Over Zavier

1016 Words
Karena gertakan dari Alexander, Philip harus segera mencari keberadaan si Bloody Rose itu untuk menyeretnya dalam sebuah pernikahan yang sakral. Jujur, dia membenci sebuah komitmen, terlebih adalah pernikahan dengan seorang wanita yang menurutnya hal yang tabu. Sebelum mencari keberadaan dari si Bloody Rose itu, Philip terlebih dahulu menemui Zavier untuk membicarakan mengenai ini. Dia berangkat dengan kendaraan pribadinya, kemudian menuju ke tempat dimana Zavier tinggal. Tak lama, kendaraan yang ditumpangi oleh sang mafia sampai disebuah bangunan megah bergaya ala eropa dengan sebuah menara disisi kirinya. Dia ingat betul, terakhir kali berkunjung kemari adalah satu tahun yang lalu. Sebelum kematian dari Madona-Ibu Zavier, mereka sering menghabiskan waktu bersamanya berada disini. Philip melupakan sejenak kenangan - kenangan yang terukir karena sebuah takdir, dan mulai melangkahkan masuk menuju ke dalam hingga dia dihadapkan dengan sebuah pintu besar dengan bell yang berada disisi kiri pintu. Tak membuang waktu lagi, Philip menekan bell tersebut, dan menunggu seseorang membukakan pintu untuknya. Krek! Pintu besar itu melebar kesisi kanan dan juga kiri. Menampilkan seorang pria dengan pakaian bangsawannya dengan topi yang familiar sekali dimata Philip. Namun, setelah melihat Philip, pria itu mencoba menutup kembali pintunya, seolah tak membiarkan pria itu bisa menginjakan diri dirumahnya. "Zav! Dengarkan aku!" bentak Philip dengan menahan pintu agar tak merapat kembali. Pria bernama Zavier, menatap tak suka kearah Philip dengan d**a yang naik turun terkadang dengan tak seiramanya. Dia mengeratkan cengkraman pada ganggang pintu, dan kemudian melepaskan tangannya dengan kasar. "Zav dengarkan aku dulu.." pinta Philip. Zavier seolah tak ingin mendengarkannya. Dia merasa muak, karena siapapun dapat mengetahui dari raut wajah tampannya. "Kau mau beralasan apa lagi Philip, aku mendengar dengan kedua telingaku, bahkan jutaan pasang telinga mendengar berita mengenai sebuah perjudian yang kalian lakukan, antara kau dan juga si Bloody Rose itu!" kata Zavier tegas. "Ayolah, dengarkan aku sekali saja. C'mon, percayalah kali ini saja denganku, jangan dengarkan suara apapun yang mencoba masuk dan memenuhi pemikiranmu Zav." Zavier menaikan tangannya memberi batasan untuk sang mafia, dan memundurkan langkahnya. "Aku mempercayaimu selama ini, tetapi.. kau malah membuatku begitu kecewa dengan berita pernikahan kalian. Aku sungguh muak sekali Phi." Philip menghela nafasnya, kemudian dia meraih tangan kekar dari Zavier. Dia mencoba menautkan tangannya dengan tangan pria itu. Karena tak ada penolakan, meski wajah pria itu tak ingin menatapnya, Philip masih berusaha meyakinkannya. "Pernikahan memang sebuah hadiah yang pemenang itu inginkan. Tapi, dia yang menginginkan sebuah hal konyol. Bukan aku!" Zavier mencoba memberontak untuk melepaskan tangannya. Tapi Philip mencengkramnya dengan keras. "Dengarkan aku! Dari dulu hingga sekarang, tak ada gairah hanya untuk sebuah wanita. Kau tau itu, aku hanya b*******h hanya bersama dirimu Zav. Meski wanita lain pun melepas seluruh pakaiannya untukku, tapi aku hanya akan merasa berdiri hanya untukmu. Karena aku mencintaimu, Zavier!" Zavier menjadi luluh mengenai pernyataan dari Philip. Pria itu tau, jika kekasihnya tak membodohinya, dengan tiba - tiba menginginkan sebuah pernikahan. Philip menggiring Zavier menuju sofa, dan mengajaknya berbicara dengan tenang. "Kamu harus paham apa yang terjadi disini, aku harus menikahi Bloody Rose, atau kamu akan mati. Lalu pilihanmu apa?" tanya Philip. "Kau tidak waras Phil! Bagaimana bisa kamu mengorbankan nyawaku, untuk permainan bodoh judimu?" tanya Zavier tidak percaya. "Bukan aku, tapi ayahku!!" Zavier membeo mendengar penuturan dari mulut kekasihnya. Jadi, bukan Philip yang melakukan semuanya, tetapi dia terpaksa karena harus menyelamatkan nyawanya. "Si pria tua itu malu, karena aku telah dikalahkan dalam meja judi. Dia juga malu, karena aku menjadi pergunjingan warga desa karena seorang mafia yang tak menempati janjinya. Lalu, dia memintaku membawa Rose sebagai istri, atau kau akan dibunuh olehnya. Lalu, aku harus biarkan nyawamu menjadi taruhannya Zav?" Zavier hanya diam saja. Dia mencoba mencerna semua ucapan yang dia dengar dari mulut kekasihnya. "Aku mohon pahamilah, aku mencintaimu. Tapi, aku tak bisa membiarkanmu tewas ditangan Ayahku." Dengan berat hati, Zavier menatap Philip. Dia menatap kekasihnya dengan sendu, "Jika itu memang keputusan yang terbaik, aku memang harus memerimanya," kata Zavier pasrah. "Terimakasih," kata Philip dengan tersenyum. "Itu tandanya, kamu memulai kehidupanmu dengan seorang wanita bukan? Mulai biasakan dirimu dengannya nanti, dan lupakan kita. Belajar menerima istrimu nanti, mungkin aku juga akan mencari kehidupanku sepertimu kelak," kata Zavier dengan bijak. "Terimakasih Zav, mungkin ini hari terakhir kita bersama." "Ya, tentu. Kita bisa menjadi teman mungkin?" "Ya, teman." ***** Bloody Rose, sang ratu pejudi itu semakin menancapkan taringnya dengan memenangkan judi sehari yang berlimpah. Dia semakin terkenal, setelah mengalahkan seorang Philip Alexander dan meminta untuk sebuah pernikahan. "Apa jika aku menang, aku bisa meminta hadiahku?" tanya seorang pria bangsawan yang bernama Robert. "Tentu," kata Rose dengan sangat santainya. "Tapi, jika angka kartumu bisa lebih tinggi dari milikku, Tuan Mohwe," lirih Rose lebih seperti berbisik. Dia sangat tau, jika tak akan ada orang yang bisa mengalahkannya diatas meja judi. Dia bisa dengan mudah tau, berapa kartu yang dibawa oleh sang lawan. Beberapa orang melakukan kecurangan, ingin ambisi mengalahkan Rose. Tapi, wanita itu tau, dan melakukan kecurangan juga. Jika tadinya kartu yang seharusnya menjadi milik Rose ditukar secara tak kasat dipengelihatan Rose. Maka, Rose juga bisa menukar dua kali lipat jumlah angka tertinggi kartu lawan menjadi miliknya dengan kedipan mata. Rose membuka kartunya, dan tersenyum menyeringai, "Lagi - lagi aku memenangkan judi ini Tuan Robert," kata Rose dengan nada tertawanya. "Wow, itu sangat hebat. Aku bahkan tidak menyangka kau pejudi yang hebat Rose," puji sang Mafia. "Aku hanya beruntung saja, tidak ada yang spesial dari sebuah keberuntungan bukan?" "Baiklah, aku ingin memenuhi hadiahmu." "Hadiahku? Aku hanya ingin tau, apa hadia yang kau minta jika kau menang tadi? Katakan didepanku sekarang.." Robert tersenyum, "Jika aku memenangkan tadi, aku menginginkan meminangmu. Aku rasa daya pikatmu, hanya membuat pikiranku menjadi selalu terarah kepadamu Rose. Makanya, aku berusaha untuk mengalahkanmu, tapi.. nyatanya tak semudah itu," katanya terkekeh. "Kau pria yang baik Tuan Roberts, diluaran sana banyak wanita muda yang selalu mengagumimu. Jangan menjadi terlalu pusing." "Tentu." "Mungkin memang Tuhan tau, karena aku tidak menikah dengan pria yang baik - baik. Karena aku ditakdirkan menikah dengan pria b******n Tuan Roberts.." Rose mengepal, dia teringat bagaimana Alexander membantai keluarganya dulu. Ayah, Ibu, bahkan adiknya yang masih bayi dia bunuh dengan brutalnya. Maka, dia akan membalas semuanya nanti.. Akan dia balas dengan lebih pedih dari apa yang dia lakukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD