Chapter 02

1010 Words
LINE! Dengan cepat ia merogoh saku nya untuk mengambil ponsel nya itu, ternyata pesan dari Faga. Ia meletakkan sendok nya dimangkuk. Kini suasana sedang ramai karna sekarang jam-nya untuk mengisi perut kosong. FagaJnr : Lo dmn? Ke ruang osis sini. Ia melihat ketiga temannya yang asik dengan makanan sendiri pun langsung dengan cepat ia membalas pesan dari Faga. IndiPrisila : Bikin repot lo ketos! Gue lgi mkan sma tmn" gw. Ia menaruh ponsel nya di samping mangkuk nya, ia tak nafsu lagi makan. Padahal bakso nya saja masih banyak. Ia meminum es Jeruk yang dipesan oleh Filda-Sahabatnya-. "Eh, eh. Ketos idaman dateng tuh. Jarang kalik dia ke kantin waktu lagi rame." Kata Putri. "Anjirr! Dia dateng kesiniii." Pekik Filda dan Putri. Indi dan juga Rossa menoleh kebalakang. Dan ternyata benar, KetuaOsis menuju ke arah mereka. Indi memutar bola mata nya kesal, ngapain coba dia dateng kesini? Fikirnya. Ia tak menggubriskan sahabat-sahabat nya yang sedang berteriak histeris memanggil nama Faga. "Gue bole pinjem Indi bentar bisa gak?." Tanyanya kepada ketiga sahabat Indi. Mereka tak menjawab malah asik memandangi Faga. "Uhm..ngg b-boleh kokk" jawab Filda Dengan cepat Faga menarik tangan Indi menuju ke taman belakang sekolah. Indi terus saja memukul-mukul tangan Faga sesekali Faga meringis kesakitan. Indi yang geram pun langsung menggigit tangan Faga. "Aww-ssh sakit b**o!" Adu nya. Indi hanya memeletkan lidahnya saja "Bodo! Emang ngapain coba lu narik-narik gua? Lagi makan juga." "Bacot, gue disini mau ngomong serius." Indi hanya membalas dengan begumam tak jelas. "Kemarin malem kan kita bedua udah setuju tuh sama perjodohan. Pernikahan kita tuh bentar lagi. Mm,3 hari lagi ya? Pas hari minggu kan? Bokap gue nyaranin kalau gue sama lo itu pindah ke rumah yang udah disiapin sama Bokap lo dan juga Bokap gue. Gue sih iya-iya aja asal nyenengin Bonyok gue. So?" Tanyanya dan juga kata 'Perkawinan' ia kecilkan sedikit suaranya. Indi yang tetap tak bersuara, ia butuh waktu untuk menjawab itu semua. Ia menatap mata Faga sama juga dengan Faga yang sedang menatap Indi. "Gue butuh waktu. Pulang baru kita bicarain dimobil." Faga mengangguk, "Yaudah, pulang gue tunggu di parkiran." Setelah itu,Faga pergi entah kemana. Indi duduk di sebuah kursi yang berada di taman belakang itu. Ia kembali mengingat perkataan Faga.  Kata-kata itu bagaikan kaset yang terus saja diulang-ulang. Ia merasa seperti mata nya memanas dan pandangan nya sedikit memburam karena air mata yang siap tumpah. Ia menangis dalam diam, ia pandai menyembunyikkan apa yang selama ini ia rasakan. Bahkan keluarga maupun orangtua tak ada yang mengetahui bagaimana sosok seorang Indi Prisila Hornson. Ponsel nya terus saja bergetar, ia tak peduli. Mungkin sahabat nya menanyakan kemana ia pergi? Ia menatap kedepan dengan tatapan kosong. Mata-nya sembab. Oke gue setuju! Demi papa dan mama. Ujar nya dalam hati. Cukup lama ia di taman belakang sekolah sendiri. Ia juga tak merasa jika ia sudah melewatkan beberapa mata pelajaran. Kini bel pulang berbunyi. Sedangkan Faga, ia sedari tadi mengoceh tak jelas karna Indi tak datang-datang. Ia pun berniat untung menelfon Indi tetapi tak diangkat. Ia coba beberapa kali dan akhirnya tersambung. "Ya" dengan suara yang serak. "Eh, suara lo kenapa?" "Nggak pa-pa, gue pilek aja. Kenapa?" "Cih, sini ke parkiran. Udah dari tadi gue nunggu! Tas lo udah dianter sama si Rossa. Katanya lo ga masuk tiga pelajaran? Lo dimana aja?" "Ihh, brisik tau nggak! Gue masih ditaman. Lima menit gue sampe di parkiran. Bawel!" "Awas lo ya bak- " Sambunan terputus secara sepihak. "s****n!" Umpat Faga. Tidak lama itu Indi pun datang, dengan santai nya melewati Faga yang ingin menceramahi nya panjang-panjang ia sudah deluan memasuki mobil. Faga menghembuskan nafas nya kesal terhadap Indi. Ia pun masuk ke dalam mobil. Mobil bergerak meninggalkan halaman parkiran. Indi menatap jalan raya dengan tatapan lelah nya. Faga sesekali mencuri-curi pandang untuk melihat Indi. Ia melihat mata Indi sembab. Ia meminggirkan mobil nya. Indi mengerutkan dahinya bingung. Ia berfikir kalau rumah nya masih jauh? Ia pun bertanya kepada Faga. "Eh, kenapa berhenti? Kan belom nyampe." Faga tertawa kecil sebentar dan menganggukan kepala nya. "Mata lo kenapa sembab?" "Nggak pa-pa." Balas Indi mecoba mengukir senyuman berusaha untuk melihatkan jika dirinya tak apa. "Gue nggak suka orang bohong." Ujarnya dengan nada dingin. "Terus? Apa masalahnya sama lo? Lo bukan siapa-siapa gue juga" Indi semakin menyolot. Keras kepala, Batinnya "Cerita." Titah Faga. Indi menggeleng, ia membuang muka dan menatap jendela. Air mata yang tadinya tak turun sekarang turun. "Ndi, cerita." Tetap sama, Indi lagi-lagi menggeleng. Faga tiba-tiba menarik Indi dalam dekapan nya. Indi juga tak memberontak untuk minta dilepaskan. Satu kata bagi Indi kepada Faga. Nyaman. Ia juga sekarang butuh tempat untuk menumpahkan kesedihannya. Tak tau mengapa ia kalau didepan Faga selalu cengeng. Faga mengelus-ngelus punggung Indi dengan lembut. "Masalah rumah?" Tanya Faga sambil menjauhkan tubuh Indi dan menatap nya. Indi mengangguk dengan ragu, entah kenapa hanya masalah sepele ini saja ia cengeng? Apakah ada masalahnya dengan Faga karna mereka akan 1 atap? Faga tersenyum tipis melihat gadis didepan nya itu. "Tenang, gue ga se-kamar sama lo kok. Nggak mungkin gue tidur sama lo. Kita masih SMA." Jelas Faga. Mata Indi yang awalnya meredup kini berbinar mendengar perkataan Faga "Bener?" Lagi-lagi Faga menganggukan kepala-nya sebagai jawaban. Ia mengacak rambut Indi gemas. "Yaudah, kita pulang." Mobil Faga terhenti di depan pagar rumah Indi. Ia menoleh ke arah Indi yang asik di dunia musik nya. Bahkan, Faga yang sedari tadi berbicara tak didengar nya karna ia memakai earphone. "Udah sampai." Ujar nya "Indi, udah sampai." Ulang nya lagi dengan suara agak keras. "Indi! Udah sampai." Tetap sama tak disahuti. Ia melepas earphone Indi dengan kesal. Wajah Indi yang tadinya memejamkan matanya dan mengayun-ngayunkan kepala nya mengikuti nada kini terbuka dan menatap kesal orang di sebelah dirinya. "Ih, lo apa-apaan coba!" Faga mendecak kesal. "Ya, lo dari tadi di panggil nggak nyaut-nyaut. Udah nyampe nih!" Indi tersenyum tak ikhlas kepada Faga. "Udah gih pulang sana!" Ia membuka pintu mobil dan langsung memasuki rumahnya. Tak peduli dengan orang yang berada dimobil itu yang sedang menatapnya bingung. "Coba bilang hati-hati kek! Makasih kek! Ini nggak ada. Dasar cewek aneh!" Gerutunya seraya menancapkan gas. Meninggalkan perkarangan rumah Indi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD