Chapter 15 : Perubahan

1016 Words
Perlahan-lahan, tubuh Karel yang tadinya terapung, tenggelam. Seketika Vilas membelalakkan mata setelah melihat itu, lalu tersenyum setelah beberapa saat. Ia dengan tenang mengembuskan napas lega, seolah sebuah beban sudah terangkat dari bebannya. Putri Rosemary melirik sesaat pada pria itu. “Hei, Vilas, apa yang membuatmu lega?” Sejenak Vilas menoleh, kemudian kembali mengarahkan pandangan ke arah air terjun. “Akhirnya dia berhasil mengalahkan dirinya sendiri,” ucap Vilas. “Mengalahkan dirinya sendiri?” “Mungkin yang dia maksud adalah latihan khusus pada orang-orang istimewa,” mendadak Tetua Frank menyela. Vilas melirik ke belakang kala mendengar nada suara Tetua Frank yang sepertinya berubah. Ingin rasanya ia segera menghajar mulut pria tua itu, tetap ia mengurungkan niat tersebut dalam-dalam sembari melirik ke arah Karel. “Latihan apa yang Anda maksud?” Putri Rosemary masih saja bertanya. “Itu adalah latihan bagi orang-orang yang memiliki kutukan dalam dirinya.” Vilas menatap sinis Tetua Frank. “Apa aku salah, Tetua yang bijaksana?” “Apa-apaan ekspresi wajahmu itu!” Tetua Frank seketika naik pitam. “Ekspresi ini jauh lebih baik dari ekspresi menjijikan Anda beberapa saat lalu.” Tanpa memedulikan apa yang akan terjadi selanjutnya, Vilas mengalihkan pandangan lagi. “Kau ....” “Cukup!” Langsung saja Putri Rosemary turun tangan, menghentikan Tetua Frank sebelum melancarkan serangan. “Sebaiknya Anda pergi dari sini ....” “Tapi, Putri ....” “Pergi.” Nada ucapan Putri Rosemary berubah menjadi tenang, tetapi sangat menusuk. “Baiklah, Putri.” Vilas melirik ke belakang, terlihat jelas kalau Tetua Frank enggan untuk pergi, tetapi juga tak dapat membantah perintah Putri Rosemary. Mengabaikan kejadian yang telah berlalu, akhirnya Vilas menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. “Maafkan pria tua itu,” ucap Putri Rosemary. “Tidak apa, aku juga tak peduli akan hal itu. Selama dia pergi, aku takkan melakukan sesuatu hal yang mengerikan padanya.” Kendati ucapan Vilas sangat tenang, tetap saja terdengar jelas kalau ia sangat membenci Tetua Frank. Apakah sebelum ini ia memiliki dendam pribadi pada pria itu? Ataukah ini karena ia tak suka muridnya dianggap pendatang bencana? “Guru ....” Dari belakang, terdengar suara panggilan seorang gadis yang terengah-engah menstabilkan tarikan napasnya. Vilas melirik gadis tersebut, kemudian tersenyum tipis. “Selly, maafkan aku tidak memberitahumu kalau aku akan pulang sedikit terlambat hari ini.” Tak lama berselang, Vilas terdiam sebab teringat pada sesuatu. “Tidak biasanya kau datang mencariku?” “Siapa yang datang untuk mencarimu?” Selly menjawab dengan nada datar sembari berdiri di sebelah Putri Rosemary. “Aku hanya ingin mencari Karel. Dan ternyata dia sedang latihan. Percuma saja aku menghawatirkannya.” “Ternyata kau datang untuk kekasihmu saja ....” Dengan pasrah Vilas mengusap air matanya yang menetes. “Siapa yang kau sebut kekasihnya!” Tanpa ampun Selly menendang Vilas hingga tercebur ke sungai. Kening gadis tersebut berkerut, dan wajahnya yang memerah sempat mengeluarkan asap. “Omong-omong, kau siapa?” Selly menjadi tenang kembali sembari melirik Putri Rosemary. Putri Rosemary tersenyum sesaat, lalu menjawab, “Namaku Rosemary, teman dekat Karel.” Dia sengaja memasang senyum tipis, membuatnya terlihat menyiratkan sesuatu hal. “Hah?” Sontak Selly terkejut, tetapi kemudian tenang kembali dan berjalan pergi. “Baiklah kalau begitu, aku akan pergi duluan saja.” Gadis itu sengaja tak ingin memerlihatkan raut wajahnya sekarang ini. “Tidak kusangka kalau dia akan semarah itu.” Dengan tenang Putri Rosemary mengucapkan kalimat itu setelah Selly pergi cukup jauh. *** Perlahan tapi pasti, Karel merasakan tubuhnya tenggelam dalam air. Matanya kemudian terbuka, dan kala itu juga ia mengangkat tangan ke depan, lalu tersenyum. Ia sengaja membiarkan tubuhnya tenggelam seluruhnya, kemudian mendorong dirinya ke atas menggunakan Energi Magis. Karel merasa sedikit aneh melihat dirinya sekarang sudah dapat berdiri di atas permukaan air. Sebisa mungkin ia menahan rasa senang dalam hatinya yang membara, karena akhirnya hari yang ia mimpikan tiba. Bahkan, untuk memastikan kalau ini sungguhan, tanpa ragu ia menanpar wajahnya sendiri. “Ternyata sakit.” Perlahan Karel tidak bisa lagi menahan senyumnya untuk keluar. “Ini asli.” Akan tetapi, mendadak saja terdengar teriakan dari seseorang yang berlari ke arahnya. “Karel!” Orang itu lantas meloncat, mencoba memeluk Karel, tetapi Karel beruntung dapat menghindar. “Vilas! Apa yang kaulakukan?” Karel membiarkan Vilas tercebur dalam air. Suasana hatinya yang tadinya senang, berubah jadi jengkel. Tak berapa lama, Vilas keluar dari dalam air dan langsung mengejar Karel. “Karel, akhirnya kau sadar juga!” “Apa-apaan kau ini?” Segera Karel berlari menuju ke tepian melihat tingkah aneh Vilas. “Jangan mengejarku! Berhenti!” Menimbang Vilas sepertinya tidak akan berhenti, maka Karel memutuskan bergerak lurus ke depan, lalu melompat ke samping. Di saat itu pula Vilas belum sempat menghindar dan menabrak pohon yang ada di depannya. “Ka ... rel ....” Di atas kepala pria itu sepertinya terlihat tiga ekor burung yang berputar mengitarinya. “Haah ... haah ... hampir saja dia menangkapku.” Karel menghela napas berkali-kali sembari mengusap keringat di kening. “Hahaha, sepertinya kalian sedang bersenang-senang.” Putri Rosemary segera datang di depan Karel. Langsung saja Karel berdiri, kemudian memberi hormat dengan sedikit membungkuk pada Putri Rosemary, sambil meletakkan tangan kanan di d**a. “Maafkan atas kelakuan saya yang kekanak-kanakan tadi, Tuan Putri ....” “Jangan terlalu formal, aku jadi tidak enak.” Dengan raut wajah masam, Putri Rosemary mengayunkan tangan kanannya. Karel menyadari hal tersebut, kemudian bersikap seperti biasa. “Baik, Putri.” “Panggil saja Rose. Namamu Karel, kan?” “Tapi, Putri ....” “Panggil Rose saja.” Melihat senyum Putri Rosemary, mau tak mau Karel harus menuruti permintaannya. “Baiklah, Rose ....” “Itu terdengar lebih baik!” Akhirnya Rose berubah menjadi lebih santai. “Aku penasaran, kenapa Anda bisa di sini?” “Hmph!” Kini Putri Rosemary kembali kesal dan berbalik. “Jika kau ingin aku menjawab, maka ganti dulu cara bicaramu!” “Haah ....” Karel mengembuskan napas panjang, ternyata memang benar menghadapi seorang perempuan itu menyebalkan. “Baik-baik! Kenapa kau ada di sini? Bukankah kau seharusnya pulang? Atau kau kabur lagi? Saranku, sebaiknya kau pulang, jangan membawa masalah untuk kami.” “Apa-apaan ucapanmu itu?” “Kau menyuruhku untuk tidak sungkan, aku hanya melakukan apa yang kau suruh!” “Tapi tidak sampai memfitnahku juga! Sampai menyebutku sebagai pembawa masalah! Apa kau tidak tahu siapa aku?” “Menurutmu aku peduli? Aku hanya menjalankan perintahmu! Aku tidak salah, kaulah yang salah! Dan lagi, aku tidak memfitnahmu, ini fakta kalau kau memang pembawa masalah. Jika tidak, kau pasti sudah pulang sekarang.” Pertengkaran mereka berlangsung begitu lama, hingga matahari sudah terbenam seluruhnya. Namun, mereka tidak menyadari kalau sebenarnya ada seseorang yang memata-matai dari kejauhan, dalam bayang-bayang gelapnya hutan. Orang itu iri melihat Karel dan Putri Rosemary sangat akrab seperti itu. Padahal ia juga ingin akrab dengan Karel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD