alex dengan sepasang sayap putih bersinar yang sangat indah. Althea terpana melihat keagungan kakanya. Alex berdiri berhadapan dengan Arina. Arina terlihat pucat dengan sarat ketakutan. Arina lalu mengeluarkan sayapnya dan dia terbang. Alex menatapa Althea sebentar, setelah Althea mengangguk Alex langsung terbang mengejar Arina. "Tidak kusangka darah angel mengalir dalam darah pria itu. Dan pengaruhnya begitu besar. Tapi sayang dia harusnya melawanku bukan dayangku." Althea berdiri, dia kembali mengambil pedangnya dan menatap tajam Lenata,"Aku tidak akan mati oleh makhluk menjijikan sepertimu" Lenata menggeram marah. Dia mengangkat sebelah tangannya dan membentuk sebuah pola di udara. Tiba tiba terkumpul banyak air di sekitar Lenata membentuk sebuah lapisan kaca dan berubah kembali menjadi bentuk runcing yang tiba tiba membeku. Althea tertegun. Jadi elemen demon ini air dan angin, hingga dia bisa membentuk es. Tapi, bukankah setiap demon hanya memiliki satu bakat? Lenata mengarahkan es es itu ke arah Althea. Es es berukuran kecil yang tajam berterbangan dengan cepat ke arah Althea. Althea menggunakan keahlian pedangnya. Dia berlari menuju Lenata sambil terus menebas es es yang menuju ke arahnya.Karena darah angel yang mengalir dalam dirinya, dia seolah bisa melihat seluruh arah jarum es itu dengan gerakan yang diperlambat. Saat jarak Althea dan Lenata menjadi dekat, Lenata panik. Dia tercengang melihat Althea yang memiliki kecepatan dan ketangkasan seperti ini. Dia mengeluarkan sayapnya. Sepasang sayap hitam legam yang sangat besar dan mewah. Lenata mengepakkan sayap besarnya pada Althea membuat tiupan angin besar menyapu Althea. Althea terlempar dan menghantam pohon dengan keras. Althe meringis merasa punggungnya seperti mau patah. Tapi dia tidak menyerah. Althea bangkit dan segera berlari menuju Lenata kembali. Tiba tiba pohon pohon di sekitarnya mengering dengan cepat dan terkumpullah banyak air yang seolah ingin menelan Althea. Demon yang merepotkan. Althea dengan sigap mempercepat larinya, tapi air itu menangkap kaki Althea dan menyeret Althea masuk ke dalam gelombang itu. Dengan seluruh kekuatannya, dia melemparkan pedangnya dengan sangat kuat pada Lenata. Lenata yang tidak siap dan terlalu senang karena bisa menangkap Althea tidak menduga bahwa akan ada pedang yang melesat cepat ke arahnya dan  Jleb Pedang itu menghujam d**a Lenata. Lenata menatap Althea tidak percaya dan perlahan badan itu berubah manjadi es dan mencair menghilang. Air yang menangkap Althea pun luruh dan Althea terbatuk hebat membersihkan paru parunya. _____LadyAlthea_____ Alex terbang dan mendarat ke depan Althea. Dia segera berlari dan mengecek keadaan adiknya,"Katakan padaku kamu tidak apa apa Althea" Althea tersenyum kecil,"Aku tidak apa apa Alex. Dan sejak kapan kamu memiliki sayap angel?" Alex menurunkan lengannya yang sedang memegang pipi Althea. Dia terdiam,"Aku juga tidak tahu, tapi tadi saat aku tahu kamu sedang dalam bahaya seluruh tubuhku bergetar karena kecemasan. Aku berlari sekuat yang aku bisa ke tempatmu. Aku bahkan meninggalkan pertarunganku di sana. Saat aku terus berlari sambil memikirkanmu, aku tiba tiba tidak menjejak tanah. Dan aku sudah memiliki sayap ini" Althea memandang sayap kakanya. Dia terpesona betapa mewahnya sayap itu. Sayap besar berwarna putih yang bersinar. Sayap itu benar benar agung. Althea beralih menatap mata kakanya. Alex tetap seorang half. Matanya tetap abu gelap. Bukan abu muda pucat. Semua angel memiliki iris berwarna abu muda pucat. Semakin agung sang angel maka irisnya akan bersinar. Sang Great Angel memiliki iris berwarna abu pucat nyaris perak yang terang. Lengan Althea terulur dan menyentuh ujung mata Alex,"Kamu masih seorang half Alex. Matamu masih abu." Alex tersenyum. Dia menutup matanya dan menurunkan jemari Althea,"Aku tidak mau menjadi angel. Aku tidak mau meninggalkanmu Althea" Memang kodrat seorang angel harus tinggal di langit. Jika dia tinggal di bumi dengan kemampuannya yang melebihi semua makhluk, akan terjadi ketimpangan di bumi.Alex berbalik dan melihat ke arah sebuah amulet yang tergelak di tanah. "Itu milik Demon tadi" Alex mengernyit mendengar komentar Althea. Dia berjalan ke arah amulet itu dan berlutut di sebelahnya. Dia mengambil amulet itu dan mengamatinya. Amulet itu berbentuk seperti tetesan air berwarna violet dengan pinggir hitam legam. Di tengah amulet itu terdapat sulur sulur membentuk sebuah gambar abstrak yang saling memilin membentuk sebuah bentuk yang unik. Alex tertegun. Althea yang menyadari kediaman Alex, berjalan ke arah kakanya dan ikut berlutut di sebelah kakanya. "Kamu tau ini amulet apa?" Althea ikut melirik amulet itu dan menggeleng. "Mungkin lambang kerjaan demon" Alex menggeleng,"Ini amulet yang menandakan istri sang pangeran, Althea" Althea ikut tertegun. "Althea, Demon yang kamu bunuh adalah permaisuri kerajaan Demon." _____LadyAlthea_____
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD