PART 2
Jakarta..
"Yasmin , Yasmin !"
Teriakan Miko seakan tak dipedulikan oleh Yasmin , ia malah mempercepat langkahnya.
Miko berlari untuk mengejar istrinya , ia menuruni dua anak tangga sekaligus, meleng sedikit ia sudah pasti akan meluncur mulus ke lantai bawah .
Dengan langkah lebarnya , Miko berhasil menggenggam lengan istrinya .
"Mau ke mana kamu !" Bentaknya .
"Lepas !"
Yasmin berusaha melepas cengkeraman tangan Miko di lengannya.
"Mau ke mana!" Ulang Miko.
"Arisan , kayak gak tahu kebiasaanku saja kamu !"
Dengan sekali sentakan, tangan Yasmin terlepas.
Miko menggeram kesal. "Dari dulu kerjaanmu arisan melulu ! Pikirkan anak kamu ! Dia butuh kasih sayang !"
"Selalu aku , selalu aku ! Kamu juga ke mana saja ! Sibuk dengan mantan istrimu ? Iya kan !" Yasmin menunjuk-nunjuk wajah Miko .
Sudah belasan tahun , Yasmin masih saja mengungkit-ungkit masalah Miko dan Felicia.
Selalu saja saat bertengkar, Yasmin melibatkan nama Felicia.
Padahal Miko sudah berusaha untuk berubah demi dirinya , ia mencoba untuk mengikhlaskan kepergian mantan istrinya .
"Kenapa diam ? sudahlah, buang-buang waktu ku saja. " Ucap Yasmin seraya meninggalkan rumah .
Tanpa mereka sadari , sejak tadi Marsya tengah berada di ruang keluarga.
Ia mendengar pertengkaran kedua orangtuanya , sampai kapan semuanya selesai ?
Setiap harinya mereka selalu bertengkar , tanpa sekalipun memikirkan kondisi mentalnya .
Marsya memeluk kedua lututnya, ia menumpukan kepala di atas lengannya.
Lelah , beban dihatinya kapan akan berkurang?
Sudah lama sekali ruang keluarga ini kosong , tak pernah lagi ada kehangatan ketika keluarga bercengkrama.
Kosong , semua kosong .
Saat weekend seperti ini biasanya semua keluarga menghabiskan waktu bersama , lain halnya dengan Marsya .
Ia sendiri , sendiri dalam sepi .
Tak ada lagi kasih sayang untuk nya , andai saja tidak ada semangat dari Audrie teman sebangku sekaligus anak dari sepupu papanya itu mungkin kini Marsya sudah berada di rumah sakit jiwa .
Ia tak punya tempat untuk berkeluh kesah di rumah ini , semua beban ia tanggung sendiri.
Cacian , makian , pertengkaran dari kedua orang tuanya merupakan makanan sehari-hari baginya .
Mungkin ini adalah pembalasan dari apa yang telah mereka lakukan belasan tahun silam , dosa mereka kepada wanita berhati mulia bernama Felicia.
Marsya belum pernah lagi bertemu dengan Felicia , terakhir kali saat ia berumur lima tahun itupun wanita itu mengusirnya .
Marsya ingin menangis , namun tak ada lagi air mata yang mengalir .
Terlalu sering ia menangis , kini yang ia rasakan hanya sesak .
Marsya berjalan gontai , tak lagi ada semangat di hidupnya.
Lebih baik ia ke tempat Audrie saja , ia bisa sedikit mengurangi beban pikirannya dengan tingkah absurd Audrie.
Marsya mengambil kunci motor sport miliknya , lalu bergegas ke garasi tempat di mana motor itu terparkir.
Ia terbiasa naik motor itu , ketimbang motor matic yang biasa digunakan anak cewek pada umumnya .
Setelah menggunakan helm full face , Marsya memacu motornya meninggalkan pekarangan rumahnya.
Jalanan lenggang membuatnya memacu lebih kencang , ia meliuk-liuk di antara kendaraan yang melintas.
Ada kepuasan tersendiri setelah ia melakukannya , adrenalin nya seakan terpacu .
Cukup lima belas menit untuk sampai di rumah Adit papa Audrie , ia memarkirkan motor setelah seorang satpam membukakan pintu gerbang untuknya.
"Audrie !" Teriak Marsya , ia melongok ke dalam rumah lewat pintu yang terbuka .
Terlihat Audrie tengah menuruni tangga , Marsya pun masuk ke dalam rumah .
"Marsya ." Ucap Audrie ketika melihat Marsya di ujung anak tangga.
"Lo mau pergi Drie ?" tanya Marsya , Audrie sudah rapi dengan pakaian hang out nya.
"Iya sih , gue ada janji mau nonton sama mas Adam . Lo mau ikut ?" Tawar Audrie.
Marsya berpikir sejenak , Adam mantan anak tiri papanya .
"Gue gak enak sama mas Adam , jarang ketemu ." Ucap Marsya .
Memang sejak Miko bercerai dengan Felicia , Adam maupun Marsya sama sekali tidak pernah berhubungan.
Audrie mengibaskan tangannya . "Udah ikut aja , mas Adam pasti ngerti kok . Lagian elo udah ke sini , masa mau balik lagi. "
"Iya sih , ya udah deh gue ikut ."
Kini mereka tengah menunggu Adam , Adam sudah berjanji menuruti keinginan adik perempuannya itu .
Sebenarnya Audrie yang merengek minta diajak jalan weekend ini , Adam yang workaholic terpaksa menuruti Audrie .
Tiinn...tinn...
Suara klakson dari mobil Adam membuat Audrie berlari ke luar , tak lupa ia menyambar tas selempang kesayangannya yang sudah tergeletak di sova ruang tamu.
"Mas , Marsya ikut gak apa-apa kan ?"
Adam mengernyitkan dahinya , Marsya ? Diagenda hanya akan ada Audrie dan dirinya saja, kenapa mengajak orang lain?
Marsya, sepertinya Adam tak asing dengan nama itu.
"Marsya, sini. Yuk, keburu panas. " Pekik Audrie.
Marsya mendekati mereka, ia duduk di jok belakang sementara Audrie duduk di depan bersama Adam.
Adam melirik Marsya melalui kaca spion, benarkah Marsya ini anak dari mantan daddy tirinya? Biar nanti ia menanyakan kepada Audrie.
Sudah lama sekali ia tak pernah tahu kabar tentang keluarga mantan daddynya itu, ralat bukannya tidak pernah tahu namun memang sengaja ia tak ingin tahu.
Perlahan mobil Adam melaju, menuju ke bioskop tempat ia dan Audrie biasa nonton.
*****
Di tengah film yang ia tonton , Adam sama sekali tak fokus dengan film itu.
Ia terus saja melirik ke arah Marsya duduk, Adam penasaran kenapa wajah Marsya terlihat murung.
Saat tertawa pun sepertinya banyak beban yang ia tanggung , Adam menghela napas panjang kenapa ia jadi memikirkan anak gadis ini?
Selesai menonton film , Audrie masih mengajak Adam memutari mall .
Kesempatan baginya untuk morotin kakaknya ini , mumpung orangnya mau diajak jalan .
Audrie meminta Adam mentraktirnya makan , membelikannya baju , pokoknya hari ini Audrie akan menguras banyak uang Adam .
Audrie mau memberitahu cara kakaknya untuk menghabiskan uang dan cara memanjakan wanita , menurutnya hidup kakaknya ini terlalu lempeng.
Nge-mall jarang , kencan apalagi. Pacar aja lelaki itu tak punya , payah sekali Adam itu .
Pekerjaan mapan , wajah tampan , selama umurnya 23 tahun ia belum pernah merasakan pacaran.
Entah Adam terlalu pemilih apa memang ia belum mau berkomitmen , karena sampai saat belum ada tanda-tanda memiliki teman dekat .
Ah , Audrie kenapa kamu jadi mikirin nasib kakakmu .
Yang penting sekarang Audrie akan mengajak Adam belanja sepuasnya , ke toko sepatu lalu habis itu ke toko aksesoris.