Seven

1214 Words
Dave, atau lebih lengkapnya David Fernando Archer. Anak bungsu yang seharusnya punya kembaran sampai sekarang. Tinggal dari bayi berumur 3 bulan sampai dengan hari ini bersama Nenek dan Kakeknya. Salah satu keturunan keluarga Archer pemilik rumah sakit di wilayah Jakarta. Lelaki berumur 23 tahun dengan jabatan dokter bagian dalam. Berpotensi menjadi satu-satunya ahli waris perusahaan pembuat perlengkapan rumah sakit milik Benjamin Rescra, Kakek buyutnya yang asli Jakarta. Keturunan Belanda karena Ayah dan Kakeknya asli Belanda. Matanya biru, hidungnya mancung, dengan sedikit sipit karena Ibunya asli orang China. Punya Kakak dua, satu mati karena tabrakan yang terjadi sepuluh tahun silam. Dan Kakaknya yang tersisa, hanya Adrima. Adrima Jack Archer. "Lagi bikin biodata siapa?" Megan seketika menutup laptopnya ketika mendengar suara di belakangnya. "Bukan siapa-siapa," elaknya dan membalikkan badan. Mata Megan melebar ketika melihat siapa gerangan yang sempat mengganggunya. "Kak Alene?!" "Hai!" Sapa wanita yang sempat Megan sebut namanya, Alene. "Kok di sini sekarang?!" Bukannya menyambut dengan benar, Megan malah terperangah melihat wanita cantik itu di rumahnya sekarang. Bukannya David bilang akan menelpon Alene sore, ehh.. bilang, kan? "Emang harusnya kapan?" Tanya Alene tak mengerti dengan arah pembicaraan sepupunya itu. "Itu, harusnya kan katanya.. eh, gak ada. Ayo, duduk Kak!" Ajak Megan kemudian mempersilahkan wanita itu segera duduk di sofa. Masalah laptopnya, nanti bisa ia perbaiki. Dan kalaupun biodata suaminya itu hilang, ia bisa membuatnya lagi nanti. "Dave tadi telepon Kakak, katanya nitip Megan. Karena kebetulan Kak Adrima lagi di rumah sakit sampe malam, jadi Kakak kesininya pagi-pagi. Gak papa, kan?" Tanya Alene saat Megan sudah duduk dengannya setelah menghidangkan minuman beserta beberapa camilan di meja. "Gak papa, Kak. Malah aku seneng banget!" Alene terkekeh dan melihat sekitar yang terlihat rapi. "Kamu beresin ini semua?" Tanya Alene pada Megan. "Hah? Enggak. Dave yang beresin. Aku biasanya cuman masak sama cuci piring aja." "Gak ada niatan ambil ART?" Megan mengedikan bahu. Ia pun sebenarnya ingin mengambil asisten khusus untuk membersihkan rumahnya. Selain membantu mereka dalam membereskan rumah, ART juga bisa jadi temannya saat David tidak ada di rumah seperti ini, kan? "Belum tau, Kak. Kayanya sih mau. Cuman belum dibahas lagi sama Dave." Alene hanya bisa mengangguk sekarang. Sebuah hal yang tak bisa Alene percaya ketika melihat pernikahan keponakannya. Ia bahkan tak bisa menebak jika ternyata jodoh sedekat itu pada keluarganya. Karena selain sebagai Kakak Ipar, Alene juga adik dari Ayah Megan. Lebih tepatnya anak terakhir dalam keluarga Billy. Yang secara tidak langsung Megan menjadi keponakannya.  Dan saat pernikahan Megan berlangsung, ia sempat tak menyangka ketika mendengar suara David yang menyatakan menikah dengan Megan. Entah apa yang ada di dalam otak keluarganya, tapi Alene merasa ada yang tidak beres dari semuanya. Karena tidak semudah itu keluarga Billy bisa menerima seseorang. Ketika dirinya akan menikahpun, Adrima harus mendapatkan rintangan yang pecahnya bukan main. Lalu bagaimana bisa David secepat itu mengambil hati Megan? "Kakak kenapa?" "Eh, gak papa. Kamu udah masak belum? Kita eksperimen, yuk!" Ajak Alene mengalihkan pembicaraannya. Ia mungkin akan menanyakannya nanti, karena tidak enak rasanya jika harus membuat perdebatan kecil di saat ia baru saja datang. "Tapi gak ada apa-apa. Mau beli dulu aja, ke supermarket?" Tawar Megan pada Alene. "Boleh, ayo! Kita belanja sebanyak-banyaknya!" Semangat wanita beranak satu itu. Megan lalu menyambut semangat Tantenya itu dengan mengambil dompet di dalam laci beserta ponselnya. Ia langsung menarik Alene untuk segera berangkat sekarang juga. Rasanya sudah lama ia tak membuat dapur hancur karena eksperimennya bersama sang Tante. Terakhir kali yang ia ingat kalau tidak salah, sebulan sebelum ia dilamar kasar oleh Dave ia sempat membuat makanan yang lumayan enak bersama Tantenya itu. Karena dari semua keluarganya, Alene adalah yang terdekat. Alasannya karena wanita itu masih muda dan memiliki jiwa dan semangat yang masih tinggi. Sedangkan Mamanya, sudah lebih dewasa dengan memikirkan uang dan juga pekerjaan. Sesekali mungkin Megan berkolaborasi bersama sang Mama, namun lagi-lagi gagal ketika Mamanya itu harus berangkat pergi karena ada telepon dari perusahaan. Dia tidak seperti yang kalian pikirkan. Gadis yang tidak mendapat perhatian dari kecil, atau bahkan tak terurus. Tidak. Dia anak yang mendapatkan kasih sayang penuh. Bahkan tidak pernah sekalipun orang tuanya menelantarkan Megan seperti yang kalian kira. Hanya, saat ia beranjak remaja, orang tuanya jadi sedikit lebih sibuk. Mungkin karena harus mengejar pembayaran ini dan itu. Dan juga, ia kebetulan tidak memiliki adik ataupun kakak, jadi kasih sayang Billy dan Sinra tidak terbagi sedikitpun. Walau memang agak sedikit kesepian di saat beberapa kali ia yang ditinggal pergi. "Mau bikin apa?" Tanya Megan pada Alene yang sedang memilah beberapa sayuran di dalam rak besar di depannya. "Gak tau Kakak juga, heheh.. gimana kalau.." "Nasi tim pake sayur?" Alene menggeleng. "Kemaren Kakak udah coba buat Vio. Rasanya aneh," jawab ibu satu anak itu memberikan pendapatnya. Karena memang, nasi tim biasanya dikonsumsi oleh bayi untuk makanan pendamping ASI. Rasanya tidak seenak makanan oada umumnya. Kadar rasanya juga tidak sedominan makanan yang biasa ia buat. Jadi menurutnya, tidak enak. "Terus mau bikin apa?" Tanya Megan, kebingungan. "Apa ya? Mau bikin yang aneh gak?" Megan mengernyit. "Apa?" "Makanan yang dari palembang itu.. apa sih? Pempek, ya?" Megan menggeleng karena ia tak tahu makanan apa itu. Sebenarnya ia pernah merasakannya, namun lupa akan nama. Wajar saja ia tak tahu saat Alene bertanya padanya. "Ihh! Masa gak tau. Itu lhoo.. bentar, deh. Kakak cari gambarnya," ujar Alene gemas dan membuka ponselnya. Mencari makanan yang ia sebutkan tadi lewat aplikasi pintar. Saat sebuah gambar yang ia inginkan muncul, ia langsung menyodorkan ponselnya pada Megan seraya berkata, "Nih, yang kaya gini." Yang langsung dibalas dengan kata, "Ohh.." Alene berjingkrak ketika akhirnya Megan mengetahuinya. Ia lalu mencari bahan-bahan yang sekiranya ia butuhkan. Tak lupa dengan bantuan ponselnya. Karena seumur hidup ia juga belum pernah membuat, hanya memakan dan membeli saja. Tolong maklumi, ya.. "Sagu apa maizena, Kak?" Tanya Megan dengan tangan yang memegang satu bungkus tepung sagu dan satu bungkus tepung jagung. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi pada Alene agar wanita itu melihatnya dan memilihnya segera. "Sagu, Ga. Kata di google pakenya sagu," ujar Alene dan kembali fokus pada sayuran yang akan ia pilih. Rencananya ia akan membuat pempek dengan sayuran sedikit. Karena setahunya, Megan akan sangat sulit memakan sayuran jika tidak disatukan dengan bahan makanan yang lainnya. Setelah selesai memilih sayuran sesuai anjuran ponselnya, ia beralih mencari ikan tenggiri. Namun saat ia bertanya pada salah satu petugas yang berjaga di bagian ikan-perikanan, lelaki itu bilang sedang kosong. Dan jika ingin, harus menunggu sekitar sampai nanti siang. Alene menghela napas panjang, lalu pakai apa lagi sekarang? Kata ponselnya, bahan utamanya itu ya ikannya. Kalau gak ada, ya gak jadi. Alene jadi bingung sendiri, kan. "Kenapa? Ada yang kurang, Kak?" Tanya Megan yang akhirnya datang setelah berfikir keras, karena menentukan harus beli yang besar atau yang kecil. Hingga memutuskan beli dua-duanya saja. "Ikannya gak ada. Padahal itu yang paling utama," ujar Alene sendu. "Emang gak bisa pake ikan lain? Salmon, gitu," saran Megan yang malah mendapat wajah sangar Alene. Yang benar saja. Mereka ini akan membuat pempek, bukan sushi atau makanan khas jepang lainnya. Ini keponakan sama adik iparnya kenapa sih?! "Kalau bisa, Kakak gak akan pusing kaya gini, sayang," gemasnya pada Megan. Gadis remaja itu terkekeh seraya menggaruk lengannya. "Yaudah deh, nanti siang kita ke sini lagi. Sekarang kita cari bahan-bahan lain aja. Bikin yang aneh kedua." Megan sih bisa bilang iya aja. Karena kalau nolak pun gak tau harus ngasih saran apa. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD