bc

BROKEN HOME

book_age16+
746
FOLLOW
6.3K
READ
contract marriage
arranged marriage
arrogant
badboy
CEO
K-pop
drama
like
intro-logo
Blurb

“Ayah , aku tak pernah mengenalmu. Tanpamu , aku masih bisa hidup. Bagiku ,mami adalah segalanya.”

Pratama El Denis Pramudya

Pratama el Denis Pramudya sudah terbiasa sejak kecil tanpa sosok ayah yang jadi panutan dalam hidupnya , ia besar dengan kasih sayang yang diberikan oleh Mami dan Adam – kakaknya.

Denis kembali dipertemukan dengan sang ayah saat ia mengalami kecelakaan setelah berdebat dengan Adam , Miko nama pria itu.Miko mencoba memasuki kehidupan Denis beserta maminya setelah sekian lama tidak pernah ada kabar berita. Sementara Miko kini telah memiliki istri dan seorang putri.

Kehidupan Miko dan istrinya jauh dari kata harmonis, membuat Miko rela menukar segalanya demi kembali bersama mantan istrinya termasuk kebahagiaan sang putri yang selama ini juga hidup dalam tekanan atas apa yang telah dilakukan oleh kedua orangtuanya dimasalalu.

chap-preview
Free preview
PART 1
PART 1    Denis baru saja turun dari panggung kecil yang ada di cafe, cafe yang sudah dirintis saat Denis masih berusia satu tahun oleh sang mami untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka . Setiap satnight seperti ini Denis selalu menghibur pasangan muda-mudi yang mengunjungi cafe . Di kalangan remaja seusianya , Denis memang dikenal sebagai vokalis dan banyak sekali penggemarnya dari kalangan remaja putri . Bersama Rama dan Devan , Denis membuat band bernama The Begundals . Band indie asal Semarang ini sudah berkeliling dari cafe ke cafe , membuat nama mereka melejit meski hanya beberapa bulan di bentuk . Lagu-lagu the Begundals banyak cerita tentang anak-anak korban broken home seperti Denis , menurut Denis ia dapat menyalurkan kekesalannya terhadap seorang lelaki yang seharusnya ia panggil ayah . Namun Denis sama sekali tak ingin menganggapnya sebagai anggota keluarga , baginya cukup mami dan kakaknya Adam saja lah keluarganya. “Nih minum , pasti Lo berdua capek kan “ Denis menyodorkan dua gelas milk shake kepada Devan dan Rama , ia tahu dua sahabatnya itu kehausan . Devan mengaduk minumannya , lalu menyeruputnya sedikit. “Satnight besok manggung di MIKO’S CAFE kan ?” Kata Devan . Denis mengedikkan bahu. “Iya , tapi kayaknya gue sibuk deh . Mau UTS. “ Rama menyonyor kepala Denis “Sok-sokan Lo , emang dari kelas satu Lo pernah belajar ?” Denis mengeluarkan cengiran kuda andalannya “Ya enggak sih , tapi kan gue selalu ranking satu . Hahaa” Ucap Denis bangga. Memang , remaja kelas XI di SMA 3 SEMARANG itu selalu juara kelas meskipun ia malas belajar . Entah dapat ilmu dari mana dia , padahal ia juga sering sekali tidur dalam kelas . “Percaya deh , elo mah memang gini ..” Rama mengangkat kedua jempolnya. “Kalian berdua gak mau balik sekarang ? Gue mau sekalian kumpul sama anak-anak nih , ikut gak ?” Kata Denis . “Boleh deh , numpang mobil Lo ya. “ kekeh Devan . “Iya , gue pamit sama mami dulu.” Denis menuju tempat Felicia , maminya terlihat sedang sibuk di depan mesin kasir. “Mam , Denis ngumpul sama anak-anak ya . Sekalian ambil sovenir, biar besok aku kirim ke mas Adam.” Pamit Denis . “Jangan pulang malem-malem , tidur di mana malam ini?” Tanya Felicia. “Di rumah mam , besok aja Denis nginep di rumah mami ya . Denis pamit. “ Felicia terlihat mengangguk dan fokus kembali dengan pelanggan yang ingin membayar pesanan mereka . _____ Setelah mengantar Devan dan rama , disinilah Denis berada , di sebuah rumah petak berukuran 4x6 meter . Rumah yang ia buatkan untuk anak-anak jalanan , ia merasa iba dengan anak-anak itu . Sekitar lima belas anak tinggal di sini , mereka anak putus sekolah dan korban brokenhome seperti Denis . Merasa senasib , Denis akhirnya menampung mereka . Kebanyakan dari mereka berusia sama dengan Denis (16tahun ) , ada juga yang dua tahun lebih muda darinya ,rata-rata putus sekolah. Sehingga ia menyewakan guru  homeschooling bagi mereka , agar mendapat pendidikan yang layak katanya . Denis juga mengajarkan membuat kerajinan tangan berupa gantungan kunci dan beberapa kerajinan lainnya , hasilnya ia kirim ke Adam sebagai sovenir hotel milik papa Adit . Ada juga yang Denis pasarkan sendiri misalnya kepada teman-teman sekolahnya , dan juga beberapa toko sovenir di sekitaran kota Semarang. Hasilnya Denis pakai untuk kebutuhan sehari-hari mereka , tak jarang juga Denis menambahkan uang sakunya untuk keperluan Mereka. Denis merasa lebih beruntung daripada mereka , ia masih punya mami masih punya Adam. Sedangkan mereka , tak punya siapa-siapa. Kebanyakan mereka kabur dari rumah karena tidak tahan dengan perceraian orang tua mereka , jadi mereka memilih kabur ke luar kota sampailah mereka di Semarang. Denis banyak menemukan anak-anak itu di jalanan , di lampu merah. Denis dekati mereka , dan diberinya pengertian. Hingga timbul lah ide dari Denis untuk menampung mereka , di rumah petak yang kini jadi rumah singgah. Felicia juga mendukung keputusan anaknya itu , apapun yang Denis lakukan selama itu baik Felicia selalu siap mendukung. “Kak , ini hasil kita selama seminggu. Totalnya tiga ratus lima puluh.” Ucap Anto , salah satu anak yang menjadi anak asuh Denis . “Oke , ada keperluan yang habis gak ?” tanya Denis. Anto menggeleng “Masih semua kak. “ “Baiklah , kakak pulang dulu .Kalian jangan tidur malam-malam , jangan lupa kunci pintu.” Titah Denis . “Siap kak! “ Denis membawa mobilnya pulang ke rumah , rumah yang diberikan Miko sang ayah untuk maminya . Awalnya ia sempat menolak , namun sayang juga kalau rumah sebesar itu tidak ia tinggali . Pernah ia mengajak Felicia tinggal di sana ,tapi Felicia lebih memilih tinggal di rumah kecil miliknya . Sampainya di rumah , Denis membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Lelah , perlahan mata Denis mulai terpejam . _____ “Den , Aden . Sarapannya sudah siap. “ Teriak bi Parni , bibi yang sudah bekerja di rumah ini selama belasan tahun bahkan sebelumnya ia sudah bekerja saat Miko ayah Denis masih kecil . Denis yang masih bergelung di dalam selimutnya itu pun dengan malas turun dari ranjangnya , kemudian membuka pintu kamarnya . Ada bi Parni di depan kamar “Nek , Denis masih mengantuk “ Denis biasa memanggil bi Parni nenek , karena memang bi Parni seusia dengan Bu Rahma neneknya. “Tapi Den , maminya Aden tadi nelpon suruh bangunin sarapan “ ucap bi Parni. “Denis nek ,bukan Aden. “ Ralat Denis . “Gak sopan lah panggil nama saja sama majikan .” Lirih bi Parni. “Sopanin aja nek , udah ya . Denis mau bobo ganteng lagi , nanti biar Denis yang nanganin kalau mami marah .” Ucap Denis , kemudian menutup pintu kamarnya lagi . Bi Parni menghela napas pasrah , memang anak majikannya itu susah sekali jika disuruh sarapan apalagi hari Minggu seperti ini. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke dapur , membereskan pekerjaannya. ***** “Mam , Denis bukan anak kecil !” Ucap Denis sembari menyingkirkan tangan Felicia yang hendak menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya . Denis sekarang ada di rumah Felicia , maminya itu menerornya dengan puluhan panggilan di ponsel Denis meminta Denis ke rumahnya . Felicia sejak tadi memaksa Denis agar mau makan , ia takut anak bungsunya akan sakit perut. “Kamu itu susah kalau disuruh sarapan , nanti kena magh! “ Ucap Felicia kesal . “Mam , mami doain Denis kena magh ya ?” ketus Denis . Felicia menyentil pelan kening Denis , membuat Denis meringis. Bukan karena sakit , ia kaget saja dengan sentilan mendadak maminya . “Dibilangin ngeyel aja , kutuk nih jadi batu !” Omel Felicia. “Ampun mam , iya makan. “ Ucap Denis patuh . Ia mengambil alih piring di tangan Felicia , dengan berat hati ia memasukkan makanan itu ke mulutnya . “Anak pintar !” Felicia mengusap kepala Denis . “Mam..akhu thu buhan aak lima taun Agi! “ Ucap Denis dengan makanan yang memenuhi mulutnya . “Makan jangan sambil ngomong!” Denis pun mengangguk patuh . Setelah sarapan , Denis dan Felicia bercengkrama di ruang televisi. Denis menidurkan tubuhnya dengan menjadikan paha Felicia sebagai bantalannya , kebiasaan Denis sejak kecil ia memang sangat manja kepada maminya itu . Mereka menikmati acara kartun , dengan tokoh utama dua ekor ulat. Denis tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol ulat-ulat itu , terkadang ulat itu bertingkah sangat bodoh . Sesekali Felicia mengelus rambut Denis , menyisirnya dengan jari-jari lentik miliknya. Denis , anaknya kini sudah remaja . Tak terasa ia sudah bertahun-tahun melewati hidupnya dengan menjanda , namun Felicia tetap bahagia selama Denis dan Adam masih menyayanginya. “Mam, “ “Mam, “ ulang Denis . “Eh , ya ?” “Mami ngelamun ya ?” selidik Denis , ia tak suka jika maminya melamun pasti hal yang dilamunkan maminya tak jauh dari Miko . “Enggak! “ Elak Felicia. Denis menangkap kebohongan di mata maminya , ia mengubah posisinya menjadi duduk tegap di samping Felicia. Ia memeluk erat maminya. “Mam , jangan ingat-ingat lagi. Denis gak mau Mami sedih ,” Denis menumpukan kepalanya dileher Felicia , Felicia mengusap tangan Denis yang melingkar di bahunya. “Kamu jangan ngarang, mami sudah gak apa-apa . Jangan khawatir.”Ucap Felicia menghibur diri . “Tetaplah jadi strong mam  buat Denis ya mam.” Felicia mengangguk pelan. ***** Hari ini jadwal Denis berada di cafe peninggalan dari Miko , ia mengecek kondisi cafenya . “Tante !” Sapa Denis saat melihat Natasha , teman maminya yang kini jadi kepala cafenya . “Denis , baru nyampe?” Denis mengangguk . “Ada masalah gak Tan ?” “Alhamdulillah enggak sih , malah sekarang tambah rame . Banyak yang nanyain kamu , kebanyakan cewek-cewek cantik. Ciee , yang udah famous. “ Natasha mencolek dagu Denis , menggodanya . “Apa sih Tan , geli ah !” Ucap Denis bergidik . Denis melangkah keruangan yang dulu menjadi ruangan Miko , kini ruangan itu mutlak milik Denis . Tak ada yang berubah, mungkin Denis harus merombaknya sedikit agar sifat dominan Miko yang tercetak jelas di ruangan ini agak memudar . Denis menelpon kenalan maminya untuk merenovasi ruangan ini , ia ingin menjadikan ruangan ini nyaman tanpa bau-bau lelaki itu . Denis menaikkan kakinya ke atas meja , ia terkikik geli dengan tingkahnya sendiri . Sudah seperti bos besar , batinnya . Ya , bukan seperti lagi . Bahkan dia sudah menjadi bos dengan usianya belum genap dua puluh tahun , ia sudah memiliki cafe yang ramai dengan omset puluhan juta setiap bulannya . Namun baginya itu bukan sesuatu yang “WAH” , karena semua itu ia dapat dari warisan Miko bukan dari hasil keringatnya sendiri. Jika saja daddy-nya itu bukan orang yang b******k , pasti ia sudah mengagumi sosok itu dan menjadikannya panutan . Denis segera menepis pikirannya itu , semakin mengingat daddy-nya semakin terasa sesak di dadanya . Jika ada orang yang ingin ia lupakan dalam hidupnya , satu-satunya adalah Miko . Berbagai cara telah ia lakukan, namun nihil . Ia justru semakin teringat dengan Miko , karena memang hubungan darah tak dapat dipisahkan. Denis beranjak dari duduknya , ia harus secepatnya keluar dari ruangan ini agar ingatannya tentang Miko bisa hilang . Lebih baik ia ke rumah singgah saja , bermain dengan anak-anak di sana . ***** “Denis , Lo di mana ?” terdengar suara Devan saat Denis mengangkat panggilan di ponselnya . “Gue di tempat anak-anak, kenapa ?” “Elah , Lo lupa ? Kita latihan hari ini , bege ih !” Omel Devan . Denis menepuk jidatnya. “Astaghfirullah!!! Gue lupa Dev, oke gue ke studio sekarang.” Hari ini jadwalnya the Begundals latihan , karena mereka akan perform setelah UTS. Dengan cepat Denis memacu mobilnya ke tempat biasa mereka latihan , ia sudah ditunggu Devan dan Rama . Karena jaraknya yang tidak jauh dari rumah singgah , Denis dengan cepat bisa sampai di studio . Untung saja jam mereka belum dimulai , hampir saja akan terbuang sia-sia uang yang mereka pakai untuk menyewa tempat itu . “Sorry gue lupa , abis mami tadi nyuruh gue ke rumah . Terus gue gak tau mau ke mana , jadi gue ke tempat anak-anak.” Jelas Denis , tak lupa dengan cengiran kuda khasnya. Penjelasan Denis hanya dijawab dengan anggukan dari Rama dan Devan , mereka sudah hapal dengan Denis yang selalu lupa dengan jadwal latihan mereka . Namun keduanya memaklumi , kegiatan Denis yang banyak membuatnya sering pontang-panting. Beruntung Denis anak yang kuat , jika tidak ia akan tumbang . Kini giliran mereka yang latihan , mereka mengambil posisi masing-masing. Perlahan , suara merdu Denis memenuhi ruangan kedap suara itu . Denis sangat menghayati saat bernyanyi , apalagi jika lagu itu bercerita tentang ayah . Kadang Denis sampai menangis , terlalu meresapi lagu yang ia nyanyikan . Semua itu menjadi kesenangan diri bagi Denis , ia dapat meluapkan emosinya . Emosi terhadap Miko daddy-nya. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Perfect You

read
297.6K
bc

MANTAN TERINDAH

read
9.9K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.8K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
484.1K
bc

Long Road

read
147.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
77.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook