Bab 2 - One Night Stand

2034 Words
Bab 2 - One Night Stand Warning 21+ “Sekali lagi aku peringatkan. Lepaskan dia sekarang dan hidupmu akan tamat!" “Siapa kau hah?! Jangan ikut campur urusanku! Sebaiknya kau pergi! Urusi, urusanmu sendiri!" Ancaman pria misterius itu, jelas membuat pria yang membeli Tania diliputi amarah yang meledak-ledak. Malam ini dia mendapatkan barang bagus untuk dia nikmati sepuasnya dan ada saja halangan yang membuat keinginannya tertunda. Tadinya, dia mendapatkan penolakan dari wanita itu dan sekarang, dia harus meladeni pria tak waras yang tiba-tiba saja muncul kemudian mengancamnya. Lantas jangan tanyakan, bagaimana kesalnya dia sekarang. Memangnya siapa pria itu sehingga berani mengancamnya seperti tadi? “Aku sudah membayar wanita ini mahal jadi mana mungkin aku melepaskannya? Sekalipun kau mengancam akan mengakhiri hidupku saat ini juga, aku tidak takut!" lanjutnya dengan alis menukik tajam. Gertakan serta ancaman pria itu tentu saja tak akan berhasil membuatnya terpengaruh. Pria yang hadir sebagai penyelamat Tania, tersenyum tipis. Sangat tipis sampai tak terlihat bedanya apakah dia tengah menyeringati ataukah sedang mengejek pria tua di depannya. “Kau bisa membeli wanita malam yang mau tidur denganmu. Sedangkan wanita itu tidak, jadi sebaiknya kau lepaskan aja. Apa kau tidak malu pada statusmu? Memangnya mana ada seorang pria terhormat memaksa wanita malam untuk tidur dengannya?” sengit pria itu sehingga membuat pria yang memegang Tania terpancing untuk membalas lebih sengit. "memalukan sekali!" “Jaga bicaramu!” “Untuk apa, Bung? Bukankah yang aku katakan tadi memanglah sebuah kenyataan? Lihat kau sekarang? Kau tak lebih dari seorang pecundang!" “Berengsek!” Pria itu pun melepaskan cekalannya di lengan Tania, kemudian menyerang pria asing yang malam ini menjadi pahlawan untuk seorang wanita malam seperti Tania yang seharusnya tak dia campuri urusannya. Namun, melihat Tania yang begitu tersiksa, dia jadi tidak tega. Bagaimana pun wanita itu membutuhkan pertolongan darinya. Pria bernama Justin Austen itu menghindar ketima pria itu menyerang wajahnya. Dua kali, pria itu berniat untuk memukul wajahnya dan Justin masih melakukan gerakan menghindar tanpa berniat untuk membalas. Bermain-main seperti ini, lumayan untuk membuang penat setelah dia menghabiskan waktu untuk minum-minum tapi tak kunjung menemukan pelampiasan untuk rasa lelahnya. "Kenapa hum? Apa tubuh gempalmu sudah kehabisan napas sehingga pukulanmu tidak ada satupun yang mengenaiku? Ayo! Serang aku!” ejek Justin sembari menyeringai tipis. Tania yang melihatnya pun, menggigit ujung jari. Pria itu begitu santai menghadapi pria tua itu seolah menghadapi bocah kecil, sehingga membuatnya gemas sendiri. Takutnya, para penculik tadi datang ke tempat ini dan menangkapnya lagi. Yang membuatnya semakin khawatir adalah, pria asing itu pun akan menjadi korban karena ikut campur dalam masalah ini. “Arghhh ....” Bugh! Pria tua itu mengerang sakit, begitu benda yang berhasil dia pukul bukanlah wajah Justin. Melainkan tembok yang berada di belakang tubuh pria itu. Hanya saja, kakinya yang berhasil menginjak ujung sepatu Justin, pun membuatnya menerima serangan balik yang dia harapkan sejak tadi. “Sepatu mahalku sudah kau injak, dan perbuatanmu ini tidak bisa aku toleransi.” Bugh! Sebuah pukulan kuat Justin hadiahkan tepat di ujung hidup mancung pria itu sehingga membuat pria itumengerang kesakitan sembari memegang hidungnya yang mengucur darah segar. Pukulan Justin tadi ternyata begitu kuatnya sampai-sampai membuat tulang hidup pria itu patah. Setelahnya, Justin mengalihkan tatapannya ke arah Tania sembari berkata, "Bagaimana? Apa kau masih meragukanku?" Tania menggelengkan kepalanya cepat. Sama sekali tak menyangka, jika pria itu bisa membaca isi kepalanya. “Kalau begitu, mari kita selesaikan ini sekarang juga." Setelahnya, Justin memberikan pukulan telak di perut pria itu berikut tengkuk kepala belakangnya sehingga membuat pria itu terkapar di lantai dengan kondisi ... pingsan. "Ini cukup bagus untuk latihan malam.” Lanjutnya sambil menepuk tangannya seolah membersihkan debu yang menempel. Setelahnya, Justin menatap Tania lagi kemudian mengisyaratkan jika bahaya yang mengancam wanita itu sudah dia atasi dengan sebuah anggukan kepala. “Sekarang, kau bisa pergi.” Tania mematung. Melihat bagaimana pria itu menolongnya, membuatnya tau jika pria itu adalah pria baik-baik sekalipun berada di tempat seperti ini. Seketika, terbesit pikiran gila di otaknya begitu dia tidak bisa lari dari masalah ini. Tania mendekati pria itu kemudian menyatukan kedua tangannya yang masih bergetar karena rasa takutnya yang belum hilang. Tanpa keraguan sedikit pun, dia berkata, “Aku mohon, tiduri aku.” Apa? Alis Justin mengerut dalam sehingga membuat raut wajah tenangnya tadi berubah dalam sekejap. Apa dia tidak salah dengar? Perasaan pria tadi tak berhasil memukulnya dan dia baik-baik saja. Ataukah wanita itu yang berubah tidak waras sekarang? "Aku mohon, tiduri aku, Tuan." Permohonan kedua Tania Edelwis di tengah lorong klub yang malam itu begitu ramai, jelas membuat suara terkejut pria dewasa bernama Justin Austen itu, menggelegar seolah petir yang menyambar di tengah-tengah langit malam yang dipenuhi gemerlap bintang. “Apa kau sudah gila?” balas Justin tak percaya. "Aku baru saja menyelamatkanmu dari seorang pria berengsek yang ingin melakukan hal tidak senonoh padamu dan sekarang, kau justru memintaku untuk menggantikan posisi pria itu?" berangnya. Usianya yang tak lagi muda melainkan sangat matang untuk berumah tangga, jelas membuatnya terlihat seperti sugar Daddy yang sedang bersanding dengan seorang wanita yang akan menjadi sugar Baby nya. Ya, walaupun untuk ukuran wajah serta pernampilam dia masih cukup pantas bersanding dengan wanita muda Itu. Kisaran 30 tahun banding 20 tahun, dan tentu saja masih terlihat cocok. Tania merengkuh tangan Justin kemudian menjawab,"Aku tidak gila. Namun, aku serius dengan permohonanku." Justin pun menyentak tangannya yang berada dalam rengkuhan tangan hangat gadis itu dengan napas gusar. "Kalau begitu, kau kembali saja pada pria berengsek yang mau melecehkanmu tadi. Sekarang, aku menyesal. Menyesal sudah menyelamatkan gadis penipu sepertimu." lanjutnya. “ini pasti akal-akalan mu saja untuk menolak pria tua itu, kemudian menjerat pria muda sepertiku 'kan? Dasar wanita licik!” Justin sigap mengambil langkah seribu untuk pergi dari sana. Namun, langkahnya lagi-lagi tertahan begitu wanita muda itu memegang tangannya dan bersamaan dengan itu pula, muncul beberapa pria yang membuat wanita itu menariknya dengan cepat seolah ingin lari bersamanya dari sana. Melihat reaksi wanita itu, tentu saja dia menahan langkahnya dan wanita itupun tak bisa pergi karena dia balik mencekal lengannya. “Ada apa lagi?” Justin bertanya dengan rahang mengeras. Seumur hidup, dia tidak pernah menyangka akan bertemu wanita se aneh ini. Wanita itu memang berparas cantik tetapi, akal bulusnya tidak akan berhasil menipunya dengan mudah. "Aku mohon, Tuan. Lepaskan aku. Hiks!" Alis Justin menukik. Dia mendadak bingung kali ini. Bukankah, wanita itu yang memohon untuk dia tiduri dan ingin menariknya pergi? Dan sekarang? Kenapa wanita itu malah bersikap seolah dirinya adalah penjahat tad Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di sini? "Kenapa Tania bisa bersama dengan, Anda?" Pertanyaan pria berbadan besar yang Justin tebak sebagai berandal, membuat Justin melihat ke arah wanita aneh yang ternyata bernama Tania sembari menyipitkan matanya. Apakah Tania sedang diancam oleh berandalan-berandalan ini? Tapi, dengan alasan apa? Apakah Tania itu seorang wanita bayaran yang ingin lari daru tugasnya? Ataukah wanita itu terlilit hutang dan sedang mencoba membayarnya dengan cara berbeda? "Pria tadi tidak mau melepaskanku. Dia justru memberikanku pada pria ini. Kalian semua sama saja. Aku mohon lepaskan aku. Aku tidak mau berada di tempat ini. Aku ingin pulang. Hiks!” Isakan wanita itu, beserta pegangan tangannya yang gemetar, membuat Justin menyadari sesuatu. Wanita itu memang membutuhkan pertolongan darinya. Bukan karena merencanakan sesuatu yang licik seperti yang dia pikirkan sebelumnya tetapi, alasan lain. Pria berandalan itu tertawa kemudian berkata, "Kau bisa pulang dan aku psstikan hidup madam J selamat jika kau menjadi gadis penurut, Tania. Jika tidak? Jangan salahkan aku, jika Madam j akan mendapatkan masalah karenamu. Sedangkan kau sendiri, akan benar-benar menjadi wanita malam di sini." Tania dan Justin saling berpandangan. Sekarang, dia menyadari jika Tania bukanlah penipu melainkan seorang wanita yang tertekan dan tidak memiliki pilihan. Akhirnya, dia pun mengambil peran yang seharusnya sudah dia lakukan sejak beberapa menit sebelummya. “Sudah-sudah! Sekarang pergi dan biar aku yang memberi gadis kecil ini pelajaran,” tegas Justin sehingga membuat berandalan itu pun pergi dari sana. Dia menatap Tania yang juga menatapnya dengan berkaca-kaca. Entah apakah keputusannya ini salah atau benar, yang jelas dia ingin melepaskan gadis itu dari ketakutannya. “Apa kau yakin dengan permohonanmu tadi? Tidak seharusnya, kita melakukan ini. Aku bisa melepaskanmu dari mereka, Tania," ucap Justin frustrasi saat dirinya dan Tania sudah berada di sebuah kamar yang tak jauh dari tempatnya berdebat dengan berandalan tadi. Gadis dengan surai kecokelatan yang sedikit ikal di ujung itu mengangguk dengan bibir merahnya yang masih gemetar kecil. Tanpa ragu dia memegang tangan Justin kemudian berkata, "Tuan bisa saja melepaskanku dari mereka, tapi hidupku tetap akan berada dalam masalah besar. Karena itulah, tolong bantu aku untuk yang terakhir kali. Aku janji, setelah ini semuanya akan berakhir. Kita akan menjadi orang asing kembali.” Justin terpaku. Wanita itu adalah wanita ter aneh yang dia temui selama hidup. Namun, dia bisa merasakan bagaimana tulusnya wanita itu serta ikut merasakan masalah besar yang membuat Tania pasrah mengikuti arus. Akhirnya, tidak ada lagi penolakan, perlawanan atau apapun. Seperti yang Tania inginkan, Justin terdiam dengan pilihan berat yang membuatnya bimbang. "Apakah tidak ada jalan lain? Kau bisa menceritakan masalahmu dan aku akan membantumu, Tania." Tania menggeleng pelan. "Ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa keluar dari masalahku, Tuan. Pria-pria tadi, pasti sedang mengawasi di depan pintu kamar dan--" Suara Tania terjeda begitu Justin menangkup wajahnya yang merona dengan rahang mengetat. Manik mata Justin berkilat tajam dengan kornea menggelap yang justru membuat Tania terpana dalam rasa takut serta bimbang yang membuatnya tak bisa bergerak. "Ingat namaku baik-baik, Tania. Aku Justin Austen. Pria yang sudah begitu berengsek mengabulkan permohonannmu tadi." "Kita akan menjadi asing setelah ini, jadi biarkan aku melupakanmu setelah semua ini berakhir." Entah siapa yang memulai, permukaan bibir keduanya telah bertautan dan saling mengecap dalam satu tarikan napas yang sama. Tania tidak tau harus membalas bagaimana, saat bibir Justin begitu lihai menyesap bibirnya sehingga menghantarkan gelenyar aneh yang membuat jantungnya seolah berhenti berdetak. Pria itu begitu mahir membuat dunianya terjatuh dalam pusara gairah, terlebih saat ciuman Justin semakin intens mengajaknya berperang lidah. "Eum ...." Tania terkesiap saat tangan Justin menekan tengkuknya dan semakin memperdalam ciuman.Hubungan ini memang begitu asing tetapi, Tania lebih yakin untuk memberikan segalanya pada Justin dari pada pria tadi. Setidaknya, pria yang menyentuhnya pertama kali adalah pria tampan bak pria yunani dan memperlakukannya dengan baik. Erangan Justin tertahan sebatas d**a, begitu daging kenyal Tania begitu memabukkan. Rasa bibir itu membuatnya ketagihan sampai-sampai dia merengkuh tubuh Tania begitu dekat dan tidak mau lepas barang sedetik saja. Posisi Tania yang tadinya berada di sampingnya, kini telah beralih duduk di pangkuan. "Justin ..." lirih Tania saat tangan besar Justin melepas kemeja yang dipakainya. Membuat tubuhnya yang sedari lama tertutupi kemeja kebesaran, pun terpampang begitu nyata dan entah kenapa, kabut hitam yang terlihat di dalam manik mata Justin justru membuatnya terpaku dalam euforia. "Kenapa? Apa kau ingin aku berhenti?" Tania menggigit bibir bawahnya yang membengkak karena cumbuan tadi. Jujur dia mengakui, jika sentuhan Justin membuat tubuhnya panas dingin. Dia yang selama ini tak pernah melakukan kontak fisik dengan pria manapun, tentu saja merasakan sebuah perasaan aneh luar biasa yang terasa menggelitiki perutnya. "Aku tidak pernah melakukan ini sebelummya, jadi bisakah kamu melakukannya dengan perlahan?" Justin mengulum senyum tipis kemudian mengusap lengan Tania dengan jemarinya sehingga membuat Tania meremang. "Aku pastikan membuatmu lupa akan rasa sakitnya dan hanya merasakan bagaimana nikmatnya bercinta." ** PENGUMUMAN!! KARENA ATURAN BARU PLATFORM YANG CUKUP MEMBERATKAN, MAAF SEKALI AKU TIDAK BISA MELANJUTKAN CERITA INI DI SINI. DENGAN BERAT HATI, AKU AKAN MELANJUTKAN CERITA INI DI k********a SAJA. BAGI YANG BERMINAT UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITA INI, KALIAN BISA MENGUNJUNGI APK k********a YA. DENGAN SEARCH NAMAKU ATAU JUDUL CERITA INI DAN AKAN LANGSUNG MUNCUL. KENAPA AKU MEMILIH k********a? KARENA ... 1. AKSES MEMBELI CERITA DI k********a SANGAT MUDAH. 2. KALIAN BISA MEMBELI VARIAN PAKET YANG MANA NTUK NOVEL INI, KALIAN SUDAH BISA MEMBACA SAMPAI TAMAT DENGAN HARGA 40.000 SAJA. 3. KALIAN BISA MEMBELI SATUAN/ PER BAB DENGAN HARGA MULAI DARI 2000-3000 SAJA. INI BIASA AKU TENTUIN SESUAI JUMLAH KATA YANG AKU TULIS DALAM 1 BAB NYA. 4. AKSES BERLAKU SEUMUR HIDUP YA. BAGI YANG KURANG PAHAM BAGAIMANA MENGGUNAKAN APK k********a. BISA DM AKU DI IG. NANTI AKU JELASKAN SAMPAI BENAR2 PAHAM. SEKIAN PENGUMUMAN DARIKU SIANG INI. SEMOGA SEHAT SELALU DI MANAPUN KALIAN BERADA DAN MAAF, JIKA AKU BELUM BISA MENULIS DI TEMPAT INI LAGI UNTUK WAKTU YANG TIDAK BISA AKU TENTUKAN. SEE YOU.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD