02 - Rafa Haidar Malik.

1136 Words
  Rafa adalah salah satu mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas di bilangan Jakarta, karena kepintaran yang di milikinya, Rafa bahkan sempat menjadi asisten dosen atau yang biasa di sebut sebagai asdos, karena hal itu pula Rafa menjadi sangat di kenal di kalangan junior, apalagi kaum Hawa yang terpesona akan ketampanan yang di milikinya.   Rafa bukan hanya tampan, tapi juga pintar, pokoknya paker komplit. Hanya saja, Rafa juga mempunyai kekurangan, tapi justru karena kekurangannya semakin banyak kaum Hawa yang berniat untuk menaklukkannya. Kekurangan Rafa adalah, ia sangat irit dalam berbicara, hanya akan berbicara banyak jika ada sahabat-sahabat dekatnya.   Bahkan hal itu sempat membuat banyak mahasiswa atau mahasiswi bingung, kenapa orang yang sangat irit dalam berbicara bisa menjadi asdos.   Rafa Haidar Malik, adalah salah satu mahasiswa yang sangat populer dan paling di gandrungi oleh kaum Hawa dan juga Adam.   Rafa baru saja selesai mengikuti kelas dan berniat untuk langsung pulang ke rumah, sahabat-sahabatnya sendiri sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu, meninggalkan dirinya sendiri di tempat parkir motor.   Rafa mengeluarkan motornya dari tempat parkir, melajukan kendaraan roda dua tersebut dengan kecepatan sedang.   Rafa me_rem motornya secara mendadak begitu seorang gadis yang sama sekali tidak ia harapkan kehadirannya tiba-tiba mencegah laju motornya, untung saja ia mengendarai motornya dalam keadaan pelan. Bagaimana kalau dengan kecepatan tinggi? Pasti ia sudah menabrak gadis tersebut.   Rafa membuka kaca helmnya dengan gerakan kasar, ia kesal karena, tentu saja. Siapa yang tidak kesal kalau si berhentikan secara tiba-tiba? Padahal ia sedang buru-buru, ingin cepat pulang.   "Ada apa?" Sebisa mungkin, Rafa menahan nada bicaranya agar tidaj terdengar kesal dan marah. Sekuat tenaga menahan amarah yang kini bercokol di hatinya.   "Kak Rafa, aku boleh ikut numpang nggak?" tanya Keira dengan tak tahu malunya. Sebenarnya sudah 1 jam kelas terakhir Keira selesai, hanya saja ia memang sengaja menunggu Rafa.   "Tadi pagi ke kampus naik apa?" Rafa malah balik bertanya membuat Keira kesal, kenapa Rafa tidak menjawab pertanyaannya saja dan malah balik bertanya? Membuang-buang waktu saja.   "Di antar sama Kakak," jawab Keira jujur.   "Ya sudah, minta jemput sana sama Kakaknya," ujar Rafa dengan santainya, berniat  kembali melajukan motornya, tapi lagi-lagi Keira menghalanginya.   Enak saja Rafa pergi tanpa membawa dirinya ikut serta, sudah 1 jam Keira sengaja menunggu Rafa masa ia harus dengan naik ojol. Sia-sia dong usahanya untuk pulang bersama dengan Rafa.   Keira sontak cemberut begitu mendengar ucapan Rafa yang kelewat santai. Keira lantas menggeleng. "Enggak bisa, Kakak Keira udah berangkat keluar negeri."   "Itu bukan urusan aku." Lagi-lagi Rafa membalas ucapan Keira dengan santai.   "Please Kak, antar aku pulang ya. Please," pinta Keira dengan nada memohon, menatap Rafa dengan raut wajah memelas andalannya.   Huh...   Rafa menghela nafas panjang, lalu meraih helm yang ia simpan di jok bagian belakang dan menyerahkannya pada Keira. "Pakai helmnya."   Senyum di wajah Keira merekah, senang karena itu artinya, Rafa mau mengantarkannya pulang. Keira memakai helm yang Rafa berikan dengan cepat, lalu menaiki motor Rafa.   Rafa sengaja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dalam hati berdoa, semoga saja Keira ketakutan dan kapok di antar pulang naik motor olehnya.   Tapi Keira malah tersenyum begitu Rafa melajukan motornya dengen kecepatan tinggi, Keira malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Rafa, menyadarkan kepalanya di bahu Rafa dengan mata terpejam.   Rafa tentu saja tidak bisa, melihat senyum Keira dan raut wajah Keira sekarang seperti apa karena kaca helm yang Keira pakai itu sangat gelap, sama seperti kaca helm miliknya.   Setelah hampir 15 menit berlalu, motor yang Rafa kendaraipun sampai di kawasan salah satu  apartemen yang sangat mewah. Rafa baru tahu kalau ternyata Keira termasuk salah satu anak orang kaya karena penamilan Keira sehari-hari sangat sederhana.   Keira memberenggut, kesal karena mereka kini sudah sampai di tempat tujuan, lebih tepatnya di kawasan apartemennya. Padahal ia masih ingin berlama-lama dengan Rafa, memeluk erat pinggang Rafa dan bersandar manja di punggung Rafa   "Kamu tinggal di apartemen ini?" Jika Rafa dan sahabat-sahabatnya selalu ber loe-gue, lain halnya dengan Keira. Entah kenapa ia tidak bisa  ber loe-gue dengan Keira, ia merasa sangat tidak nyaman.   "Iya, Kakak mampir dulu aja, sudah mulai gerimis loh." Keira berharap Rafa mengangguk dan benar saja, Rafa mengangguk, membuat Keira senang bukan main.   Keduanya pun melangkah menuju lift dan selama itu pula tidai ada obrolan yang terjadi antara keduanya. Keduanya sama-sama bungkam, enggan bersuara. Keira terlalu gugup karena ini kali pertama ia membawa seorang pria datang berkujung ke apartemennya.   Kini Rafa dan Keira sudah sampai di unit apartemen Keira, Keira menempelkan sidik jarinya di alat pemindai dan selang beberapa detik kemudian pintu apartemen terbuka.   "Kamu tinggal sendiri?" Rafa simpulkan kalau Keira tinggal sendiri karena keadaan apartemen yang tampak sunyi sepi.    "Rapih." Dalam hati, Rafa berdecak kagum saat melihat kondisi apartemen Keira yang rapi dengan penataan barang yang sangat baik.   "Iya Kak, aku tinggal sendiri," jawab Keira dengan santainya.   "Kamu yakin ajak aku masuk ke apartemen kamu? Aku kan laki-laki, kamu enggak takut kalau aku berbuat macam-macam sama kamu?" Tanya Rafa beruntun dengan kedua alis yang saling bertaut.   Tanpa ragu, Keira menggeleng. "Enggak tuh," jawab Keira dengan santainya.   "Kenapa kamu bisa seyakin itu?" Kini kedua tangan Rafa bersedekap, menatap Keira dengan intens. Berharap jawaban yang Keira berikan bisa membuat rasa penasarannya terjawab.   Keira mengedikan bahu tanda tak tahu, karena ia sendiri memang tak tahu kenapa ia bisa seyakin itu pada Rafa. "Enggak tahu sih, feeling aja."   Rafa berdecak, sebenarnya ia ingin bertanya pada Keira tentang "apa yang Keira sering membawa laki-laki lain ke apartemennya?" tapi Rafa takut kalau hal itu membuat Keira merasa tersinggung jadi lebih baik Rafa mengurungkan niatnya untuk bertanya.   "Kakak mau makan?"   Rafa terkekeh begitu mendengar pertanyaan Keira. Jika biasanya orang di tawarin minun, ini malah di tawarin makan. "Memang kamu bisa masak?" tanya Rafa dengan nada menantang.   Keira mengangguk. "Bisa lah, aku akan bukan anak manja. Jadi harus serba mandiri." Keira menjawab dwngan nada bangga.   "Ya sudah, aku mau nasi goreng pakai telur mata sapi." Seharusnya Rafa menolak, tapi entah kenapa ia sangat penasaran dengan rasa masakan Keira.   "Telurnya matang atau setengah matang?"   "Matang, aku enggak suka telur setengah mateng." Keira mengangguk dan berlalu menuju dapur, bersiap untuk masak nasi goreng pesanan Rafa.   Setelah hampir 15 menit berkutat dengan wajah dan spatula, akhirnya Keira selesai memasak nasi goreng pesanan Rafa, lengkap dengan telor mata sapi. Keira sengaja memasak 2 porsi goreng karena ia juga sangat lapar.   Rafa dan Keira menikmati makanan dengan keadaan hening tanpa ada yang bersuara, hanya terdengar dentingan sendok dan garfu yang saling beradu.   Setelah puas menikmati nasi goreng buatan Keira yang ternyata sangat nikmat, Rafa pamit undur diri, ia tidak mau berlama-lama berdua dengan Keira.   Sejak saat itu, Rafa dan Keira jarang sekali bertemu, itu karena Keira tahu kalau Rafa sedang sibuk menyusun skripsinya mengingat Rafa sebentar lagi akan lulus, itupun kalau Rafa di nyatakan lolos.   Tapi Keira yakin 100% kalau Rafa pasti akan lulus mengingat Rafa itu sangat pintar dan Keira juga yakin kalau Rafa akan lulus kuliah dengan nilai yang juga sangat memuaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD