Kiss

1204 Words
Rose, menjalani hari - harinya dengan sangat bahagia, sebagai penghisap uang dari para mafia, wanita itu mampu mengahasilkan kertas - kertas yang sebenarnya tak dia butuhkan sama sekali. Rose membuka kartunya dan menyeringai, lagi - lagi dia memenangkan sebuah tantangan yang diberikan para mafia kepadanya. Membuat dia selalu pulang, dengan tangan yang tidak kosong.  Dengan berat hati, para pria yang berada bersama Rose disebuah meja judi harus menahan rasa pahitnya menahan malu dan melepas pundi - pundi yang dia miliki. Nama Rose lebih terkenal, setelah mengalahkan seorang Philip Alexander dimeja judi. Meski semua orang tak mengetahui paras dari seorang Bloody Rose, tapi.. entah kenapa, Rose memiliki daya pikat tersendiri untuk para lawan jenisnya, mereka begitu terpesona dengan sosok Bloody Rose yang sangat keren dan juga memukau untuk mereka. "Bloody Rose memenangkan lagi, dan semakin melejit namanya." "Iya, bahkan aku yang tadinya tak tau, menjadi tau karena namanya sering dibicarakan oleh para pelangganku." Para wanita penghibur di Casino, membicarakan seorang wanita di balik jubah merahnya. Ada tatapan kagum, dan segelintir tatapan iri dengan seorang Bloody Rose. Rose, kemudian berdiri dan mengambil uang yang dia dapatkan dari hasil berjudi, lalu menemui wanita yang sedang berbisik tentangnya sebelumnya, dan dia melemparkan uangnya kepada wanita itu, membuat wajah keduanya kaku melihat apa yang Rose lakukan. "Jika kau ingin bergosip tentangku, maka bercerminlah, siapa aku.. dan juga siapa kamu. Mulut manismu ini bisa saja aku robek dengan mudahnya." Rose berjalan begitu saja lalu meninggalkan Casino ini. Saat dia akan meninggalkan Casino, seseorang menghadang jalannya membuat Rose menyeringai saatmelihat sepatu yang terlihat familiar di pengelihatannya. "Bloody Rose, ikutlah aku!" kata pria itu dengan penuh penekanan. Rose dengan santai mengikuti pria itu membuntutinya. Sampai diluar Casino, Rose mulai membuka mulutnya. "Aku tau, tanggal berapa yang kau inginkan, Philip Alexander.." Philip mengepalkan tangannya dengan kesal, dia merasa wanita itu seperti cenayang saja yang sudah bisa membaca semua yang akan dia ungkapkan, yang masih berada diotaknya. "Secepatnya, karena aku tidak ingin melawan perintah dari Ayahku." "Dan syarat apa yang kau inginkan Tuan Philip sebagai pernikahannya?" tanya Rose dengan menyeringai. "Aku tidak menginginkan apapun karena aku sudah memiliki segalanya, tidak ada yang aku inginkan darimu," kata Philip dengan sombongnya. "Yakin?" tanya Rose untuk memastikan lebih yakin dengan jawaban pria itu. "Tentu! Aku tidak ingin apapun. Memang apa yang bisa aku dapatkan dari wanita sepertimu, tidak ada." "Bagaimana jika aku mengganggu Zavier? Apakah itu tidak masalah juga untukmu Tuan Philip?" tanyanya. "Bagaimana kau bisa mengetahui tentang Zavier? Apa kau cenayang yang tau semua apa yang berada didalam otakku?" tanya Philip tidak suka. "Tentu, aku bukan seorang cenayang, tetapi.. aku tau lebih dalam tentangmu. Semuanya, termasuk apa yang tidak akan pernah kamu ketaui." Rose berjalan begitu saja keluar dari Casino tanpa mengidahkan seorang Philip. Philip berdecih melihat wanita itu yang pergi menjauh begitu saja. "Wanita yang aneh," gumam Philip. Pria itu kemudian menyusul Rose, dan membawa Rose menuju kepada Ayahnya, Alexander. Didepan pria itu Rose mengeraskan rahangnya dibalik jubah merah yang dia gunakan. Philip tak mengetahuinya, jika wanita itu merasakan kegelapan yang ada didiri Rose saat ini. Yang Philip tau, Rose wanita yang dingin dan aneh, dia tak banyak menerka - nerka mengenai wanita yang baru saja dia temui di Casino beberapa hari lalu. Alexander yang melihat kedatangan Rose tersenyum senang, dan menyambut hangat mereka, "Selamat datang di tempatku, semoga kau akan suka setelah melihatnya.. Karena, nantinya, kau juga akan menjadi bagian dari kami.." kata Alexander dengan senyum yang sangat hangat. Rose menampilkan senyuman palsunya, "Tentu.. Tentu  saja aku akan sangat nyaman di tempatmu, Tuan Alexander." "Phil, Tunjukan Rose kamarnya sekarang. Mungkin dia sangat lelah karena perjalanan yang sangat jauh." Rose membungkukan badannya dan menarik gaunnya dibalik jubah, "Terimakasih Tuan Alexander, sebuah kehormatan aku bisa mendapat pelayanan yang baik dari Tuan Alexander.." "Tidak masalah, Philip yang akan mengantarkanmu ke kamar." Rose mengikuti Philip sesuai dengan perintah dari pria itu. Dia sampai di sebuah kamar, yang sangat besar lebih besar tiga kali lipat dari kamar miliknya, dan membuat Rose tersenyum lebar. "Ini kamarmu, sebelum pernikahan.. Mungkin kau akan tertidur disini, aku tidak akan mengganggumu, aku akan pergi." "Baiklah," kata Rose pelan. Setelah Philip meninggalkan Rose yang sendirian dikamar, wanita itu duduk diranjang sambil mengelus sprei miliknya. Dia membuka jubahnya dan menatap dirinya dicermin. Tangannya yang dia gunakan menggenggam mawar merah dia lepaskan mawar tersebut untuk memegang wajahnya sambil menatap cermin. "Wajah ini.. wajah yang akan selalu mengingatkan kamu mengenai artinya kehancuran Alexander, aku tidak akan melakukan dengan ceroboh, karena ini kesempatan terbesarku untuk melenyapkan kamu.. Bertahap, aku akan mulai membuatmu sadar, jika wanita yang kau masukan ke dalam kandangmu, adalah musuhmu sendiri. Dan musuhmu ini akan siap untuk menerkam, dan membahayakan nyawamu setiap saat." ***** Malam hari, Alexander mengadakan pesta besar - besaran menyambut menantu keluarganya. Semua tersedia dengan meriah, karena ini bukan sebuah pesta biasa, melainkan sebuah pesta yang diadakan oleh mafia besar penguasa jajaran diatas para mafia untuk menyambut calon menantunya, yang akan segera menjadi bagian keluarganya. Ada hal yang berbeda untuk Rose kali ini. Wanita itu, kali ini tidak mengenakan jubah merah yang biasa dia gunakan, tetapi wanita itu mengenakan sebuah gaun berwarna merah marun dengan sebuah bordir bunga merah didada kanannya, dan juga berlapis emas. Gaun ini, disiapkan oleh Alexander, melalui pelayan yang akan memperhatikan Rose dikediamannya. Selain mengenakan gaun cantik yang berbeda, Rose juga memperlihatkan wajahnya, meski tertutup oleh cadar berwarna merah dipadukan dengan gaun yang sangat cantik dilapisi oleh permata birunya. Rose turun ke bawah untuk menyapa hangat seluruh bangsawan yang hadir, dan memperlihatkan keindahannya yang sesungguhnya kepada mereka semua, semua orang terpukau dengan penampilan, dari Bloody Rose yang biasa dia lihat hanya dengan jubah. Mereka kali ini melihat secara langsung rambut panjang hitam sang penghisap uang, rambut yang sangat panjang dan diikat satu keatas, dan diberi hiasan rambut berupa jepitan cantik yang berlapis emas. Mata milik Bloody Rose, berwarna hijau meneduhkan, seperti pohon yang seolah menghipnotis siapapun yang melihatnya.  Philip yang berdiri dengan tampannya, bajunya sepada dengan warna yang Rose pakai, yaitu merah marun. Entah, sang Ayah yang sengaja melakukannya, atau tidak, Philip menyadarinya, jika dia sangat serasi sekali dengan Rose malam ini. Alexander menyenggol bahu putranya, seolah memberi kode bahwa sang putra harus menggandeng menantunya saat ini. "Pergi, dan perlihatkan kesan baik untuk semua orang, mengerti?" lirih Alexander. Dengan malas, Philip menuju dekat tangga dan mengulurkan tangannya untuk seorang Blood Rose. Rose, yang melihat menyambut tangan Philip dan menyeringai senyuman, "Apa kali ini, aku membuatmu waras dan terpesona dengan seorang wanita Tuan Philip?" Philip memutar bola matanya, "Terpesona? Bahkan aku melihatmu dengan tatapan biasa, lihatlah, apakau melihat tatapan berbinar seperti disebuah film? Tidak bukan? Ayo!" Dengan sedikit menarik Philip membawa Rose turun dari tangga, meski jalan Rose harus terseret karena ditarik oleh Philip, dia mampu mengimbangi Philip. Mereka berdrama didepan semua orang, seolah sebuah pasangan yang sangat sangat bahagia sekali. Philip membawa tangan kiri dari Rose memeluk lengan kekarnya, membuat semua tekesan dan iri dengan mereka berdua. Melihat drama yang dilakukan oleh Philip, Rose mengikutinya. Dia mendekat dan menaruh bibirnya di telinga Philip dan berbisik, "Aku akan memberikan kejutan malam ini, sehingga akan menjadikan sesuatu yang akan selalu diingat oleh semua orang.." Philip mengerutkan keningnya, dan menatap sang Bloody Rose dengan heran, "Apa yang kau rencanakan?" Rose menyeringai dibalik cadarnya, dan mendekat ke wajah Philip membuat pria itu menahan nafasnya berada didepan wajah Rose yang kini sudah berjarak hanya beberapa centi saja. Rose mengangkat cadarnya sedikit hingga bibir merah merona Rose dapat Philip lihat jelas, lalu tak lama bibir itu sudah berada di bibir Philip. Dan seruan dari beberapa orang membuat Philip membelakan mata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD