Episode 2

1851 Words
Nai tidak bisa tidur nyenyak, dia selalu bolak balik merubah posisi tidurnya agar dia cepat tertidur dan terbawa ke alam mimpi sampai dia bisa melupakan kejadian beberapa jam yang lalu. Harusnya Nai memang tidak sembarangan membuka atau membaca pesan di ponsel James kalo akhirnya dia menjadi gelisah seperti ini. Flashback. "James, siapa Bella? Apa dia cewek baru lo di Swiss?" Langkah James terhenti saat Nai bertanya tentang siapa Bella. James terdiam sejenak, tapi kemudian dia menjawab, "Bukan siapa-siapa." Nai tersenyum miring, dia tau kelakuan James di luar sana. Tidak mungkin dia dan Bella tidak ada hubungan apa-apa. Sepertinya mereka memang punya hubungan entah itu apa, tapi yang pasti isi pesan dari Bella membuat Nai berfikir kalo mereka sedang dekat. Apalagi saat Bella menggunakan emotikon cium di akhir kalimat. "Kok gue kaya nggak percaya gitu sama lo." Ucap Nai dengan santai. James berbalik menghadap Nai, dia melihat Nai yang tersenyum sinis kepadanya. James tau Nai tidak akan percaya dengan kata-katanya, tapi itu memang kenyataan kalo dia dan Bella tidak punya hubungan lebih. James menghampiri Nai, kemudian ikut duduk di sampingnya. James membasahi bibirnya kemudian mulai menjelaskan. "Yang pertama, Bella bukan cewek gue. Lo pikir gue sebajingan itu sampai semua cewek yang deket sama gue harus jadi cewek gue, Nai?" Nai mengangguk, "Tapi bukannya lo emang playboy?" James mendengus, dia memang Playboy tapi James tidak pernah bermain di belakang Nai. Setiap dia dekat dengan cewek lain, James selalu memberitahu Nai siapapun itu. Jika James memang dekat dengan Bella, dari awal dia sudah memberitahu Nai. Tapi karena dia dan Bella tidak punya hubungan yang spesial, dia tidak berfikir untuk menceritakan pada Nai karena itu tidak penting. "Nai, lo tau kalo gue selalu cerita siapapun cewek yang deket sama gue, kalo gue nggak pernah cerita soal Bella sama lo itu berarti-" "Lo nggak deket sama dia." Nai langsung menjawabnya. James menonyor dahi Nai pelan dengan jari telunjuknya, "Itu lo tau." Nai cemberut, "Jadi, yang kedua?" "Yang kedua, gue kenal Bella karena dia temen kak Nabila waktu SMA. Kak Nabila cerita sama gue kalo Bella pindah ke Swiss buat ngelanjutin kuliahnya. Dia-" "Terus kenapa lo bisa ketemu dia?" James menghela nafas, anak ini memang selalu memotong pembicaraan orang, "Bisa nggak kalo orang lagi ngomong jangan di potong? Gue cium juga lo." Nai nyengir, dalam hati dia juga seneng-seneng aja kalo di cium James. Tapi dia tau kalo James hanya bercanda, mana berani James mencium Nai. Nai jadi ingat, beberapa kali James ingin mencium Nai, dia selalu gagal karena Nai buru-buru tersadar dan langsung menabok bibir James. Dahi James mengernyit saat melihat Nai cungar-cungir tidak jelas, "Ngapain lo senyum-senyum gitu? Aw, apa lo mau di cium beneran?" Goda James. Nai langsung tersadar, dia mengepalkan tangannya di depan wajah James, matanya melotot "Mau gue gampar lo!" "Berani gampar gue?" "Berani lah, lo pikir gue takut sama lo." Tantang Nai. James menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Alah, gue gulingin lo ke kasur aja udah takut, sok-sokan mau gampar." "James!" Nai geram. "Oke, jadi mau di lanjut nggak?" "Hm." Ucap Nai dengan nada malas. "Gue ketemu dia waktu gue sama Kak Nabila lagi makan malam di restoran, tiba-tiba aja Bella datangin kak Nabila. Dan mereka ngobrol-ngobrol sampai akhirnya dia minta nomor hp gue, dan sampe sekarang kita saling chat." James bercerita dengan membayangkan pertemuannya dengan Bella, dia tidak tau kalo sedari tadi Nai merasakan rasa yang aneh di dalam hatinya. Mungkin Nai cemburu, atau mungkin tidak. James kemudian menyentuh tangan Nai dan menggenggamnya, "Tapi lo harus tau, kalo gue sama dia emang nggak lebih dari seorang teman." Nai masih menatap mata James dalam-dalam, dia ingin mencari kejujuran di sana. Nai sangat tau bagaimana saat James sedang jujur atau tidak dengan menatap matanya saja. "Gue emang playboy, gue emang b******n. Lo tau gimana sifat buruk gue. Gue banyak deketin cewek, tapi sekalipun gue nggak akan pernah punya niat buat selingkuh, kecuali.." James menggantungkan kata-katanya. "Kecuali?" Tanya Nai "Kecuali.... lo rela kalo gue nikah lagi." Refleks, Nai langsung meninju keras lengan James. James mengaduh, walaupun tubuh Nai kecil tapi tenaganya sangat kuat. James bahkan tidak bisa menghitung berapa kali Nai memukulnya seperti ini. James terbahak-bahak. Bukan James jika tidak suka menggoda Nai. Nai lucu jika saat kesal ataupun marah. Lagipula James hanya bercanda, tidak mungkin dia menikah lagi. Punya istri satu saja sudah repot apalagi punya istri dua. Orang tuanya dan mertuanya juga tidak akan mengijinkan James untuk menikah lagi. "Nggak lucu! Nggak usah ketawa lo!" Ucap Nai dengan ketus. James berhenti tertawa, dia lantas merangkul bahu Nai dan menariknya ke dalam pelukannya, "Gue bercanda, nggak mungkin juga gue nikah lagi." "Bercanda lo nggak lucu James!" Nai tau James bercanda tapi James tidak tau bagaimana khawatirnya Nai jika itu benar terjadi, apalagi Nai tau kalo mereka tidak pernah melakukan hubungan intim. Nai takut kalo James akan melampiaskannya pada perempuan lain. "Iya iya, gue minta maaf. Tapi lo nggak usah khawatir soal hubungan gue sama Bella, kita cuma temen." Nai mengangguk, dalam hati dia masih penasaran siapa Bella, dan bagaimana orangnya. Apa dia lebih cantik dari Nai atau tidak. Nai tau dia harus bertanya pada siapa. Flashback off. James membuka matanya, dia melihat Nai belum tidur. Istrinya itu terlihat tidak tenang, seperti ada sesuatu yang dipikirkan. James melihat jam, sudah pukul 11.00 tapi Nai masih belum tidur juga. "Nai?" Nai kaget saat tiba-tiba James memanggilnya, dia kemudian menghadap ke arah James, "Iya?" "Lo belum tidur? Udah jam 11 malem, besok kita harus kuliah kan." Nai diam, dia bahkan belum bisa tidur sebelum dia tau siapa itu Bella. Nai masih kepikiran, padahal biasanya dia tidak perduli dengan cewek yang dekat dengan James, tapi kali ini Nai benar-benar penasaran. Sayangnya, Bella di Swiss, dan Nai akan sangat sulit untuk bertemu dengan cewek itu. James memang sudah menceritakan semuanya, tapi tetap saja Nai merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Nai tidur memunggungi James, dia berpura-pura untuk tidur padahal Nai sama sekali belum mengantuk. Namun tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Nai sedikit tersentak, karena sudah lama James tidak memeluknya seperti ini. "Gue tau lo belum tidur, makanya gue peluk lo biar lo bisa tidur nyenyak." Nai tersenyum, James selalu saja membuatnya nyaman. Dia juga selalu perhatian. Dan pada akhirnya Nai memang tidur dengan sangat nyenyak malam itu. ***** "Hai Luna?" Dengan senyum cerah, secerah hati Nai tentunya, Nai menyapa Luna yang tengah berkutat dengan buku novel kesukaannya. Luna mengernyit heran, seperti ada yang berbeda dari Nai sekarang. Nai terlihat ceria, tidak murung ataupun sedih seperti hari-hari sebelumnya. "Kenapa? Kok lo liatin gue kek gitu?" Tanya Nai dengan senyum yang masih mengembang di pipinya. Luna semakin penasaran dengan sikap Nai yang berubah, dia menyentuh dahi Nai dengan punggung tangannya, "Lo nggak papa kan Nai?" "Gue nggak papa kok." Nai tersenyum. "Lo beda banget hari ini, kek lagi bahagia banget. Biasanya juga lo sedih mulu di tinggal laki lo." Nai mendesah pelan, "Kemarin gue sedih, lo bilang gue jangan sedih terus. Sekarang, gue udah bahagia, lo malah kek gitu. Nggak asik banget." Luna mengangguk, bagus kalo Nai tidak sedih terus menerus karena bisa bahaya juga untuk psikis Nai. "Oh ya, gue-" "Nai?" Ucapan Luna terpotong saat James datang menghampiri mereka berdua. Luna kaget si karena yang dia tau James pergi ke Swiss selama 2 pekan, tapi sekarang dia sudah ada di Indonesia. Aw, Luna tersenyum mengejek Nai, sedangkan Nai nyengir lebar. Ternyata itu alasan Nai terlihat ceria hari ini. Suami tercintanya sudah pulang. Pantes! "Oi James, lo udah pulang ternyata." "Kemarin sore si, urusan gue udah selesai. Tinggal urusin yang disini." James merangkul bahu Nai, tapi Nai segera melepaskannya dan balas menyenggol perut James dengan sikunya. "Oh gitu." Luna melirik ke arah Nai dengan senyum jahil, "Pantes, Nai hari ini kelihatan bahagia banget ya, padahal kemarin-kemarin dia-" Nai buru-buru membekap mulut Luna dengan tangannya. Luna pasti akan bercerita pada James soal dia beberapa hari yang lalu saat James pergi. Kalo James sampai tau Nai selalu sedih dan menangis, Nai pasti akan merasa tengsin. Mau taruh dimana muka Nai yang imut ini? "Nai kenapa?" Tanya James. "Nggak papa kok, gue nggak papa. Iya kan Lun?" Luna mengangguk. Kalo bukan karena Nai sahabatnya, Luna pasti akan menendang kaki Nai karena sudah berani membekap mulutnya. James mengangguk mengerti, "Gue mau ke kelas, lo mau sama gue atau sama Luna?" Nai melepaskan tangannya, sedangkan Luna dia menghela nafas berat. Hampir saja dia kehilangan nafasnya. "Gue sama lo deh. Hm, Lun gue ke kelas dulu ya. Bye." Nai mengikuti James di belakangnya. "Kok jalannya di belakang? Di samping gue dong." Nai tersenyum dan mengangguk. Luna mengerucutkan bibirnya, kemarin James pergi, Nai selalu membuntutinya. Lah sekarang, giliran James sudah pulang, Luna seperti di buang begitu saja. Dasar pengantin baru! Tetapi Luna juga merasa senang karena Nai sudah bisa tersenyum seperti biasa lagi. Saat James dan Nai sampai di kelasnya, di kelas mereka melihat seorang cewek yang sudah duduk di bangku James. Nai memutar bola matanya jengah melihat cewek centil itu. Namanya Mitha, cewek yang kemarin nge-chat suaminya, yang katanya kangen pengen ketemu. Cih! Cantik si, tapi terlihat murahan. "Ngapain juga tuh cewek kesini." Nai bergumam kesal. James tersenyum melirik ke arah Nai yang terlihat kesal dengan Mitha "Gue samperin dia dulu." Nai mendelik saat Nai memutuskan untuk menghampiri cewek itu, "Dasar ganjen!" Mitha terlihat bahagia saat dia melihat James sudah berangkat kuliah, Mitha langsung memeluk James tapi James langsung menahannya. Nai ada disini kan, tapi Mitha masih aja nyosor duluan. "James, ternyata lo beneran udah pulang." "Udah, kenapa emang?" "Kok kenapa si? Gue kangen sama lo! Terus kenapa pas kemarin gue chat, lo nggak bales?" James mengernyit, kemarin ponsel James di pegang Nai. Mungkin Nai tau tapi langsung menghapusnya supaya James tidak melihatnya. "Kemarin gue nggak pegang hp." Mitha melihat Nai yang akan mendekat. Mitha tersenyum miring, dia ingin membuat Nai cemburu. Begitu Nai sampai di kursinya, Mitha langsung merangkul lengan James dan berkata dengan suara agak keras supaya Nai bisa mendengarnya, "Ya udah nggak papa deh, oh ya gimana kalo kita nanti makan siang bareng?" Nai mengepalkan kedua tangannya, mulutnya terkatup, ingin sekali dia memukul mulut Mitha. Nai tau Mitha sedang menyinggungnya, dia ingin Nai cemburu padanya. "Gue balas lo nanti." Nai bergumam. Mitha tersenyum puas melihat Nai seperti menahan kesal. Mitha tau kalo James dan Nai sudah menikah, tapi dia juga tidak perduli toh James juga tidak keberatan. Apalagi Nai, Mitha merasa kasihan karena James bahkan seperti tidak perduli kepadanya. ****** Luna melihat Nai yang sedari tadi melamun, Nai bahkan belum makan sama sekali, dia hanya mengaduk-aduk tidak jelas jus mangga yang dia pesan. "Kenapa lagi lo?" "Gue kesel sama Mitha tau nggak! Berani-beraninya dia mepet laki gue di depan gue, sialan banget kan!" Luna berdecak pelan, "Dari dulu juga gitu, lo baru sadar?' "Nggak juga si, tapikan-" Dan seketika Nai berhenti berbicara kala dia melihat James juga Mitha mendatangai kantin. Ternyata omongan Mitha benar, dia dan James makan siang bareng di kantin. Aish, kenapa juga James harus mau sih! "Noh liat, laki lo! Lo masih tetep diem kek gini? Nggak coba buat ngelabrak mereka berdua?" Nai menggeleng, "Nggak, gue males." Luna tidak tau apa yang dipikirkan Nai, dia melihat sendiri kalo suaminya dengan cewek lain tapi Nai tetap diam saja. James juga sama, jelas-jelas dia melihat Nai di depan mata tapi James tetap makan dengan Mitha ketimbang makan dengan istrinya. Dasar pasangan absurd! "Kayaknya hati lo panas banget ya. Mending sekarang kita cabut, dari pada hati lo semakin panas kan, bisa jadi kebakaran nanti." Nai mengangguk, dia mendorong kurisnya ke belakang hingga mengeluarkan suara yang keras. Hal itu mengalihkan perhatian James juga Mitha. Mitha sangat puas melihat Nai yang terlihat marah, sedangkan James dia merasa bersalah saat melihat Nai keluar dari kantin dengan perasaan kesal. James akan mengurus Nai nanti di rumah. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD