"Marco! Apa yang kamu lakukan padaku," pekik Brian dengan kencang tapi tiba-tiba suara Brian menghilang.
"Waduh. Tuan Brian, are you oke?" tanya Marco panik karena tuannya tidak ada suara.
"Ehm, kalian sedang apa?" tanya seseorang dari belakang.
Brian mendorong tubuh Marco yang menimpanya. Sahabat Brian geleng kepala melihat kelakuan dari Brian dan asistennya.
"Mereka sedang apa?" tanya sahabat Brian bernama Rico yang baru tiba di kamar hotel.
"Nggak tahu. Mereka sedang bercinta kali. Brian, ada apa denganmu apa kamu menyukai pria? maksudku wanita?" tanya Riki pria yang pertama datang ke kamar hotel dan memergoki Brian dan Marco berdua di samping tempat tidur.
"Iya, dia sudah suka wanita lihat itu ada baju wanita. Berapa ronde, bro?" tanya Rico melihat pakaian wanita berserak di lantai.
Brian bangun perlahan dan dia tidak menemukan pakaiannya hanya pakaian dalamnya saja. Dengan cepat Brian memakai pakaian dalam dan dirinya berjalan ke arah sofa dan duduk.
Wajah Brian terlihat datar karena wanita yang semalam dengan dirinya pergi begitu saja.
"Ada apa ini? Kenapa kalian bisa di sini. Dan Bri, kenapa pakaian hilang? Apa terbawa arus ya?" tanya Arden yang baru muncul.
"Dia baru bercinta semalam. Dan paginya kehilangan wanitanya," sahut Rico ke Arden.
"Cari CCTV. Kenapa kamu pusing. Minta pihak hotel menunjukkan padamu," jawab Arden.
Brian melirik Marco. Tanpa menunggu lama, Marco menghubungi pihak hotel untuk melihat CCTV hotel.
"Baik. Terima kasih." Marco mengakhiri panggilan telepon dan menatap ke arah Brian.
"Tuan, mereka mengizinkan Anda untuk melihat CCTV. Ayo kita lihat, Tuan," jawab Marco.
Rico tersenyum karena Marco malah meminta Brian untuk pergi dengan kondisi seperti ini.
"Coba lihat, bosmu seperti ini. Dia harus diberikan pakaian dulu. Baru bisa keluar. Mana mungkin seperti ini," sela Arden geleng kepala melihat kelakuan asisten sahabatnya ini.
Marco hanya mengganggukkan kepala dia salah karena main ajak saja tanpa melihat kondisi tuannya.
"Potong gaji," tegas Brian.
Sedangkan Olla yang sudah sampai di rumah membuka pintu belakang karena pintu depan rumahnya dikunci. Saat masuk terdengar suara tawa dari dua orang yang sudah menjual dirinya.
"Kita kaya,Ma." Tawa Katy dengan terbahak-bahak mereka berhasil mendapatkan uang hasil dari jual Olla.
Olla mengepalkan tangannya dia tidak menyangka mereka bahagia karena berhasil menjualnya.
"Aku akan buat perhitungan dengan mereka." Olla bergegas untuk melabrak keduanya. Karena mereka dirinya harus kehilangan keperawanannya sedangkan mereka mendapatkan uang.
Pintu didobrak Olla dengan sangat kencang hingga Katy dan Nyonya Soraya terkejut. Mereka melihat ke arah pintu terlihat Olla berdiri di depannya.
"Oh, wanita malam kita sudah pulang. Hai, Olla si wanita malam. Bagaimana permainan si om gendut itu? Apakah dia membuatmu puas? Pasti dunk puas, berapa ronde?" tanya Katy berjalan ke arah Olla dan tangannya mengangkat ujung baju yang Olla gunakan.
Dia memperlihatkan kejijikannya saat menyentuh Olla. Olla menoleh ke arah Katy dengan tatapan amarah.
"Kenapa kali lakukan itu padaku? Kenapa? Apa salah aku pada kalian? Apa? Aku sudah lakukan apapun yang kalian mau.Tidak pernah aku bantah tapi kalian malah menjual aku ke mucikari. Kalian benar-benar tidak tahu diri. Kalian jahat!" teriak Olla dengan suara kencang tapi ada getaran kesedihan di setiap katanya.
Olla menahan air matanya agar tidak menunjukkan kalau dia lemah. Dia harus kuat dan dia tidak boleh kalah dari dua wanita kejam yang ada di depannya ini.
"Hahaha, Olla ... Olla. Kenapa kamu tidak sadar diri juga. Kamu itu hanya jadi b***k kami dan kamu pikir kamu akan diratukan? Tidak sayang. Kamu itu alat kami untuk mencari uang."
"Sekarang, kamu sudah kotor. Untuk itu, nanti malam cari uang lagi layani pria berduit karena tugasmu sekarang itu, paham. Dan juga kamu harus pikirkan caranya balas budi ke kami yang sudah kasih kamu tempat tinggal dan makan."
"Karena saat ini ayahmu sudah mati. Dan tidak ada yang kasih kamu tempat tinggal selain kami berdua jadi kerja samanya tolong dijaga. Paham! Hasilkan uang, kamu akan kami kasih makan itu pun setelah kami makan kalau ada sisa, paham kamu wanita sampah?" tanya Nyonya Soraya yang menoyor kepalanya.
Mendengar dirinya akan diperkerjakan sebagai penghangat ranjang pria berduit membuat Olla menggelengkan kepala. Dia tidak sudi melakukannya lagi. Cukup sekali dan kalau bisa dia mati saja saat ini.
"Tidak! Aku tidak mau. Kalau kalian ingin dapatkan uang banyak jual diri kalian sendiri. Jangan libat kan aku. Aku tidak sudi lebih baik aku jadi pengemis di luar sana daripada ikutin kemauan kalian jangan bermimpi kalian," teriak Olla yang segera pergi dari hadapan keduanya.
Nyonya Soraya yang melihat Olla pergi geram. Begitu juga dengan Katy.
"Ma, dia pergi. Kalau dia pergi bagaimana dengan kita. Dia yang bisa buat kita kaya. Halangi dia pergi, Ma. Cepat halangi dia," pinta Katy ke ibunya untuk menghalangi Olla pergi.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Katy, Nyonya Soraya panik dan dia pergi menyusul Olla yang saat ini ada dikamarnya.
"Olla buka pintunya. Cepat buka pintunya! Kalau kamu tidak buka maka aku akan buat kamu menyesal. Aku akan hukum kamu. Buka Olla," pekik Nyonya Soraya dengan sangat kencang.
Tapi, tidak dipedulikan oleh Olla. Olla terus mengambil barang miliknya. Barang peninggalan ibunya dan ayahnya. Tidak banyak tapi cukup untuk jadi obat melepas rindunya.
"Aku harus pergi dari sini. Aku tidak mau jadi wanita penghangat ranjang p****************g. Aku tidak mau," ucap Olla yang melihat ke arah pintu kamarnya yang terus digedor oleh kedua wanita jahat itu.
"Ma, bagaimana?" tanya Katy ke Nyonya Soraya.
"Tidak dibuka. Apa dia tidur ya? Biasanya habis layani pria pasti lelah. Sudahlah, biarkan saja. Mama mau cari pria di luar sana dan promosikan usaha mama agar mereka tahu kita buka bisnis ini. Daripada Mami Louisiana yang dapatkan lebih baik kita. Untungnya juga sangat besar untuk kita. Siapa tahu laku," jawab Nyonya Soraya berpikiran akan buka usaha sewa wanita seperti Mami Louisiana.
"Benar juga. Mama hebat. Kita bisa kaya raya tanpa takut kekurangan uang dan aku yakin kita tidak akan direndahkan orang lagi aku benci direndahkan," ucap Katy senang karena mereka ada bisnis baru.
"Ya sudah Mama pergi dulu. Kamu jaga rumah dan jaga si anak sialan itu jangan sampai dia kabur. Mama tidak mau dia kabur," ujar Nyonya Soraya yang pergi untuk mencari klien pertamanya.
Katy menganggukkan kepala dan mengiyakan perkataan ibunya. Katy segera duduk di depan ruang TV agar bisa memantau Olla. Karena jika sampai Olla kabur bisa bahaya dirinya.
"Ah, senangnya. Aku akan kaya. Tidak sia-sia kamu kami pelihara. Ada manfaatnya juga," jawab Katy dengan wajah sumringah.
Olla masih melihat ke arah pintu tidak ada ada yang menggedor pintunya dan malah mendengar suara TV yang menyala. Olla yakin itu si pemalas, Katy.
"Aku akan keluar. Aku yakin bisa kabur dari sini. Aku tidak mau jadi b***k mereka," gumam Olla.
Perlahan Olla membuka pintu dan benar saat dirinya mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit Katy sedang nontin. Olla memperhatikan gerak gerik Katy dan akhirnya dirinya punya kesempatan untuk kabur.
Katy tertidur di depan TV. Olla segera keluar perlahan. Dia tahu betul kalau Katy tidur seperti kerbau yang tidak sedikitpun mendengar apapun.
"Kali ini, kalian tidak akan bisa menemukan aku. Tunggu saja karma dariku," ucap Olla pelan.
Olla pergi dari rumah tapi sebelum pergi dia mengambil uang yang tadi dibanggakan oleh Katy dan ibu tirinya. Barulah dia pergi. Olla pergi sambil menangis. Dia tidak menyangka diusianya yang masih 21 tahun sudah mendapatkan cobaan seperti ini.
"Tuhan tuntun aku. Aku mohon jangan temukan aku dengan orang jahat. Aku ingin hidup bahagia," tangis Olla yang terus berlari menjauh dari rumahnya.
Olla masih merasakan sakit di intinya tapi dia tidak mungkin berhenti takutnya ibu tirinya menangkap dia bisa bahaya, pikirnya.
Olla terus menyusuri jalan dan sampailah dia di pemukiman orang-orang pencari barang bekas. Olla berjalan ke sana kemari untuk mencari tempat tinggal.
"Nona, kamu orang baru ya?" tanya seseorang wanita muda ke Olla.
Olla terkejut karena di sapa oleh wanita muda yang mungkin usianya sama dengan dia. Olla menganggukkan kepala mengiyakan apa yang wanita muda itu katakan.
"Aku mau cari rumah. Apakah ada rumah di sini yang bisa aku sewa?" tanya Olla ke wanita tersebut.
"Ada. Ayo aku tunjukkan. Di sana rumahnya. Tidak besar tapi cukup untuk kamu. Namaku, Isaya. Kamu siapa?" tanya wanita muda yang ternyata namanya Isaya.
"Aku Olla. Senang bertemu denganmu, Isaya." Olla mengarahkan tangannya ke Isaya.
Isaya melihat tangan Olla bersih dan dia terlihat cantik ragu untuk bersalaman karena tangannya kotor.
Olla melihat tangannya tidak disambut Isaya sedih. Dan dia menarik kembali tangannya tapi tanpa di duga Isaya menyambut tangannya walaupun terlambat tapi Isaya masih mau bersalaman.
"Maaf tangan aku kotor. Aku pemulung jadi tidak pantas untuk bersalaman." Isaya mengatakan kenapa dia ragu bersalaman dengan Olla.
Olla tersenyum dia sudah berpikiran negatif kalau Isaya tidak mau bersalaman dengannya karena hal lain akan tetapi karena Isaya mengira kalau dia orang kaya.
"Aku hanya orang miskin. Tidak kaya. Terima kasih sudah menolong aku," jawab Olla.
"Sama-sama," sahut Isaya.
Mereka sampai di rumah yang dituju. Rumahnya benar-benar sangat sederhana tepatnya rumah yang jauh dari rumahnya yang dulu. Tapi, Olla tidak masalah yang penting dia ada tempat untuk berteduh.
Olla menceritakan masalahnya ke Isaya tujuannya bukan buka aib tapi takut jika ibu tirinya datang mencari dia Isaya bisa menyembunyikan dirinya.
"Kamu jangan khawatir. Aku akan lindungi kamu. Ikutlah denganku memulung botol dan yang lainnya. Kita akan menjualnya dan menghasilkan uang. Mau tidak? Sekalian aku akan kenalkan teman-teman yang lain. Mereka akan membantu kamu nantinya dari si nenek sihir dan anaknya itu."
Isaya mengajak Olla untuk memulung agar Olla bisa dapat uang. Isaya tidak tahu kalau Olla banyak uang tanpa memulung dia bisa hidup. Tapi, demi keselamatan dia dan tidak dicurigai dia ikut Isaya.
Olla beruntung pemilik rumah tidak meminta bayaran. Pemilik mengatajan kalau ada uang baru bayar.
"Kamu sudah lama tinggal di sini?" tanya Olla yang sudah berganti pakaian dan membawa keranjang untuk memulung dan itu dipinjamkan Isaya.
"Sudah. Sejak kecil aku memulung ikut ibu dan ayahku. Tapi, sayang mereka sudah lebih dulu menghadap Tuhan. Jadi, aku meneruskan saja. Sebenarnya lelah tapi aku bisa apa, hidup harus berjalan dan aku butuh uang untuk makan," jawab Isaya.
Olla sedih mendengar pengakuan Isaya. Ternyata ada yang lebih menyedihkan hidupnya dari dirinya tapi sayangnya dia dijual dan masa depannya hancur. Dia harus tidur dengan pria yang dia tidak ketahui siapa.
Olla bekerja memulung botol dengan yang lainnya. Jika lapar Olla beli hamburger. Sampai malam Olla bekerja untuk mengumpulkan botol selama seminggu. Setelah selesai memungut botol Olla yang hendak nyebrang tiba-tiba tertabrak dari arah berlawanan. Ada sebuah mobil melintas di depannya. Kecelakaan pun tidak terhindari.
"Akh!" Olla teriak kencang tubuhnya terlempar jauh.
"Waduh, tuan. Kita nabrak orang bagaimana ini?" tanya seorang pria yang mengemudi mobil mengadukan ke majikannya kalau dia menabrak orang.
"Mati tidak?" tanya pria tersebut.
"Tidak tahu. Apa kita bawa ke rumah saja?" tanya si supir ke majikannya.
"Bawa ke samping," jawab si pria yang meminta supir untuk bawa korban ke samping.
"Baik tuan," jawab si supir.
"Tuan, Anda tidak mau bawa ke rumah sakit?" tanya pria satunya yang merupakan asistennya.
Pria yang mobilnya menabrak pemulung yang tidak lain Olla adalah Brian. Brian yang sudah mencari Olla kesal terlihat kesal dengan jawaban asistennya.
Mucikari yang menjual Olla jadi sasaran empuk Brian. Hingga mereka takut dan melarikan diri.
Hingga saat ini Olla tidak bisa ditemukan. Brian marah karena sebagai orang yang sangat berpengaruh dan kejam juga ketua mafia yang terkenal tidak bisa temukan wanita mungil itu.
"Turun bantu dia. Kalau tidak potong gajimu," jawab Brian kesal dengan Marco yang terus mengoceh membuat dia kesal.
Marco segera turun dia takut gajinya dipotong. Bergegas menemui supir yang sudah menabrak Olla.
"Tuan, kita bawa ke samping sini apa sana?" tanya supir ke Marco.
Marco bingung mau ke samping mana. Jadi, dia mendekati mobil dan menanyakan ke Brian.
"Tuan, mau ke samping mana?" tanya Marco.
"Sampingku," jawab Brian masih fokus melihat barang hasil dia merampok milik mafia lain.
"Anda yakin, samping Anda?" tanya Marco dengan hati-hati.
"Hmm," dehem Brian.
Marco pun menyampaikan ke supirnya dan mereka menggotong Olla. Dan perlahan meletakkan di samping.
"Ayo pak jalan," ucap Marco yang duduk di depan.
Supir menganggukkan kepala dan melaju menuju rumah Penthause milik Brian. Dan saat sampai di Penthause, mobil berhenti dadakan hingga Brian terdorong ke depan dan yang lebih mengejutkan Brian, ada seseorang menyandar ke pundaknya hingga Brian menjerit.
"Hantu!"