Pernikahan

2149 Words
          Hari ini pernikahan Cia dan akad nikah akan diadakan di rumah kediaman Dirgantara,  sedangkan pestanya akan diadakan disalah satu hotel keluarga Alvaro. Cia sedang di make up di kamar dukunnya. Alvaro menyebut kamar Cia dengan sebutan kamar dukun. Cia menekuk wajahnya penuh kekesalan dan kesedihan. pikirannya melayang mengingat apa yang telah ia lakukan agar pernikahannya batal.  Namun semuanya gagal total hingga ia harus terjebak dengan pernikahan yang tidak ia inginkan.  Flashback         Saat itu Cia sengaja menemui Varo di kantornya untuk membujuk Varo membatalkan pernikahan mereka. Ia melangkahkan kakinya  mendekati resepsionis. Cia ingin menanyakan dimana ruangan Varo. "Permisi Mbak, saya mau tanya dimana ruangan Pak Alvaro Alexsander?" tanya Cia.         Resepsionis itu menatap Cia dari atas hingga ke bawah dengan tatapan curiga. Ia menilai penampilan Cia.  Cia memakai kaos oblong yang bertuliskan 'awas lo gue santet nih',  Cia juga memakai jeans belel yang sobek lututnya. Resepsionis itu menganggap Cia preman yang tidak ia izinkan untuk menemui atasanya. "Maaf Mbak, ada keperluan apa ya?" tanya resepsionis itu. "Saya ini, calon istrinya. Saya mau ketemu ayang Alvaro alexsander sekarang juga! cepet Mbak please ya, nggak usah banyak tanya Mbak! ini penting demi hidup dan mati saya" ucap Cia dengan tatapan memohonya.         "Maaf Mbak udah seminggu ini ada lima wanita yang mengaku calon istri Ceo kami, jadi...mohon maaf kalau kami tidak percaya anda calon istri Bapak Alex!" jawabnya sinis         "Aku ini calon istrinya...ais...masa kalian tidak percaya sih!" ucap Cia kesal, ia melipat kedua tangannya menatap resepsionis itu sinis.         Melihat kelakuan Cia amarah resepsionis itu memuncak.  Dengan emosi resepsionis itu mentap Cia tajam "Hey...seharusnya lo berkaca deh! mana ada calon istri Ceo terkenal memiliki penampilan preman seperti lo. Satpam tolong usir wanita ini!" kesal resepsionis itu.          "Hey Mbak aku tidak berbohong" Teriakan Cia membahana di lobi kantor Alexander cop, membuat seluruh mata yang berada di lobi menatap kearahnya. Dua orang satpam mendekati Cia dan menarik lengan Cia lalu menyeretnya.         "Berhenti kalian, berani-beraninya kalian menyeret seorang wanita seperti itu!" teriak Raffa. Sambil menarik Cia yang meringis karena lenganya lebam. Raffa memeluk Cia dan  berjalan mendekati  resepsionis.         "Kalian jangan pernah menghalangi wanita ini untuk bertemu aku ataupun Pak Alex mengerti!" ucap Raffa menatap mereka dengan penuh amarah. "Satu lagi, saya tidak suka karyawan saya bersikap brutal atau saya pecat kalian!".         Tidak jauh dari mereka seorang lelaki tampan memakai jas armani bewarna hitam memperhatikan mereka, laki-laki itu adalah Alvaro Alexander. Varo mentap mereka datar, seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan Cia. Cia melihat Varo, ia langsung belari kecil menyusul Varo. Hampir saja ia tidak bisa masuk ke dalam  lift. "Varo" teriak Cia, memasukan jarinya hingga terjepit pintu lift. “Aduh...." Cia meringis kesakitan.         Pintu terbuka, Varo menarik tangan Cia. Susana menjadi canggung dan hening. Tidak ada yang i memulai pembicaraan antara mereka berdua, sampai pintu lift terbuka. Ayo Ci....bilang kalau nggak mau nikah sama si batu ini. Semua kata-kata yang aku siapkan hilang. Aku bingung....Mama kok deg-degkan sih. keringat dingin panas lagi. Air mana air rasanya, aku ingin sembunyi saja. Tanganku perih karena terjepit tadi tapi sekaligus hangat karena sentuhan kulitnya dan hembusan  napasnya yang meniup jariku.. kenapa harus dia jadi suamiku coba Raffa pasti aku akan terasa nyaman nggak jantungan kayak gini.         Varo membawa Cia kedalam ruang kerjanya. Cia sama sekali tidak sadar karena ia sibuk dengan pikiranya sendiri.  Cia tersadar saat Varo mengelus rambutnya. Ia menatap ruangan ini dengan tatapan kagum. Dimana ini? Ooo...ini ruanganya, busyet karena banyak mikir aku tidak sadar sudah duduk di sofa ini. Cia menatap Varo yang sedang mengoleskan sesuatu dijarinya dan p lengan Cia yang lebam. Cia menatap mata Varo yang membuatnya kagum. Fokus Cia jangan lihat wajahnya...wow...matanya membiusku.         "Puas memandangiku? apa itu alasanmu menemuikku, jika itu alasanmu hanya ingin mengagumi ketampananku, sebaiknya  kau segera pulang! kau membuang waktuku" ucap Varo menatap Cia datar.         "Aaàa...aku mau" ucapan Cia terbata-bata karena tiba-tiba ia merasa malu. Ia menelan ludahnya dan mencoba memberanikan diri menatap mata Varo. "Batalkan pernikahan kita,  Varo aku mohon" ucap Cia memohon. "Tidak"  "Aku mohon!" ucap mata Cia dengan matanya yang berkaca-kaca. "jika tidak ada lagi yang mau kamu sampaikan lebih baik kamu pulang!" ucap Varo,  ia duduk di sofa sambil memainkan ipadnya dan mengacuhkan Cia yang masih menatapnya.         Tiba-tiba Cia menarik ipad dan langsung mendorong Varo, sehingga posisi mereka terjatuh dengan Cia berada diatas Varo. Cia dan Varo saling bertatapan, jantung keduanya berdetak lebih cepat. Tidak ada yang memulai pembicaraan, keduanya seolah terbius dengan keadaan mereka. Varo memajukan wajahnya dan Cia tidak menghindar. Ia terbius dengan tatapan Varo. "Hmmm uhuk...uhuk.."          Cia mendengar suara itu membuatnya terkejut, sehingga ia segera duduk diatas perut Varo. Varo mendorong  Cia dengan tangan yang memegang d**a Cia tanpa ia sengaja.  "Kakek" teriak Cia dan Varo  bersamaan.         Laki-laki tua itu tersenyum "Sepertinya aku akan segera memiliki cicit hahaha..." tawa kakek Alfonso alexsander menggelegar. Membuat Cia memandang Varo kesal, Cia melototkan matanya saat ia merasakan ada sesuatu didadanya. “Varo kenapa kau memegang dadaku!” teriak Cia. Varo memeluk Pinggang Cia dan mendudukkan Cia disebelahnya. “itu bukan salahku, kau yang memulainya” ucap Varo datar. “Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab!” ucap Cia dengan wajah yang memerah karena malu. “Aku bertanggung jawab, kita akan segera menikah” ucap Varo tanpa ekspresi. “Kakek, cucu Kakek itu kurang ajar Kek” adu Cia. “Hahaha...” tawa Kakek Alex menggelegar membuat wajah Varo dan Cia memerah. Flashback off          Membayangankan apa yang terjadi lima hari lalu membuat wajah Cia memerah. Ia merutuki kebodohannya karena tujuannya ke kantor menemui Varo untuk menggagalkan pernikahanya malah berbuntut hal yang memalukan. Ia malu karena Kakek Alex salah paham karena melihat posisinya yang berada diatas tubuh Varo. "Cantik banget kamu dek"  ucap Devan memeluk Cia dengan erat. "Kak, bantu Cia lari yuk kak!" ucap Cia sambil merengek dan memohon agar Varo memenuhi permintaanya. "Minta bantuan Dewa dek!"  ucap Devan tersenyum menggoda dan menujuk Dewa yang sedang menatapnya datar.         "Yang ada aku dikunciin Bang Dewa dan dijaga anak buahnya Kak" kesal Cia. Ia meringis sambil membayangkan jika itu terjadi maka yang terjadi adalah Dewa akan menghukumnya.             Cia menghembuskan napasnya, saat ini ia harus pasrah menerima semuanya dengan ikhlas. Teriakan Vio membuat Cia segera menyiapkan telinganya dan berharap jika Varo salah menyebutkan namanya sehingga pernikahannya batal.         "Cia....sebentar lagi Abang ganteng bule demenan lo  sudah siap-siap ngucapin janji suci..." teriak Vio memasuki kamar Cia, yang telah didekor menjadi kamar pengantin. Kamar Cia dihiasi dekorasi bewarna putih  emas yang sangat cantik dengan taburan bunga mawar dimana-mana.         "Vio temenin Cia, Abang mau kebawah dengerin adek ipar ngucapin janji!" ucap Dewa tersenyum. Devan mencubit pipi Cia. "Dasar saudara gilaaa..." teriak Cia. "Wah....sebentar lagi ada yang ngangetin, wuh enaknya" Vio terkikik melihat ekspresi kekesalan Cia. "Makanya elo nikah tu sama Raffa" kesal Cia.         Lo nggak tahu Ci, Raffa nggak cinta sama gue  dia cinta sama lo. Gue hanya pacar bohongan, agar lo benci sama dia yang pura-pura nggak nyadari perasaan lo sama dia. Gue cinta mati sama kak Devan bahkan kami memiliki anak. Batin Vio.         Cia mendengarkan ijab kabul yang diucapkan Varo, entah mengapa jantungnya berdetak lebih cepat. Vio memeluk Cia karena merasa haru sekaligus iri. Vio iri melihat Cia bisa menikah dengan Varo. Cia menghapus air matanya yang entah mengapa menetes begitu saja. Dewa dan Devan membuka pintu dan tersenyum lembut saat melihat adiknya yang cantik sedang gugup.keduanya menggandeng lengan Cia dan membawa Cia turun kelantai satu menemui Varo. Semua mata menatap Cia dengan tatapan kagum. Cia yang tomboy berubah menjadi Cia yang sangat cantik.         Devan dan mengantarkan adiknya menuju tempat dimana Varo duduk. Varo melirik kearah Cia, tidak ada senyuman diwajahnya. Ia juga merasakan kegugupan yang sangt luar biasa saat ini. Suara penghulu meminta keduanya agar segera menandatangani berkas yang ada dihadapan mereka. Varo dan Cia diminta berdiri. Varo menyerahkan mas kawin yang ia berikan berupa seperangkat alat sholat dan sebuah kalung berlian. Cia menerimanya dengan malu-malu membuat semua keluarga mereka berteriak hebo. Cia mencium punggung tangan suaminya. Varo mencium kening Cia, membuat wajah Cia memerah.         Acara selesai Cia menyebikan bibirnya saat melihat Varo dengan cuek makan tanpa mau menawarkanya sedikit pun. Ingin sekali Cia memukul kepala Varo karena ia sangat kesal saat ini. Jika saja memukul suami itu tidak berdosa maka, Cia dengan senang hati akan memukul wajah suami tampannya itu. Varo menyadari tatapan tajam Cia “Kenapa?” tanya Varo bingung. “aku lapar, kau tahu kebaya ini membuat aku kesulitan untuk bergerak” jujur Cia. “Oooo...” ucap Varo dan memakan makanannya dengan santai. “Cia meninggalkan Varo dan segera menuju meja  prasmanan yang menyediakan banyak makanan. Cia mengambil piring dan makan sambil berdiri. Ia menggaruk sanggul yang ada di kepalanya karena merasa gatal. Cukup sekali gue nikah, ribet banget pakek ginian segala. Rambut gue gatel, mana makeupnya tebal banget...         Devan mendekati Cia, ia menepuk punggung Cia “Gila ya Dek, lihat suamimu dia nyalamin tamu nah kamu disini enak-enakkan makan” ucap Devan.         “Kakak jangan tertipu dengan sifat palsunya. Dia udah makan tadi dan nggak ngambilin makanan untuk istrinya. Itu suami yang baik?” kesal Cia.         Devan tersenyum sinis “Harusnya kamu yang sadar Dek, dimana-mana istri itu memperhatikan suaminya, kalau soal makanan kamu lah yang nyediain buat Varo!”. “Bodoh, suka-suka Cia lah, pokoknya dia ngeselin” ucap Cia dan meletakan makanannya di atas meja.         Cia melangkahkan kakinya menuju kamarnya karena sejujurnya ia sangat lelah saat ini. Cia membuka kamarnya dan segera membaringkan tubuhnya diranjang. Ia tidak peduli dengan sanggul dirambutnya yang sudah tidak berbentuk. Cia membuka mulutnya dan mulai memejamkan matanya.         Varo masuk kedalam kamar dan melihat Cia yang tertidur tanpa berganti pakaian. Ia menggoyangkan lengan Cia berusaha membangunkan namun, Cia tak kunjung bangun. Varo menghela napasnya, ia segera menuju kamar mandi. Setelah selrsai mandi Varo memakai kaos dan celana pendek. Ia  sangat lelah dan ikut membaringkan tubunya disamping istrinya.         Dua jam kemudian, Cia membuka matanya ia merasakan napas hangat berhembus tepat didepan wajahnya. Cia menatap wajah Varo dengan kesal, namun saat melihat wajah kaku itu sangat polos membuatnya tersenyum. Varo membuka matanya dan segera menjauhkan wajahnya karena terkejut, membuat Cia merasa kesal. Memang wajah gue jelek amat ya?           Cia meraba wajahnya. Varo tersenyum sinis ia segera duduk dan mengambil ponselnya dinakas.  Ia melirik Cia yang masih menatapnya tajam. “Kenapa?” tanya Varo. “Kenapa katamu? Kau itu tidak sopan kenapa kau melihat wajahku seakan melihat setan!”  kesal Cia. “Coba kau  lihat wajahmu dicermin” ucap Varo tanpa melihat kearah Cia.         Cia turun dari ranjang dan melihat wajahnya dicermin “Setannnn....” teriak Cia membuat Varo tertawa terpingkal-pingkal. Varo memegang perutnya karena merasa sakit akibat terlalu banyak tertawa. Hahaha....         Cia menyebikkan bibirnya, wajar saja Varo menertawakannya karena saat ini penampilannya sangat mengerikan. Ia seperti hantu wanita yang mati bunuh diri setelah pernikahanya digelar. disekeliling mata Cia saat ini berwarna hitam akibat eyelinernya luntur,  bibir merahnya sudah berlepotan akibat ia gosok dengan tangannya tanpa sadar, rambutnya yang disanggul rapi menjadi berantakan dan juntai melatinya telah terputus-pustus akibat ia tidur dengan berbagai macam posisi.         Cia menajamkan penglihatannya, ia berjalan ke arah Varo dan segera mendekati Varo. Cia memonyongkan Bibirnya dan berusaha untuk menakut-nakuti Varo. Varo dengan sigap mendorong tubuh Cia agar segera menjauhi dari dirinya. Namun Cia tidak menyerah, ia mendorong Varo dan duduk diatas perutnya. Clekkk... “Astagfirullah, maafkan Mama. Mama ganggu ya?” ucap Rere. “Sudah tahu ganggu Mama pakek acara nanya lagi!” kesal Cia.         Rere tersenyum melihat menantu kesayanganya “Maafkan Cia ya nak Varo, dia memang agresif. Mama tadinya nggak percaya kalau Cia...” “Stop Ma, Mama salah paham!” ucap Cia mendorong Rere agar segera keluar dari kamarnya. “ini semua gara-gara lo Alvaro Alexsander!” ucap Cia emosi. Brakkk...         Cia menutup pintu kamar mandi dengan kasar. Varo tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya. Istrinya? Ia ingin tertawa karena wanita aneh itu adalah istrinya. ***               Akhirnya setelah akad nikah tadi pagi, malam ini adalah resepsi pernikahan Cia dan Varo. Ada ribuan tamu undangan yang merupakan kolega kedua keluarga dan  beberapa artis dan aktor asal indonesia bahkan luar negeri yang datang untuk memeriahkan pesta pernikahan Cia dan Varo. Varo merupakan pengusaha muda yang dihormati dan disegani. Banyak wanita yang terpesona akan kekayaan dan popularitas yang dimiliki Varo. Namun Alvaro Alexsander memiliki sifat cuek, angkuh dan dingin sehingga banyak perempuan dari berbagai kalangan mundur untuk mendekati Varo.  Hanya satu wanita yang pernah digosipkan  menjadi pacar dari seorang Varo yaitu  Fairis Danubrata. Seorang atris dan model yang selalu menemani Varo ke acara-acara penting perusahaannya.         "Selamat Cia...samawa doakan ya supaya kita cepat menyusul" ucap Vio melirik Raffa yang ada disebelahnya. "Cia, aku akan selalu mendukung kebahagiaanmu Kakak iparku" ucap Raffa memeluk Cia. "Makasi" jawab Cia pelan dan menatap Raffa sendu. "Kak...jaga dia Kak, jangan sakitin dia" Raffa memeluk Varo. Varo menganggukan kepalanya dan menatap Raffa datar.         Seorang wanita berjalan dengan percaya diri, ia menatap kearah Cia dan Varo. ia tidak ingin memberikan selamat kepada keduanya. Wanita itu menghapus air matanya yang terus menetes melihat laki-laki yang ia cintai bersanding dipelaminan. Dia Fairis Danubrata seorang wanita yang sangat mencintai Alvaro Alexsander.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD