Chapter 01

806 Words
Seorang gadis manis sedang menunggu jemputannya, sudah hampir satu jam ia menunggu dihalte sendirian. Gadis itu melihat benda melingkar manis dilengan kirinya, jam tangan warna biru muda yang dulu dihadiahkan dari kakak peretamanya. Sekarang waktu menunjukkan pukul empat pas, tidak lebih dan juga tidak kurang. Bunyi notifikasi aplikasi Line dari handphone bermerk iPhone itu membuatnya sedikit terkejut. Ternyata ada pesan dari Rani alias Mamanya. Mama: Maaf mama nggak bisa jemput. Mama tiba-tiba ada meeting, ah ya kemarin mama sudah membicarakan perjodohan kemarin kan? Nak Faga sebentar lagi sampai. Hati-hati ya. Memang benar adanya, kemarin ia dengan orang tua dan juga kedua kakaknya membicarakan tentang perjodohan yang dilakukan secara tiba-tiba. Ia saja sempat terkejut mendengar kabar yang sebenarnya tidak ingin didengar olehnya. Seusai pulang dari sekolah, Gadis itu segera membersihkan dirinya. Raga--Kakak Keduanya, memanggilnya untuk turun ke ruang keluarga. Katanya ingin membicarakan sesuatu hal yang penting. Gadis itu turun dari tangga sambil tersenyum kecil saat melihat anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tengah. Indi lebih memilih untuk duduk dihimpitan kedua Kakaknya. Indi mempunyai dua kakak lelaki dengan paras wajah yang mirip. Bagaimana tidak? Mereka berdua adalah sepasang anak kembar. Raga dan Ragi. "Lo kenapa deh berdua meluk-meluk gue segala?" Indi bertanya dengan nada sengit. "Sayang," Mama memanggil dengan lembut. Gadis yang tengah mengobrol dengan kedua kakaknya itu menoleh ketika Mamanya memanggil. "Iya, Ma?" Mama mengambil napas yang dalam untuk memberitahu semua ini, rasanya sangat berat tetapi mungkin ini sudah jalan yang diberikan oleh yang maha mengetahui. Dan, mungkin juga ini adalah salah satu kebahagiaan untuk anak perempuan yang sangat disayanginya itu. Dengan segala keberanian dan tidak ingin berbasa-basi, Mama langsung kepada inti pembicaraan. "Mama tau mungkin ini terlalu cepat dan teralu sangat mengejutkan untuk kamu, tapi hal ini juga bagus untuk masa depan kamu ya Sayang. Mama dan Papa, juga kedua Abang kamu sudah membicarakan soal pejodohan kamu dengan Faga. Faga itu adalah anak dari sahabat Mama." Jelas Rani panjang lebar. Dunia Gadis itu mungkin rasanya ingin runtuh seketika mendengar penjelasan dari Mama. Ia syok, tentu saja. Dirinya baru menginjak masa-masa sekolah menengah atas dan butuh untuk fokus Sekolah bukannya malah akan menikah.  "Ma... Mama nggal bercanda kan? Faga? Si ketua Osis itu?" tanyanya sangat tidak percaya. Rani menganggukan kepalanya. "Iya, kamu satu sekolah kan sama dia?" "Ya, si Ketua Osis songong itu kan!" Ketusnya "Hush! Kamu ini." Peringat Rani untuk tidak boleh berbicara seperti itu. Gadis itu pun menyengir dan mengangkat tangannya berbentuk dua "Peace" bermaksud untuk santai saja. "Jadi, malam sabtu nanti, keluarga mereka akan datang kerumah kita untuk membicarakan perjodohan ini." ujar Rizal- Ayahnya yang sedaritadi diam memperhatikan. Tiba-tiba, Gadis itu beranjak dari kedua kakaknya itu dan menuju kearah Papanya. "Tapi, kenapa harus aku pah? Kenapa  nggak kak Raga sama kak Ragi? Aku kan masih mau sekolah pah." Rizal tersenyum tipis, "Tapi ini keputusan Papa." "Dek, masuk gih ke kamar." pintah Raga kakak pertamanya. Gadis itu pun masuk ke kamar nya dengan sedikit air mata membasahi pipinya. Gadis itu membelalakan matanya tak percaya, Faga yang akan menjemputnya? Ah tidak, ia merasa ia akan mati sebentar lagi. Dia tak membalas pesan dari mamanya, ia masih menunggu Faga menjemputnya.  Lima belas menit waktu berlalu, setelah itu terdengar sebuah klakson dari arah kiri, Gadis itu menoleh. "Masuk." Suara berat dari Fagarandy Juniar sang Ketua Osis di SMA Harapan Jaya melihat Gadis yang tengah duduk sendirian di halte. Gadis itu pun sudah masuk didalam mobil dan menggerutu tak henti-hentinya, "Lama banget sih lo! Mulai dari jam 3 tuh ya sekolah pulang. Terus, lo baru dateng! Hhh untung gue orang nya sabaran!" Seraya mengelus dadanya sambil merasa kesal. "Gue baru dikabarin nyokap lo tadi." jawab Faga, masih fokus menyetir. "Ya, cepet-cepet dong datengnya! Gue takut tau ntar kalau gue digoda sama Om-Om gimana?!" Kini mata bulatnya itu melotot menatap Faga. "Derita lo." Faga membalas dengan enteng. Indi mendengus kesal, enggan menjawab. Faga terkekeh pelan melihat tingkah Perempuan yang tengah duduk di sebelahnya itu. Ia lalu mengingat sesuatu yaitu, besok ada rapat yang akan dihadirinya. Ia pun memberitahu perempuan yang duduk disampingnya itu. "Besok gue nggak bisa jemput lo, gue ada rapat sama anak osis." "Yaudah sih, bagus." Jawabnya enteng. Ia tak peduli mau Faga pergi kemana. Mau ia keliling dunia juga ia tak perduli sama sekali. Tak terasa ia sudah sampai didepan rumahnya. "Turun." "Iya." "Kalau di depan Faga, harus sopan dan jaga kelakuan kamu ya. Dia itu calon suami kamu ya sayang" Ia hanya menjawab iya, iya, dan iya. Waktu Mama menasehatinya. Ia juga tak enak jika menolak permintaan Rani. Ia sebagai anak harus menuruti perintah dari orang tua, bukan? Gadis itu berbalik badan, melihat mobil Faga yang masih berada di perkarangan rumahnya. "Mau masuk nggak?" tawar Gadis itu ramah. Faga menggeleng. "Nggak, yaudah gue pulang." Gadis itu hanya mengangguk, lalu pergi meninggalkan Faga yang masih menatapnya sembari tersenyum kecil. Lalu kemudian, menancapkan gas menuju ke rumahnya. bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD