06 - Makan siang bersama.

2143 Words
  Dengan langkah tergesa, Keira menuruni anak tangga, lalu berbelok menuju ruang makan untuk menikmati sarapan bersama dengan kedua orang tuanya yang pasti sudah menunggu kehadirannya.   Senyum di wajah Keira merekah dengan sempurna begitu melihat Erlangga dan juga Ajeng. Erlangga sedang fokus membaca koran, sedangkan Ajeng sibuk menata makanan di meja makan dan tampak beberapa pelayan juga ikut membantu Ajeng menyiapkan makanan.   "Pagi Ayah, pagi Ibu." Dengan penuh semangat Keira menyapa Erlangga dan juga Ajeng, mengecup pipi keduanya secara bergantian.   "Pagi Sayang." Erlangga dan Ajeng menyahut dengan kompak sapaan Keira.   Keira lantas menarik sebuah kursi yang berada di samping kiri Erlangga di susul Ajeng yang kini duduk tepat di hadapan Keira.   "Keira minum air putihnya dulu!"   Teguran dari Ajeng membuat Keira mengurungkan niatnya untuk meminum s**u cokelat kesukaannya dan segere meraih air putih yang baru saja Ajeng berikan.   Setelahnya, mereka sibuk menikmati sarapan bersama sebelum akhirnya Ajeng mengantar Erlangga dan Keira yang akan pergi bekerja dengan tujuan yang berbeda arah.   Setelah hampir menempuh 1 jam berkutat dengan jalanan yang macet, Keira akhirnya sampai di kantor dengan selamat.   Jika harus setiap hari pulang ke rumah orang tuanya, Keira tak akan sanggup, karena itulah ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya jika hari libur tiba.   Ting...   Keira segera memasuki lift yang baru saja terbuka, lift yang akan membawanya menuju lantai di mana ruangannya berada.   Keira segera menekan tombol dengan angka 15 lalu bersandar di dinding lift dengan mata terpejam.   Pintu lift baru saja akan tertutup dengan sempurna, tapi kembali terbuka begitu sebuah sepatu hitam mengkilap menghalangi tertutupnya pintu lift dan tentu saja itu membuat Keira kembali membuka matanya.   Keira mengerjap saat melihat pria yang baru saja memasuki lift, siapa lagi kalau bukan Rafa, atasannya. Keira langsung berdiri tegak dan sedikit mundur, menjaga jarak dengan Rafa.   "Pagi Pak," sapa Keira sebagai bentuk sopan santun.   "Pagi Keira, jadi apa saja jadwal saya untuk hari ini?"   "Saya belum memeriksanya lagi Pak, nanti akan saya bacakan begitu kita sampai di lantai atas Pak." Biasanya sebelum pulang kantor, Keira sudah membuat jadwal untuk kegiatan Rafa di hari esoknya, tapi tab yang biasa ia pakai untuk menjadwalkan kegiatan Rafa berada di laci meja kerjanya, tidak ia bawa pulang.   Rafa hanya mengangguk dan suasana sunyi sepi tanpa obrolan antara keduanya pun terjadi sampai lift yang keduanya naiki sampai di lantai di mana ruangan Rafa dan Keira berada.   Sebenarnya Keira ingin ingin sekali mengobrol dengan Rafa, tapi nyali Keira untuk mengajak ngobrol Rafa seketika menjadi ciut saat ia melihat Rafa malah sibuk bermain dengan ponselnya.   Entah apa yang Rafa mainkan, mungkin Rafa sibuk chatan dengan kekasihnya.   Kekasihnya? Entah kenapa hati Keira berdenyut sakit jika ia memikirkan Rafa sudah mempunyai kekasih.   Kira-kira seperti apa ya tipe wanita idaman Rafa? Apa ia termasuk wanita idaman Rafa? Atau bukan?    Jika memang Rafa memiliki kekasih, apa keduanya akan segera bertunangan atau mungkin sudah bertunangan dan siap untuk menikah? Jika hal itu benar-benar terjadi, apa yang akan ia rasakan dan ia lakukan?   Rafa memasuki ruangannya begitu pun dengan Keira yang kini sudah duduk manis di kubikelnya, Keira sedang sibuk membaca ulang jadwal Rafa hari ini.   "Sempurna," gumam Keira senang karena jadwal Rafa untuk hari ini sudah benar-benar tersusun dengan rapi.   Keira lantas berdiri, melangkah menuju ruangan Rafa. Tentu saja Keira mengetuk pintu ruangan Rafa terlebih dahulu dan begitu ada jawaban dari Rafa, Keira lantas memasuki ruangan Rafa, membacakan jadwal Rafa untuk hari ini.   Waktu terus berjalan dan tak terasa hari sudah beranjak siang sudah waktunya menikmati makan siang, itu artinya sekarang Keira bisa beristirahat sejenak dari pekerjaannya yang cukup menguras tenaga dan juga pikirannya.   Ting...   Keira sontak menoleh begitu mendengar suara pintu lift terbuka dan keluarlah seorang wanita cantik yang Keira pikir mungkin kekasihnya Rafa.   Keira berdiri, menyapa wanita yang kini berdiri menjulang di hadapannya. "Selamat siang Kak, ada yang bisa saya bantu?" tanya ramah Keira dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.   Setelah Keira perhatikan dengan seksama, ia seperti pernah melihat wanita tersebut, wajahnya sangat familiar dan tidak asing, tapi Keira lupa di mana ia pernah melihat wanita tersebut.     "Mungkin hanya perasaannya saja," ucap Keira dalam hati.     "Kakak pacarnya Kak Rafa ya?"   Mata Keira sontak membola begitu mendengar pertanyaan dari wanita tersebut. "Saya bukan pacarnya Pak Rafa," bantah Keira cepat namun dalam hati mengaminkan ucapan wanita tersebut.   Tentu saja Keira berharap kalau ia bisa menjadi kekasih Rafa, bukan hanya sekedar kekasih, mungkin menjadi tunangan atau bahkan istri Rafa.   "Masa sih?" Tanya Rifa tak percaya.   Ya, orang yang kini berdiri tepat di hadapan Keira adalah Rifa, adik kembar Rafa karena itulah Keira seperti merasa tidak asing begitu melihat wajah Rifa dari dekat.   Keira mengangguk. "Iya Kak, saya bukan pacarnya Pak Rafa tapi saya berdoa semoga saya bisa menjadi pacarnya atau istrinya Pak Rafa," lirih Keira dengan malu-malu.   Jawaban yang Keira berikan membuat Rifa tak kuasa untuk menahan tawanya, ia benar-benar tak menyangka kalau wanita di hadapannya ini akan berkata terus terang padanya.   Keira mengerjap, mencoba mencerna apa ada yang salah dengan jawaban yang ia berikan dan saat ia sadar dengan jawaban yang ia berikan, ia menutup wajahnya yang kini merah padam.   Dalam hati, tak henti-hentinya Keira mengumpat, merutuki mulutnya yang baru saja mengucapkan kata yang seharusnya tidak ia ucapkan.   Keira juga terus berdoa, semoga wanita di hadapannya ini bukan kekasihnya Rafa karena jika wanita tersebut adalah kekasihnya Rafa dan wanita tersebut mengadukan dirinya pada Rafa, maka tamat sudah riwayatnya, Rafa pasti akan langsung memecatnya.    "Rifa!"   Rifa menoleh dan tawanya sontak terhenti begitu melihat siapa orang yang baru saja memanggilnya.   "Hai Kak." Dengan penuh semangat, Rifa menyapa Rafa yang baru saja keluar dari ruangnya dan kini melangkah mendekatinya.   "Kamu kesini di antar siapa?"   "Di antar Pak Asep. Kakak sudah mau waktunya makan siang ya? Bagaimana kalau kita makan siang di luar?"   Tanpa ragu Rafa mengangguk, setuju dengan usul yang Rifa berikan. "Boleh, mau makan di mana?" Selara makan dirinya dan Rifa hampir sama bahkan sebenarnya sama, jadi makanan apapun yang Rifa makan ia juga menyukainya.   Sejak Rafa memanggil Rifa saat itu pula Keira ikut menoleh dan ia memperhatikan interaksi antara Rafa dan wanita yang tadi Rafa panggil dengan sebutan Rifa.   Rafa dan Rifa, seperti nama Kakak dan adik. Tunggu dulu, tad Rifa memanggil Rafa dengan sebutan Kakak, apa itu artinya kalau mereka benar-benar Kakak beradik.   "Mampus," gumam Keira yang kini mulai kembali panik. Bagaimana kalau Rifa mengadukannya pada Rafa dan mengatakan apa yang tadi ia ucapkan pada Rafa.   "Akh! Dasar mulut ember, bisa-bisanya keceplosan!" Rutuk Keira dalam hati.   "Ya sudah, ayo kita pergi." Rafa dan Rifa pun melangkah menuju lift. Saat melewati meja Keira, Rifa mengedipkan matanya, membuat Keira merasa semakin panik dan juga was-was.   "Jangan sampai Rifa mengadukannya pada Rafa." Doa Keira dalam hati.   "Ah, mereka tampak serasi, seperti pasangan kekasih saja," lirih Keira saat melihat Rifa dan Rafa berjalan berdampingan.   Rafa menoleh, menghela nafas panjang saat melihat Keira malah diam, mungkin melamun dan Rafa tidak tahu apa yang sedang Keira lamunkan. "Keira ayo, nanti jam makan siangnya keburu habis!"   Panggilan dari Rafa sontak membuat lamunan Keira buyar, Keira mengerjap lalu mendongak, menatap Rafa yang juga sedang menatapnya. "Bapak manggil saya?" Tanya Keira seraya menunjuk dirinya sendiri.   "Iya Keira kan tadi pagi saya sudah bilang kalau kita akan makan siang bersama di luar, kamu lupa?" jawab dan tanya Rafa dengan raut wajah datar.   "Mampus!" Rutuk Keira dalam hati. Tadi pagi Rafa memang mengajaknya untuk makan siang tapi Keira pikir itu hanya candaan semata.   "Iya Pak saya lupa, maaf," sahut Keira akhirnya. Keira lantas merapihkan penampilannya, sebelum akhirnya menyusul Rafa dan Rifa yang sudah kembali melangkah menuju lift.   "Kak."   "Hm." Rafa hanya bergumam, sebagai tanggapan atas panggilan Rifa.   "Lebih tuaan Keira atau Rifa?" Rifa penasaran lebih tua dirinya atau Keira karena jika Keira lebih tuanya darinya tidak seharusnya ia memanggil Keira dengan nama.   "Lebih tuaan kamu."   "Oalah, ternyata aku lebih tua dari Keira," gumam Rifa yang bisa di dengar jelas oleh Rafa.   "Memangnya kenapa?" Tanya Rafa penasaran.   "Dia cantik loh Kak dan Rifa pikir kalau dia pasti sangat pintar, cocok tuh buat jadi istri Kakak dan calon Kakak ipar Rifa," bisik Rifa.   Bulu kuduk Keira meremang saat melihat Rifa berbisik-bisik pada Rafa, Keira takut kalau Rifa mengadukan ucapannya yang tadi pada Rafa. Saking gugupnya, kedua tangan Keira bahkan kini sudah berkeringat.   "Dia memang pintar, makanya dia bisa keterima kerja di perusahaan ini, bahkan dia jauh lebih pintar dari pada kamu yang bodoh." Rafa balas berbisik, itu karena ia tidak mau Keira tahu kalau ia sangat mengakui kepintaran gadis itu.   Rafa jelas tidak akan bisa menyangkal kepintaran yang Keira miliki, bahkan mungkin sebenarnya Keira jauh lebih pintar dari pada dirinya.   "Aw!" Rafa sontak menjerit saat Rifa secara tiba-tiba mencubit pinggangnya dan jeritan kesakitan Rafa membuat Keira yang kini berdiri sudah berdiri tepat di belakang keduanya terkejut.   "Kenapa pinggang Kakak di cubit Fa?" Rafa menatap tajam Rifa tapi yang di tatap malah balik menatapnya dengan tak kalah tajamnya.   "Enggak usah di perjelas juga Rifa tahu kalau Rifa itu enggak terlalu pintar, dasar Kakak menyebalkan," jawab ketus Rifa. Rifa melepas gandengannya dari Rafa dan balik menggandeng Keira yang hanya bisa pasrah.   Rifa dan Keira lantas memasuki lift di susul Rafa yang kini berdiri tepat di belakang Rifa dan Keira, menatap secara bergantian Keira dan Rifa yang sama tingginya.   "Keira gugup ya?" Keira yang mendapat pertanyaan seperti itu dari Rifa tentu saja semakin gugup dan itu membuat Rifa gemas.   "Enggak usah gugup Keira, kenalin aku Rifa adik kembarnya Kak Rafa," Rifa mengulurkan tangannya yang langsung Keira sambut seraya balas memperkenalkan dirinya.   "Jadi kenapa Keira gugup?" Rifa kembali mengulang pertanyaannya karena ia penasaran dengan alasan kenapa Keira gugup.   Keira menggeleng. "Eh enggak apa-apa kok Kak." Keira tidak mungkin menceritakan alasan kenapa dirinya gugup pada Rifa, yang ada nanti Rafa akan tahu lagi dan ia malah jadi tambah malu.   "Karena masalah tadi ya?" Tebak Rifa yang tentu saja tepat sasaran. Keira semakin gugup, membuat Rifa tak kuasa untuk menahan tawanya.   "Enggak usah takut Keira, Kakak bisa jaga rahasia kok, tenang aja," ujar Rifa di sela tawanya.   Tanpa sadar, Keira menghela nafasnya, merasa lega dengan jawaban yang Rifa berikan. "Syukurlah kalau Rifa tidak berniat untuk menceritakan ucapannya tadi pada Rafa," ucap Keira dalam hati.   "Rahasia apa?" Pertanyaan yang baru saja Rafa ajukan kembali membuat Keira gugup dan kegugupan Keira bisa Rifa lihat dengan jelas, bahkan entah Keira sadar atau tidak tapi kini kedua jemari tangannya saling bertaut karena gugup.   "Masalah wanita, Kakak enggak usah ikut campur," ujar ketus Rifa seraya menatap sinis Rafa. Rifa masih kesal karena Rafa mengatakannya bodoh meskipun sebenarnya itu adalah kenyataan. Berbeda dengan Rafa yang sangat pintar maka Rifa tidak terlalu pintar karena itulah Rafa sering mengejeknya dan mengatakan kalau dirinya bodoh.   Rifa tidak bodoh jika di sandingkan dengan orang lain, dengan siapapun asal jangan dengan orang yang mempunyai IQ 148 seperti Kakaknya. "Keira, Kak Rifa boleh tanya gak?"   "Boleh Kak, mau tanya apa?" Dalam hati Keira berdoa, semoga pertanyaan yang Rifa ajukan tidak lah sulit dan bukan seputar masalah percintaan, karena Keira takut kalau ia kebablasan lagi dalam menjawab pertanyaan Rifa.   "IQ nya berapa?" Tanya Rifa antusias, bahkan kedua matanya tampak berbinar.   "150," jawab Keira dengan santainya.   Mata Rafa dan Rifa sama-sama membola begitu mendengar jawaban Keira yang luar biasa mencengangkan tapi di jawab dengan santainya oleh Keira.   Keira mengerjap, tak tahu harus bereaksi seperti apa saat melihat mata Rifa membola.   "Serius?" Tanya Rifa dengan raut wajah shock, tadinya Rifa pikir IQ Keira di bawah Rafa tapi ternyata malah lebih tinggi dari pada Rafa.   "Iya Kak, serius." Lagi-lagi Keira menjawab dengan santai pertanyaan Rifa.   Rifa menoleh dan ia melihat Rafa juga cukup terkejut dengan jawaban yang Keira berikan. Rafa berdeham, menormalkan kembali mimik wajahnya saat melihat senyum jahil menghiasi wajah Rifa.   Ting...   Begitu pintu lift terbuka, ketiganya bergegas keluar, melangkah menuju mobil Rafa yang sudah terparkir di depan loby, itu karena saat turun tadi, Rafa sudah meminta agar mobilnya di parkir di depan loby.   Keira tentu saja duduk di belakang karena Keira pikir kalau Rifa akan duduk di samping kursi kemudi, tepat di samping Rafa yang kini sudah duduk si kursi kemudi.   "Loh, kok kamu di belakang sih Fa?"   "Kenapa memangnya? Enggak boleh?"   "Duduk depan, emangnya kamu pikir Kakak supir kamu apa?"   "Enggak mau, Rifa mau duduk di belakang aja."   Rafa sontak mengalihkan pandangannya pada Keira, dengan isyarat mata meminta agar menemaninya duduk di depan.   Keira mengangguk, mau tak mau harus menuruti kemauan Rafa, meskipun sebenarnya ia tidak mau duduk di samping Rafa karena ia gugup.   Baru saja Keira akan membuka pintu mobil, Rifa sudah menahannya, secara tidak langsung tidak mengijinkannya untuk keluar dan pindah duduk.   "Eh enggak usah, Keira duduk di sini aja sama Kak Rifa." Dalam hati, Keira bersorak kegirangan begitu mendengar ucapan Rifa, semoga saja Rafa tidak memaksa jadi ia bisa duduk dengan tenang bersama dengan Rifa di kursi belakang.   "Udah sih Kak, sesekali jadi supirnya Rifa sama Keira," lanjut Rifa dengan nada kesal. Rafa mendengus, tapi tak ayal menuruti kemauan Rifa. Rafa melajukan mobilnya, menuju restoran tempat di mana ia Rifa dan Keira akan makan siang bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD