Pukul 6:45 menit gerbang SMA Galaksi sudah di tutup. Di luar gerbang ada beberapa anggota kedisiplinan dan juga anak-anak yang terlambat. Semua menuruti printah Diva untuk mengambil kunci kendaraaan.
Tin...tin...tin....
Dari arah belakang ada suara klakson motor sport. Semua menatap siswa itu tak terkecuali Diva. Diva hanya memutar bola mata nya malas.
"Woyy, minggir gue mau lewat!" teriak siswa itu masih dengan bunyi klakson motornya.
Diva berjalan kearah Angkasa yang berisik sendiri. Ia mencabut kunci motor Angkasa. Angkasa menurunkan kaca helemnya. Angkasa menatap tajam Diva.
"Balikin kunci motor gue!" ucap Angkasa.
"Kunci motor lo gue sita, karna lo telat." balas Diva tersenyum sinis.
"Lah, kok gitu. Motor gue gimana masuknya." ucap Angkasa yang mulai kesal.
"Ya, lo dorong motor lo sampai parkiran." balas Diva santai.
"Gilla lo! parkiran jauh njir!" sahut Angkasa sudah benar-benar kesal.
"Bodo Amat, emang lo doang. Noh yang telat juga sama kaya lo." ucap Diva menunjuk kearah murid-murid yang telat.
"Jah!" Angkasa berdecak kesal, ia pun turun dari motornya dan menuntun motor itu sampai ke parkiran. Diva tersenyum puas melihat wajah bete Angkasa. Rencananya berhasil.
***
Dengan langkah ringan, Diva masuk kedalam kelas, ia tau kelasnya sudah mulai belajar sejak 10 menit yang lalu. Bukan tanpa alasan Diva datang terlambat menunju kelas. Tapi karna memang ada yang harus ia urus dulu sebagi ketua kedisiplinan.
"Assalamualiakum bu, maaf terlambat." ucap Diva sopan sembari mencium punggung tangan bu Siti.
"Walaikumsalam Diva. Tidak pa-pa pak Joko tadi sudah bilang sama ibu." balas Bu Siti Ramah.
Bu Siti guru matematika, ia terkenal dengan pribadi yang ramah, supel dan selera humoris yang tinggi.
"Ya sudah Diva silakan duduk." ucap Bu Siti. Diva berjalan menuju kursinya. Tatapannya beradu dengan Angkasa. Diva tersenyum jahat. Dia puas karna sudah mengerjai Angksa tadi.
Diva duduk dengan Tia, Di sebelah Diva ada Angkasa. Diva hanya diam mengangkat bahunya angkuh. Bu Siti mulai menjelaskan materi di depan.
"Ok baiklah yang bisa mengerjakan soal di depan akan saya beri nilai 90." ucap Bu Siti membuat Diva dan Angkasa menunjukan tangannya.
"Gue dulu yang tunjuk tangan." ucap Diva ia akan maju kedepan namun Angkasa menarik tangannya.
"Gue dulu!" sahut Angkasa tak mau mengalah. Angkasa maju selangkah, kini Diva kembali menarik baju Angkasa.
"Heh dimana-mana Ladies firts, lah." balas Diva maju, Angkasa menahannya lagi.
"Heh! kalau ceweknya yang lain iya-iya aja. Lah kalau cewek model lo gini, ogah gue ngalah." ucap Angkasa, menyindir Diva.
"Ihhh Dasar kutu kupret. Mati aja lo sana." ucap Diva menodorong bahu Angkasa. Angkasa terdorong ke belakang. Lelaki itu sedikit meringis ketika bahu kirinya terhantam kursi, tempat ia duduk.
"Dasar cewek jadi-jadian!" seru Angkasa mengelus bahunya yang sedikit sakit.
Diva menatap Angkasa dengan mata yang melebar, dan juga tangan di pinggang. Angkasa membalasnya dengan menarik ujung bibirnya.
Sementara itu Bu Siti, hanya memengang kepalanya yang berdenyut. Melihat kedua murid ke banggaannya bertengkar. Bu Siti pun, berjalan kearah Mereka untuk melerai keduanya.
"Udah ya Angkasa sama Diva jangan bertengkar lagi. Nanti kalau kalian jodoh, gimana?" ucap Bu Siti mengoda keduanya. Angkasa dan Diva menatap Bu Siti.
"Ihh kok ibu doain saya jodoh sama dia sih. Amit-amit jabang bayi, " ucap Diva mengetukan kepalan jari di kepala lalu pinggiran kursi.
"Idih siapa juga yang mau sama lo," balas Angkasa mendorong kening Diva kebelakang." Yang ada ya bu, kalau saya jadi suami dia. Bisa mati berdiri saya." sambung Angkasa. Bu Siti tertawa mendengar penuturan kedua muridnya.
"Ibu kok ketawa," ucap Angkasa dan Diva secara bersamaan.
"Tuh kan, emang ya kalau udah jodoh nggak bisa di elak." ucap Bu Siti mengoda keduanya. Diva sebal, perempuan berbandana biru itu menghempaskan tubuhnya di kursi. Lalu membuang muka malas menghadap Angkasa.
Angkasa pun sama, ia duduk kembali di kursinya dan membuang muka malas melihat Diva.
"Jadi siapa yg akan menjawab soal di depan?" tanya Bu Siti, Angkasa dan Diva mengangkat tangannya kembali. Bu Siti menatap keduanya tak minat.
"Jangan kalian lah, ibu nggak mau kalian bertengkar lagi. Udin," ujar Bu Siti meneriaki satu nama.
Cowok bernama Udin itu baru bangun dari tidurmya. Ia mengangkat kepalanya menatap Bu Siti.
"Eh bu Siti, hari ini kembang-kembang ya bu bajunya. Nggak takut di isep lebah." cetus Udin dengan gaya jenakanya.
Bu Siti tertawa. "Bisa aja kamu, ayo ikut ibu!" ucap Bu Siti menarik telinga Udin.
"Ehhh, bu mau bawa saya kemana?" tanyaUdin bingung.
"Kamu kerjakan soal di depan. Jangan tidur aja, mata kamu meledak nanti." ucap Bu siti satu kelas pun tertawa melihat lawakan dari bu Siti dan juga Udin. Diva yang menyaksikan ikut tertawa, Angkasa tertagun melihat gadis di sampingnya itu tertawa.
***