Gdr High school

2365 Words
Alin menatap binar gedung yang menjulang tinggi di hadapannya, pagi pagi sekali gadis itu berangkat ke sekolah baru menggunakan angkutan umum karena jarak nya lebih dua puluh menit dari sekolah yang lama jadi dia berangkat sedikit lebih pagi dari biasanya sekarang dia dibuat kagum dengan interior dan desaign sekolah Gdr Highschool itu, bangunan gedung itu tinggi sekali dan halamannya juga sangat luas bahkan tiga kali lipat dari halaman sekolah lamanya, dia melangkah dengan percaya diri memasuki halaman Gdr highschool melewati para siswa dan siswi yang memandangi nya dengan tatapan bertanya tanya. Alin sedikit menunduk menyembunyikan kegugupan nya,dia meremas tali tas selempang yang dia pakai untuk melampiaskan ke gugupan nya. Akhidnya dia sampai di aula, dia bertanya kepada salah satu siswi dimana letak ruangan kepala sekolah dan baik nya siswi itu malah mengantarkan Alin langsung sampai di depan pintu ruang kepala sekolah "makasih banget ya,,, emm siapa nama kamu ?" tanya Alin sambil mengulurkan tangan nya "sama-sama, aku Renata kamu bisa panggil aku Rena" Renata menerima jabatan tangan Alin sambil tersenyum cerah "aku Crystalin, kamu bisa panggil aku Alin" "yaudah cepetan masuk, pak kepala sekolah udah di dalem" suruh Renata Alin mengangguk kemudian ia mengetok pintu, setelah mendapat ijin dari dalam Alin segera masuk dengan senyum terlebih dahulu kepada Renata, Renata sendiri terkekeh geli melihat tingkah Alin yang menurutnya sangat polos menggemaskan. **** Class Room 11 Kelas 11 IPA menjadi diam seketika saat seorang guru memasuki ruangan dengan di ekori gadis cantik yang berjalan menunduk, semua mata menatap gadis itu dengan pandangan yang berbeda beda "baiklah anak-anak, bapak disini membawa murid yang berhasil masuk kesini karena prestasinya dan mendapat beasiswa sampai kuliah, dia siswi dari SMA tunas harapan, dia memiliki banyak sekali prestasi yang menjunjung nama SMA nya terdahulu, ayo kenalkan dirimu" kata guru bernama Hardi tersebut sedikit memberitahu siapa gadis yang ia bawa itu Alin mengangkat wajahnya menatap satu persatu siswa dan siswi yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi, dia merasa sangat gugup saat ini. Alin menghela nafas panjang sambil terus meremas jemari nya sangat kuat "pe-perkenalkan nama saya Queena Crystalin, kalian bisa panggil Alin, saya harap saya bisa menjadi teman baik kalian, terimakasih" Alin segera menunduk kan kembali kepalanya karena reaksi mereka tetap sama, yaitu diam dan menatapnya datar "Alin duduk sama aku ya !" teriak siswi yang suaranya tidak terdengar asing di telinga Alin "baiklah Lin kamu duduk di samping Renata ya" seketika Alin tersenyum mengingat nama Renata gadis yang tadi pagi sangat baik kepadanya ternyata satu kelas dengan Alin "iya pak" dia segera berjalan tanpa menoleh kanan kiri, menuju bangku kosong di samping Renata dari depan nomer empat "aku seneng banget kita sekelas" pekik girang Renata sambil memeluk erat Alin sejenak dan Alin pun melakukan yang sama "dasar udik!" cibir bangku sebrang Alin, saat Alin melepas pelukannya dan hendak menoleh kebelakang Renata malah memegang kedua pundaknya agar tidak berbalik "gak usah di dengerin, oke !" ucap Renata memperingati, dan Alin hanya mengangguk patuh kemudian dia mulai fokus ke depan karena pelajaran sudah akan di mulai. **** Gdr High School 10:35 Saat ini Renata membawa Alin keliling sekolahannya dan memperkenalkan setiap sudut Gdr high school yang sangat luas ini "gak bakalan selesai seharian Lin kalau ngelilingi sekolahan ini" ucap Renata sambil duduk di bangku taman di susul Alin di sampingnya "asal aku tau dimana toilet, kantin, kelas, sama jalan keluar udah cukup Ren" jawab Alin sambil terkekeh pelan Renata pun tertawa ringan mendengarnya "kamu bisa aja lin, biasa aku sama Fifi disini tapi anaknya lagi keluar negri jenguk ayahnya jadi aku sendirian deh" lanjut Renata berubah sendu "bukan nya murid disini ribuan kenapa teman kamu cuman satu ?" tanya Alin pensaran "orang kaya mah berteman nya sama yg kaya juga Lin, aku juga pindahan berkat beasiswa kayak kamu tapi tahun kemaren, ya gak semua nya sih kayak gtu buktinya Fifian mau temanan sama aku" "gak usah mikirin itu ya Ren, kamu punya tambahan teman sekarang, yaitu aku" hibur Alin dengan wajah cerianya yang menular Renata tersenyum senang melihat keceriaan Alin seperti tidak pernah ada beban di wajah gadis manis ini Tiba-tiba perhatian mereka teralihkan karena dari arah parkiran mendadak bising karena segerombolan siswi seperti sedang mengerumungi sesuatu "itu ada apa ya ?" tanya Alin menunjuk parkiran yang tidak jauh dari taman Rena mengikuti arah telunjuk Alin "Ohh, palingan juga anak pemilik sekolah dateng" jawab Rena seperti sudah paham dengan situasi seperti itu Alin mengerutkan keningnya "bisa seramai itu??" Renata tersenyum kecil karena kebingungan Alin, dia tidak tau saja seberapa tampan nya anak si pemilik sekolah dan teman teman nya "ayo !" Renata langsung menarik pergelangan tangan Alin menuju keramaian di parkiran sana "e, eh mau kemana ?!" pekik Alin terkejut, dia pun pasrah mengikuti tarikan tangan Renata sesampainya di parkiran, Renata menerobos padat nya gerombolan siswi itu hingga dia berhasil berada di barisan terdepan, melihat jelas apa yang sebenarnya terjadi. Renata langsung tertawa terpingkal pingkal melihat ekspresi Alin yang cengo seperti menang lotre karena tiga cowok tampan penuh pesona yang di lihat Alin saat ini. Ketiga siswa idaman sekolah itu duduk di kap mobil hanya memakai setelan baju basket yang menunjukkan otot lengan dan otot lutut mereka, salah satu dari mereka memegang piala kemenangan basket yang barusaja di raih nya "hei !!" tegur Rena memukul pundak Alin, seketika Alin mengatupkan bibirnya rapat-rapat, pipinya memerah karena malu ketahuan mengagumi dewa yunani di depan sana "Hahaha, wajah kamu lucu banget Lin" ejek Renata melanjutkan tawa nya tanpa memperdulikan tatapan aneh dari sekitar mereka, Alin memberengut kesal kearah Renata lalu kembali melihat kearah tiga lelaki disana yang sial nya mereka sedang menatap ke arah Alin dan Renata "Ren, ren" Alin menarik-narik tangan Renata agar menghentikan tawanya, tapi Renata sudah hilang kendali dia masih tertawa kencang sampai mengeluarkan air mata "Renata dieemm !!" geram Alin mencubit pinggang Renata kesal "Awwhhh !! sakit Liiiiinnn !!!" teriak Renata mengelus pinggangnya yang nyeri "kok aku dicubit sih !" imbuh Renata melotot sengit ke Alin Alin memberi kode ke Renata untuk melihat ke arah lelaki tadi dengan menggerak-gerak kan matanya beberapa kali, Renata yang peka pun mengerti apa yang di maksud Alin, dia melihat ke arah tiga siswa idaman Gdr High school dan seketika mata nya membulat terkejut saat sudah mendapatkan tatapan aneh dari mereka "kok lo nggak ngomong sih Lin !, haduh malu banget gue" sesal Renata merutuki dirinya sendiri dan langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, dia baru sadar kalau tadi tawa nya sangat memalukan sekali "lah lah mereka kok kesini Ren" panik Alin melihat ketiga lelaki itu berjalan ke arah nya Renata membuka telapak tangannya dan ikut panik melihat mereka sedang berjalan ke arahnya, seketika itu Alin dan Renata mendengar banyak sekali bisik-bisik dari sekitar yang mencela mereka dengan tuduhan mencari perhatian dan kecentilan. Tapi Alin maupun Renata tidak peduli itu, tatapan mereka terpaku pada ketiga lelaki yang semakin mendekat itu, rasanya sepasang kaki mereka ingin lari tapi seperti ada lem ekstra kuat yang membuat mereka hanya berdiri kaku sampai ketiga lelaki itu sudah berada di hadapan nya. Glek dua gadis itu menelan salivanya dengan susah payah, keringat dingin perlahan mengalir dari pelipis Alin "hai" sapa salah satu dari mereka sambil tersenyum manis membuat kehebohan tersendiri dari siswi yang berkerumun disana Renata dan Alin saling lirik tanpa membalas sapa an itu, jujur mereka masih syok. "Kalian tuli ya ?" tanya lelaki itu sambil melambaikan tangan nya di wajah Alin dan Renata bergantian Rena dan Alin menggeleng bersamaan, mulut mereka seperti terkunci melihat wajah tampan ketiganya dengan jelas, sangat tampan. "Eh kamu anak pindahan kan ?" tanya teman satu nya lagi ke Alin, Alin langsung mengangguk pelan "tadi ketawa kenceng banget, sekarang kenapa pada diem, suaranya ilang kebawa angin?" lanjut lelaki yang menyapa pertama tadi sambil terkekeh dan di ikuti tawa ringan dari siswi yang masih disana "eng-enggak kok" jawab Renata cepat sambil memberengut kesal karena di tertawakan oleh siswi yang ada disini termasuk di tertawakan oleh pria tampan ini, sudah malu tambah semakin malu "oh ya, kamu anak baru kan ?" lagi-lagi Alin hanya mengangguk "kenalin, aku Gavin ini Saga, dan yang diem aja kayak patung itu nama nya Dafi" ucap Gavin menunjuk satu persatu teman nya "ak-aku Crystalin" jawab Alin terbata-bata "emmm siapa ??" tanya Saga yang kurang dengar sambil mendekatkan telinganya ke arah Alin, karena kaget akan tindakan Saga, Alin mundur satu langkah dari tempat nya "Alin kak" jawab Alin cepat "kenapa kaku kayak gini sih, biasanya cewek disini pada kegirangan deket-deket sama kita" kata Gavin heran melihat reaksi Alin yang gugup tapi menggemaskan itu "selamat datang di sekolahan gue ini ya Lin, semoga betah dan kalau ada apa-apa lapor aja ke kak Gavin, oke" sambut Gavin kepada murid baru di sekolah keluarga nya itu Alin hendak menjawab tapi bibirnya terkatup kembali saat Gavin tiba-tiba mengusak pucuk kepala nya dengan gemas sebelum lelaki itu pergi dan membuat Alin berdiri kaku saat ini bahkan dia tidak sadar jika tatapan iri serta benci terarah kepadanya "ya ampun mereka baik banget ternyata" pekik Renata kegirangan saat suasana sudah sepi karena ketiga cowok itu pergi Alin menyentuh bekas usapan Gavin dengan perasaan aneh "Lin jangan keramas ya biar bekas tangan kak Gavin gak ilang" kata Renata semangat Alin terkekeh mendengar ke antusiasan sahabat baru nya itu "iya bekas nya gak ilang, sama ketombe nya juga gak ilang" jawab Alin "iihh aku serius Lin, mereka itu most wanted sekolahan kita, banyak banget cewek disini yang mendambakan jadi pacar mereka. Apalagi cowok yang diem aja itu, dia namanya kak Dafi dia itu gak pernah senyum setipis apapun ke wanita, tapi kalau udah ketawa sama teman-teman nya bikin meleleh Lin, suara bariton nya itu nenangin banget" Renata menerawang sendiri bagaimana suara Dafi dan Alin hanya mendengarkan semua kebanggaan sahabat itu terhadap ketiga cowok tadi "trus yang tadi usap kepala kamu itu adalah anak pemilik sekolahan ini" imbuh Renata selanjutnya "Oh ya !" kata Alin kaget ,Alin sedikit tidak percaya karena ternyata anak pemilik sekolahan ini tidak sombong "iya Lin, mereka bertiga itu anggota tim basket, tadi aja piala yang mereka bawa itu adalah piala kemenangan antar provinsi yang baru aja mereka dapetin,, hebat kan mereka" "iyaa, mereka hebat" jawab Alin sambil tersenyum "beruntung banget kamu di usap-usap sama kak Gavin, aku jadi pengen" ucap Renata memelas lucu "gimana kalau kamu bawa aja kepala aku" usul Alin dengan se enak jidatnya Renata langsung bergidik ngeri "gila kamu ya Lin, masa aku bawa kepalanya doang" Alin tertawa lepas melihat ekspresi cemberut Renata, ternyata sahabat baru nya ini sangat cerewet dan ceria. ***** Mansion Nicholson Godard 16:30 Gavin Lionel Godard, dia adalah putra ketiga dari pasangan Nischolson Godard dan Roselina Smith, keluarga Godard adalah keluarga terpandang bukan hanya karena kesuksesannya tapi juga karena keharmonisan mereka, marga Godard adalah turun temurun dari nenek moyang ayah Gavin. Keluarga mereka memiliki usaha di bidang elektronik, tambang berlian, pabrik mobil, furniture periklanan, yayasan dan masih banyak lagi. Sedangkan anak tertua mereka menjalankan sekitar lima perusahaan, empat di antaranya adalah hasil jerih payah nya sendiri, dia bernama Adam Godard. Lelaki dingin dan terkenal kejam dalam dunia bisnis, benci ketidak siplinan dan benci pengkhiantan. Lelaki dingin itu menjadi super holic karena pernah di selingkuhi waktu masa SMA nya dan dia menjadi ambisius akan uang serta tidak memikirkan pasangan. Anak kedua mereka bernama Dirga Mckell Godard, saat ini dia sedang kuliah semester akhir di london, sifatnya tidak jauh beda dengan adik nya Gavin, jahil dan penyayang apalagi kepada Roselina dia sangat menyayangi sosok ibunya itu, rencana setelah lulus Dirga akan menjalankan usaha kecil yang dia rintis dari mulai kuliah di london yaitu pabrik motor sport ternama 'Oh,, pabrik motor itu kecil ya bagi anak konglomerat', karena hobi balap motor dia berinisiatif ingin menciptakan motor-motor kwalitas terbaik untuk para pembalap terkenal. Nichol selaku ayah dari mereka bertiga tidak pernah mengekang keinginan ketiga putranya, dia juga tidak mengharuskan mereka menjadi pengusaha sepertinya, tapi memang sedari lulus SMA semua putra Nichol harus sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri, bukan maksud pelit hanya saja dia ingin mengajarkan anak-anak nya mandiri, dia juga akan tetap menjadi penopang biaya anak-anak nya nanti jika mereka membutuhkan modal untuk usaha mereka. "Sudah pulang sayang" sambut Rose saat melihat Gavin merebahkan dirinya di karpet tebal depan televisi dengan seragam dan sepatu yang masih menempel "iya mi" jawab Gavin lelah "kenapa wajah nya di tekuk gini sih ?" Rose membuka kan sepatu anak manja nya itu karena merasa kasihan melihat raut Gavin yang kelelahan "aku baru aja tanding basket mi, dan langsung ada rapat osis, rasanya mau rontok badan ku mi" jawab Gavin merengek seperti anak kecil Rose memeluk putra bungsu nya itu menaruh kepala Gavin di pundaknya dan mengelus lembut kepala Gavin seperti memberikan relaxasi ala seorang ibu, perlakuan manis Rose membuat Gavin tenang dan capek nya hilang seketika "belum menjadi pemimpin perusahan dady saja sudah kalah duluan jagoan mami" ejek Rose sambil terkekeh pelan masih dengan posisi mengelus kepala Gavin yang ada di pundaknya Gavin mendengus kesal karena ejekan mami nya itu, "aku akan kalahkan dady suatu saat nanti dengan usaha-usaha ku sendiri mi" "Yakiiinnnn ...." sahut suara bariton dari arah belakang kursi Rose melepas pelukannya dan langsung menoleh kearah Nichol yang sedang berdiri menyaksikan kemesrasaan anak dan ibu itu sedangkan Gavin mendengus kesal merasa acara manja-manjaan nya di ganggu bayi tua yang sangat over posesif "sudah pulang sayang" sambut Rose ,mengambil tas kerja Nichol lalu menyerahkan nya pada maid, Nichol mengangguk kemudian  mencium kening Rose sambil melempar tatapan tajam ke arah putra nya "jangan kayak gitu sama anak sendiri Nic" tegur Rose, merasa ngeri sendiri melihat Nichol dan Gavin saling tatap seperti akan berperang Nichol menghembuskan nafas panjang "aku mau mandi sayang, hangatkan air untukku" ucapnya sambil mengecup kening Rose "baiklah" Rose segera pergi ke kamar dan melaksanakan perintah suami tercintanya itu setelah kepergian Rose, Nichol mendekati Gavin dan duduk di kursi single sedangkan Gavin masih selonjoran di karpet tebal "apa ?" tanya Gavin yang merasa jengah di tatap seperti itu oleh ayah nya sendiri "jangan coba-coba ambil perhatian mami dari dady ya, cari pacar sana !" Gavin memutar bola matanya jengah, selalu seperti ini saat Rose memeluk atau mencium nya, pasti si bayi tua ini tidak rela padahal siapa yang akan merebut ibunya sendiri dari suami nya yang tidak lain ayah dari Gavin. "Atau jangan jangan nggaak ada yang mau ya sama kamu" lanjut Nich mengejek "Dad !!" sungut Gavin melirik sinis ayah nya itu, sedangkan Nic hanya tertawa kencang berhasil menggoda putra manja nya itu emm...ralat, hanya kepada Rose seorang Gavin bisa sangat manja dan jika diluar mansion dia berubah menjadi sosok lelaki tampan yang cool, most wanted sekolah, incaran semua wanita dan masih banyak lagi perbedaan antara Gavin diluar rumah dan dirumah. "Jangan goda putramu terus Nich, ayo cepat mandi" teriak Rose dari lantai dua Nichole masih dengan tawanya melenggang pergi meninggalkan putranya yang menahan umpatan "sabar Gav, sabaaarr,,, jangan sampai mengumpat, lo harus ingat kalau lelaki menyebalkan itu adalah bokap lo sendiri" gumam Gavin menenangkan dirinya sendiri
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD