Pertemuan Keluarga

1563 Words
         Cia memasuki halaman rumahnya, ia segera memasukkan motornya kedalam garasi. Cia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia melempar tas dan membuka pakaian kesembarang tempat. Ia segera masuk ke kamar mandi karena ia butuh meredakan amarahnya karena mendengar ucapan Raffa yang membuat emosinya memuncak. “Raffa brengsekkkkkk....” teriak Cia.         Cia menhidupkan shower, ia memejamkan matanya menikmati laju air yang melewati tubuhnya. Cia segera mematikan shower karena mendengar teriakan   Mamanya yang membuat telinganya sakit. ."Cia...Ciaaaaaaa" teriak Rere . Gila ya nyokap manggil gue segitunye...hufs....buat kesel aje.         Cia bergegas memakai pakaiannya. Ia memakai kaos biru dan celana pendek. Cia menggosokan handuk di rambutnya yang masih basah. Kamar cia ini sangatlah unik. Kalau kata keluarganya kamar Cia bertemakan kamar dukun. Kamar bewarna hitam putih dan pada bagian dinding terdapat beberapa keris, didinding juga tertempel lukisan seorang wanita memakai kebaya hujau, namun jika diamati wajah wanita yang ada didalam lukisan ini sangat mirip dengan wajah Cia.  Sebenarnya lukisan ini merupakan lukisan yang Cia buat sendiri. Ia sengaja meniru lukisan ratu pantai selatan seperti film horor yang sering ia tonton.         Cia segera turun kelantai satu mencari sumbwr teriakan yang dari tadi ia dengar. Rere memang sangat cocok menjadi salah satu paduan suara yang suaranya sangat melengking. Karena suaranya mampu menggentarkan para penghuni kediaman Dirgantara. Ia melihat Rere menatapnya tajam.         "Ya ampun sayang....kamu kenapa pakek baju kayak gini sih? kamu tahu nggak, sekarang Kakek Alex dan Varo mau kesini sayang. Kamu akan segera menikah"  Ucap Rere.         "Apa Ma? yang bener aja Ma. Cia nggak mau Ma, kenal aja nggak langsung nyosor aja mau kawin enak aja" ucap Cia memutar kedua  bola matanya.         "Dek...mulut lo mau Kakak jahit ya? Hmmm nikah dulu Dek baru kawin. Emangnya Varo udah ngajakin kamu nananini?"  ucap Dewa sambil menahan tawanya melihat ekspresi Cia.         "Kakak datang-datang buat kesel aja sih, kenal aja nggak, lagian apa maksud  dia ngajakin nikah coba? pasti dia itu orangnya  jelek banget, dia juga ngajar di kampus aku Kak dan jadi pembimbingku Kak" kesal Cia         Devan terkikik "Hehehe...kalau udah liat orangnya pasti kamu jatuh cinta...kakak yakin kok" ucap Devan sambil mengedipkan matanya.          "Busyet dah, kok Kakak kayak cowok genit sih? katanya cowok cool sampai sekarang masi jones umur aja udah tuir 29 tahun coy" ucap Cia.         "Dek, ikutin aja keinginan Mama dan Papa. Kakak setuju kamu cepat-cepat menikah biar kamu ada yang jagain" ucap Devan, ia mendorong  kepala Cia          Devan merampas cemilan yang dibawa Cia "Mamaaaa...Devan Ma" teriakan Cia membahana di rumahnya. Cia menghentak-hentakan kakinya.  Cia mencari keberadaan Mamanya diruang tengah, namun ia tidak menemukan Mamanya. "Uhuk...uhuk" suara batuk yang sengaja dibuat-buat membuat Cia mencari-cari asal suara. "Keluar Bang Dewa, nggak usah nakutin princess..." teriak Cia.          Dewa merupakan kakak kedua Cia yang berumur 26 tahun dan merupakan polisi sekaligus seorang dokter. Dewa  sangat cerdas dan berwibawa. Dewa memiliki sifat dingin yang jarang tersenyum. Ia hanya akan menujukan sifat ramahnya hanya kepada keluarganya. Dewa dan Devan sangat berbeda. Jika Dewa merupakan orang irit bicara tapi Devan memiliki sifat tegas dan sifat pendiamnya dibuat-buatkarena ingin terlihat dingin.         Cia terkejut karena bukan Dewa yang dari tadi ia  lihat tapi, seorang pria bule campuran yang ia lihat di kampus. "Eee...si lekong kok ada disini sih?" tanya Cia. Varo mengernyitkan dahinya dan menatap Cia dengan tatapan membunuh.  "Waduh nak Varo udah datang, Cia cepat cium tangan calon suaminya sayang!"  ucap Rere.         Mendengar ucapan Mamanya Cia membuka mulutnya karena terkejut. Laki-laki yang ia hina barusan adalah calon suaminya membuatnya terpukul. Waduh mampus gue, ekong, botak waduh Kak Dewaaa...Kak Devan takut... Gue harus pergi dari sini ambil keris mpu gosong d kamar gue biar tu cowok membatalkan pernikahan ini...         Cia  segera melagkahkan kakinya tapi di hadang Dewa yang baru saja pulang kerja. " Hei...Dek cium tangan Varo!  Ayo sana! Kenapa  kamu belari kaya gini hmmm?"  ucap Dewa mencekal tangan Cia.         Cia menghempaskan tangan Dewa yang memegang tanganya. Dengan wajah cemberut, ia melangkahkan kakinya mendekati Varo dan mencium tangannya." Gitu dong sayang, sama calon suami mesti sopan" ucap Dewa. "Ma...kakek sebentar lagi datang...sekarang lagi di jalan Ma" ucap varo tersenyum manis. Woy... ambilkan palu gue getot juga ni bule kesasar. Itu Mama gue bukan Mama lo...         “Kalau gitu kamu siap-siap Ci,  Mama mau menyiapkan makan malam kita, Devan dan Dewa temanin Varo ngombrol dulu!” ucap Rere segera menuju dapur.         Cia menatap sinis Varo, dipikirannya saat ini bagaimana ia harus segera membatalkan pernikahan ini.  Cia perhatikan wajah Varo, ia mengakui jika Varo memang sangatlah tampan, tapi entah mengapa ia sangat kesal dan malu karena telah mengejek Varo. “Dek, ganti baju sana!” ucap Devan.  Cia mengkerucutkan bibirnya “iya” kesal Cia segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya.         Cia mengganti pakaiannya dengan gaun yang telah disiapkan Mamanya, gaun selutut bewarna putih membuat Cia terlihat sangat menggemaskan. Ia menguncir rambutnya. Cia tidak bisa berdandan, ia hanya mengoleskan bibirnya dengan lipstik bewarna pink. Cia segera turun ke lantai satu dan melihat semua keluarga telah berkumpul termasuk Kakek Alex dan Raffa dan kedua orang tuanya. Semua mata kagum melihat sosok Cia yang melangkahkan kakinya mendekati mereka. Cia duduk disamping Varo dan membuat semuanya tersenyum melihat kedua calon pengantin yang menurut mereka sangat serasi. “Oke, sepertinya mereka terlihat sangat cocok Dirga hahaha...” tawa Alex. “iya, Kek...saya setuju rencana Kakek jika pernikahan mereka dipercepat saja!” ucap Dirga. “Bagaimana Varo?” tanya Alex menatap cucu kesayanganya. Ayo bilang pernikahan ini saya batalkan...gitu... Batin Cia. “Lebih cepat lebih baik Kek” ucapan Varo membuat Cia menginjak kaki Varo. “Awww..” teriak Varo membuat semuanya menatap Varo dengan bingung. “Ada apa nak?” tanya Mama Varo khawatir. “Nggak ada apa-apa Ma” ucap Varo.         Raffa tersenyum jahil, ia tahu pasti Cia telah melakukan penyiksaan kepada Varo. “paling kaki Kak Varo diinjak gajah” celetuk Raffa membuat Cia menatap Raffa tajam. Awas kau Raffa tunggu pembalasanku.  Setelah acara makan malam mereka berkumpul di ruang tengah menceritakan  bisnis mereka. Cia mendengarkan pembicaraan mereka dengan kesal. Ia tidak mengerti bisnis dan ia tidak peduli. Cia Pov         Mampus gue, si Alvaro dosen gue itu adalah  tunangan gue. Ia  seganteng ini what? Mulutku tanpa sadar terbuka saat melihat ia membicarakan bisnis bersama Kak Devan. Ung mancung, kulut putih, wajah campuran Indonesia Jerman. Bule sesat yang aku katakan ternyata membuatku tidak bosan memandangnya.         Tuhan aku bersyukur melihat karyamu yang begitu indah. Tapi Varo sangat sombong dan angkuh. Apa lagi saat ia  menatapku dingin dan melihatku dari atas hingga kebawah. Yayaya...aku sadar kalau aku tidak cantik tapi, aku Cia tidak suka diremehkan.         Apa lagi saat ini ia masih menatapku saat Kak Devan sibuk berbicara Dengan kakek dan Papa serta calon  Papa mertuaku. Mataku dan matanyapun saling bertatapan, entah mengapa aku merasa takut melihat matanya. Bang Dewa aku  takut, aku menyikut lengan Bang Dewa yang ada sampingku tapi, Bang Dewa malah senyum-senyum nggak jelas.         Kesalllll....mana palu aku getok aja nih kepala Abangku yang satu ini. Seandainya aku boleh milih aku mau ke kamar sekarang juga, baca novel atau nonton movie naruto. "Ma, Cia sakit perut nih permisi semua..."  ucapku dan segera melangkahkan kakiku menuju kamar. Yes bebas selamat tinggal Mr batu es hahaha... Aku berlari masuk kekamar secepat kilat. aku segera  mendudukan pantatku di ranjangku dan mulai aksiku " pret....." kentutku akhirnya membahana. " Hmhmhm".          Siapa sih? Aku menolehkan kepalaku dan aku terkejut saat melihat di depan pintu kamarku ternyata si batu es berdiri sambil melipat kedua  tangannya sambil menatapku         "Eee...siapa ya?" ucapku  pura-pura tidak mengenalnya. Aku mengibaskan  rambutku dan mengacuhkannya.         "Aku cuma mau bilang, nanti kita tinggal di Apartemenku" ucapnya sambil mengedarkan pandanganya ke seluruh kamarku. Ia menghela nafasnya.         "Aku nggak mau tinggal di kamar dukun ini!" ucapanya membuat darahku mendidih. Emangnya dia siapa? Aku bahkan akan menutup rapat pintu kamarku untuk makhluk batu es seperti dia. "Siapa juga yang mau sekamar sama lo..." jawabku kesal. "Mau tidak mau, suka tidak suka. kamu harus ikuti semua peraturan yang aku mau!"  ucapnya menatapku tajam. Lo kira lo siapa? Aku mau ikuti semua peraturanmu? Hahaha...jangan bercanda. "Emang siapa kamu ngatur-ngatur aku hah?" teriakku. "Seminggu lagi, kamu itu jadi istri saya!" ucapnya penuh ketegasan. Ia menatapku datar. "Dasar cowok nggak laku-laku uh...mau-maunya nikah sama aku hahaha..." aku tertawa mengejeknya agar dia marah dan membatalkan pernikahan kami.         "Itu kamu tau sejelek apa kamu dimataku. Karena aku kasihan kamu nggak laku-laku makanya aku setuju jadi suami kamu" jawabnya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamarku.          Emang sinting nih cowok, nyebelin banget sok cakep iwiw...pengen gue tonjok tu muka biar nggak cakep. Cakep? Emang sih, cakepan dia dari Raffa. Tuhan jangan sampai gue terpesona dan tertipu dengan wajahnya.         Alvaro meninggalkan Cia menurun tangga menuju ruang keluarga, Ia mendekati Dewa dan Devan yang masing-masing sibuk dengan ipadnya. Devan dan Dewa menghentikan kegiatanya karena mendengar helaan nafas Alvaro "Gimana Varo, Adek gue cantikkan walaupun rada-rada aneh bin ajaib hehehe..." kekeh Devan. "Dukun wanita...yang menawan" ucap  Varo datar. "Gue harap lo bisa jagain dia, dia itu mutiara keluarga gue Alvaro. Ingat gue bakal hancurin hidup lo, kalau lo buat dia menderita dan kalau lo nggak sanggup, lebih baik batalkan pernikahan ini!" Jelas Dewa penuh penekan. "Kalian tenang saja Kakak ipar, gue akan berusaha buat dia bahagia" ucap Varo tegas. "Gue percaya sama lo, walaupun terlihat dimata lo kau belum mencintainya, tapi gue harap lo bisa belajar mencintainya dengan tulus" ucap Devan sambil menepuk bahu Varo.         Dewa berjalan menuju kamarnya. "Jangan buat gue menghancurkan wajah tampanmu sobat" ucap Dewa tersenyum penuh ancaman. “Aku akan menjaganya kalian harus mempercayakan kebahagiaanya kepadaku” ucap Varo. tbc...        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD