Chapter 2

999 Words
Jika cinta itu tulus adanya, kenapa dengan semudah itu terbagi? ***** Tanaya mengantarkan kepergian Daniel sampai depan pintu yang merupakan rutinitasnya semenjak dia resmi menjadi istri Daniel. Menerima ciuman singkat Daniel pada kening dan juga bibirnya, meskipun hatinya mengalami masa sulit. "Kamu jangan terlalu capek, kalau aku belum pulang jangan ditungguin, langsung tidur aja" Kenapa aku nggak boleh tungguin kamu? Apa sesibuk itu kamu sama sekretarismu itu? Saat itu Tanaya hanya ingin menyeruakan apa yang hatinya inginkan, yang sayangnya hanya bisa dipendamnya. ~~~~~ Tanaya menyibukkan dirinya pada tontonan ditelevisi untuk membunuh waktu yang berjalan lambat untuknya kali ini. Meskipun matanya tertuju pada layar televisi tapi pikirannya bercabang entah kemana yang hanya menuju ke satu orang yaitu Daniel, suaminya. Setelah kepergian Daniel, Tanaya kembali menangis untuk kembali meluapkan sakitnya yang sama sekali tidak berkurang. Jika dulu, saat orang dari masa lalunya meninggalkannya yang membuatnya terpuruk berminggu-minggu, Daniel yang merupakan sahabatnya yang selalu menghiburnya dan menjadi sandaran untuknya, tapi kali ini Daniel lah orang yang membuatnya sakiy, mana mungkin dia menceritakannya pada Daniel. Mungkin, alangkah lebih baik Tanaya menyimpan semua kepedihannya sendiri. Bukan hanya untuk menjaga pernikahannya, tapi juga menjaga agar kedua keluarganya tidak ada yang mengetahuinya. To; My Husband Siang ini aku ke kantor kamu ya. Kita makan siang bareng. Sepuluh menit Tanaya menunggu balasan yang tak kunjung datang. Jika biasanya setiap lima menit sekali Daniel menghubunginya sekarang justru perlahan mengabaikannya. Tapi Tanaya tidak peduli, dengan semangat dia memasak makan siang untuknya dan juga Daniel nanti. Mungkin saja Daniel kembali menyatukan hatinya hanya untuknya yang saat ini sudah terbagi pada orang lain. Padahal jika mengingat perjuangan keduanya dulu tidaklah mudah, semuanya penuh rintangan. Tanaya yang mencintai orang lain dan mengabaikan Daniel yang sudah mencintainya sejak lama dan setelah kepergian cinta masa lalunya Daniel langsung menghibur Tanaya dan kembali membuat Tanaya menjalani hidup dengan semangat. Semua itu belum juga sanggup membuat Tanaya berpaling tapi lama-kelamaan perasaan untuk Daniel tumbuh dan semakin berkembang hingga sekarang. Sampai saat hati Daniel yang mungkin telah terbagi, Tanaya tetap mencintai Daniel sama besarnya seperti dulu. Mungkin ini balasan untuknya karena dulu hatinya pernah tertuju pada pria lain dan menyakiti Daniel, sekarang gantian dia yang merasakannya. Tanaya memastikan masakan yang sudah ditaruhnya didalam kotak makan yang menggiurkan. Dalam hati bersorak bangga pada masakan yang sudah dibuatnya sendiri. Tanaya bergegas kekamarnya bersiap diri untuk pergi ke kantor Daniel karena waktu yang hampir menunjukkan waktu makan siang. ***** Tanaya masuk kedalam gedung kantor Daniel yang langsung disambut senyuman ramah sang resepsionis yang sudah lama dikenalnya. "Pagi, bu" Tanaya membalas sapaan itu dengan senyumannya sebelum meneruskan langkahnya. Sejak dirinya menikah dengan Daniel, Daniel yang memang pemilik perusahaan meneruskan ayah mertuanya langsung mengenalkannya pada karyawannya sehingga dia dikenal sebagai istri Daniel dan disegani oleh para karyawan Daniel. Tanaya masuk kedalam lift dan berpapasan dengan Ares, pemuda yang dikenalnya sebagai sahabat sekaligus saudara sepupu suaminya. "Ngapain lo kesini?" tanya Ares pada Tanaya. "Mau ngajak Daniel makan siang bareng" Tanaya mengangkat tas yang berisi kotak bekal ke hadapan Ares. Ares melihat plastik yang dipegang Tanaya dan wajah Tanaya secara bergantian sebelum memandang Tanaya dengan raut wajah tidak terbaca. "Daniel beruntung dapet istri kayak lo" Tanaya tidaklah bodoh, dia tau selama ini Ares juga menyukainya sehingga dia dan Daniel pernah bertengkar hebat karena Ares yang mendekatinya disaat hubungannya dan Daniel yang terbilang baru. Tanaya kira setelah sekian lama dia tidak bertemu Ares maka perasaan Ares pun akan berubah tapi ternyata tidak sampai hari ini Ares selalu menatapnya dengan pandangan kesakitan. "Lo sendiri mau ngapain kesini?" tanya Tanaya mengalihkan topik pembicaraan, dia tidak ingin membuat Ares sakit hati dengan membicarakan tentangnya ataupun Daniel. "Ketemu sepupu b******k sekaligus sahabat sombong gue itu" jawab Ares terkekeh saat mendapat delikan kesal dari Tanaya. "Orang yang lo katain b******k plus sombong itu suami gue" sewot Tanaya tidak terima. "Yaudah gue minta maaf, bercanda tadi. Yuk, ke ruangan Daniel bareng" ajak Ares dan Tanaya pun mengikutinya. Tanaya sampai kedepan ruangan Daniel yang tertutup, dan meja khusus sekretaris didekat pintu ruangan Daniel pun kosong. "Kemana sekretaris Daniel yang bohay itu?" gumam Ares pelan. Ares tidak menyadari perubahan raut Tanaya, entah kenapa firasatnya tidak enak. Sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi. "Kenapa ngelamun?" Tanaya tersentak saat Ares menyenggol bahunya pelan. "Nggak, nggak kenapa-napa" balas Tanaya sedikit kaku. "Kalau gitu kita terobos aja kedalam, si Daniel gila kerja itu mungkin aja lagi asik pacaran sama kertas-kertas didalam" Ares kembali melangkah didepan Tanaya, langkah Tanaya tidak lagi bersemangat seperti awal memasuki gedung ini, justru sekarang dia merasa takut. "DANIELLLL!!!" Suara teriakan Ares memenuhi ruangan kerja Daniel saat melihat sekretaris Daniel duduk diatas pangkuan Daniel dan berciuman dengan mesra. Dengan langkah lebar, Ares mendekati Daniel lalu menarik kerah kemeja Daniel untuk berdiri sehingga Adisty -Sekretaris Daniel- ikut berdiri dengan tampang berantakan. Tanaya membeku didaun pintu, raganya seakan terlepas dari tubuhnya melihat pemandangan yang tidak disangkanya terjadi didepan matanya. "Ngapain lo sama sekretaris b******k lo itu, hah?!" Ares mengeratkan cengkraman tangannya, Daniel hendak menyela saat lagi-lagi Ares berteriak marah. "Nggak sadar kalau lo itu b******n! Selingkuh sementara lo udah punya istri!" Saat itu juga, tubuh Daniel menegang melihat Tanaya yang menatap kearahnya dengan pandangan kosong. Dengan cepat Daniel melepaskan cengkraman Ares lalu berjalan tergesa mendekati Tanaya yang mematung. Dan saat itu juga lah Ares menyadari keberadaan Tanaya yang sempat terlupakan karena amarahnya. Bergegas Ares pun mendekati Tanaya dan juga Daniel, sementara Adisty sudah keluar entah kemana, tidak ada yang peduli lagi. "Tanaya, ini--" Daniel menahan nafasnya saat Tanaya mundur ketika dia hendak memegangnya. "Aku bisa jelasin semuanya" kata Daniel lagi sedikit memohon. Tanaya menggelengkan kepalanya dan menatap Daniel tidak percaya. "Kamu jahat!" hanya itu, satu kata yang mampu membuat tubuh Daniel melemas. Saat wanita yang dicintainya berkata membencinya. "Aku--" "Aku nggak butuh penjelasan kamu lagi!" setelah itu, Tanaya berlari dengan airmata yang berlinang. Ares mencegah Daniel yang ingin mengejar Tanaya. "Lo itu b******n! Gue ikhlasin Tanaya sama lo biar Tanaya bahagia tapi lo malah nyakitin dia! b******k lo!" Setelah melayangkan satu tinjuan dirahang Daniel, Ares berlari mengejar Daniel yang terdiam membeku. Menyadari semua adalah karena salahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD