Sakit lagi

1626 Words
Author Pov Gadis bermata coklat tua itu segera keluar dari kamar setelah merasa siap dengan seragam putih abu-abu nya, dia menaruh tas ransel di kursi lalu berjalan ke dapur untuk mengambilkan sarapan seseorang yang sudah terbaring sakit selama dua bulan terakhir ini gadis itu bernama Queena Crystalin biasa di panggil Alin, dia berjalan perlahan ke arah ranjang dimana ibunya tertidur lebih tepatnya selalu terbaring karena kondisi nya yang lemah "Bu,," suara halus itu membuat kelopak mata ibunya terbuka, wanita paruh baya itu tersenyum melihat putri kesayangannya berjalan ke arahnya sambil membawa nampan sarapan pagi "makan dulu ya, trus minum obat" ucap Alin mulai menyuapi Raisa dengan telaten, Raisa hanya mengangguk dan memakan masakan Alin yang selalu enak itu "kamu udah sarapan lin ?" tanya Marisa "sudah bu" jawab Alin sambil mengusap sebutir nasi di pinggir bibir Raisa "doain Alin ya bu, hari ini sekolahan Alin ada kunjungan dari Gdr Highschool dan katanya mereka mau ngambil siswa siswi berprestasi dari sekolahan Alin, Alin pengen banget bu masuk ke sekolahan itu" ucap Alin dengan wajah berbinar membayangkan bagaimana bahagianya kalau sampai bisa sekolah ke Gdr Highschool itu "iya sayang, ibu selalu doain kamu, semoga kamu terpilih yaa" jawab Raisa sambil mengelus lembut pipi Alin, Raisa merasa sedih anaknya tidak bisa sekolah di sekolahan ternama karena kendala biaya, tapi dia tetap bangga karena di sekolahannya sekrang Alin selalu dapat juara, Raisa harap Alin bisa mendapat kesempatan pindah ke sekolahan harapannya itu "terimkasih buk" balas Alin sembari memberi senyuman manis **** Alin meremas jemarinya sendiri karena gugup, dia berharap semua prestasinya bisa mengantarkan ke sekolahan elit itu, bukan karena dia malu sekolah di tempatnya sekarang hanya saja dia ingin fasilitas yang memadai untuk bidang mata pelajaran favoritnya, dia ingin menjadi dokter agar bisa mengobati Raisa suatu saat nanti dia berada di satu ruangan berisi sekitar delapan murid berprestasi di sekolahannya, di depan sana ada tiga pejabat besar Gdr HighSchool, kepala sekolah dan dua guru. Mereka baru saja masuk setelah rapat untuk menentukan siapa satu siswi atau siswa yang beruntung bisa pindah ke sekolah GDR HighSchool dan mendapat beasiswa sampai kuliah. "Baiklah anak-anak, bapak dan para staff Gdr HighSchool sudah mengantongi satu nama yang akan mendapat beasiswa dari acara rutinan sekolah, Gdr HighSchool memberi beasiswa kepada satu orang siswa atau siswi untuk pindah ke sekolah tersebut dan mendapat biaya sampai kuliah" Alin mengambil nafas dalam dan menghembuskan pelan supaya sedikit meringankan kegugupannya, doa-doa tak pernah berhenti sejak tadi dalam hati gadis itu "silahkan pak" kepala skolah SMA Tunas Harapan menyuruh staf Gdr HighSchool untuk membacakan satu nama di amplop yang dia pegang staff Gdr HighSchool tersenyum kepada delapan murid yang gugup di depan nya dan mulai membuka amplopnya "nama yang akan saya sebut ini sudah kami rundingkan matang-matang atas semua prestasi dan sikapnya selama sekolah disini jadi mohon untuk yang belum mendapat kesempatan ini jangan berkecil hati ya, kalian semua berprestasi masih ada jalan lain selain disini yang menunggu kesuksesan kalian" ucap salah satu Staff staff itu menghela nafas panjang lalu melihat satu persatu murid yang duduk menghadap kearahnya, membuat kedelapan murid semakin gugup dan keringat dingin "selamat untuk Queena Crystalin" mata Alin membulat seketika mendengar namanya disebut, bibirnya sampai terbuka karena syok, suara tepuk tangan terdengar jelas tapi kesadaran Alin dari ke syokan nya belum kembali membuat para staff dan guru merasa gemas akan reaksi Alin itu "Sa-sa-saya pak !" ucap Alin menunjuk dirinya sendiri tidak percaya "iya kamu lin, silahkan maju kedepan" jawab kepala sekolah sambil tersenyum tanpa sadar kedua mata Alin sudah berkaca-kaca,  Alin segera menyeka nya agar tidak meluncur di pipi lalu ia mulai berdiri dan melangkah kedepan bersalaman kepada para staff Gdr HighSchool serta kepala sekolah nya "selamat ya Alin, bapak harap kamu bisa lebih giat belajar nya biar bisa menjadi dokter seperti apa yang kamu inginkan" Alin hanya mengangguk dan tersenyum kepada kepala sekolahnya, dia masih syok saat ini "terimakasih pak" Alin kembali menyalami kedua staff itu dengan senyum bahagianya ketujuh teman nya juga memberi selamat atas terpilihkan Alin di acara rutinan sekolah ternama itu, besok dia sudah bisa masuk ke Gdr HighSchool, dia juga langsung mendapat buku pelajaran dan seragam serta peralatan yang lengkap tak henti-hentinya gadis manis itu mengucapkan syukur atas rejeki yang dia dapatkan sekarang dia berharap cita-cita nya bisa tercapai. **** Alin membuka kamar Raisa dengan hati-hati takut jika Raisa sedang tidur dan terganggu, andai saja tidak ingat kalau ibunya sedang sakit Alin akan langsung berlari dan menerjang ibu nya dengan pelukan erat karena kabar gembira yang akan dia sampaikan ini "sudah pulang nak" Alin tersenyum melihar Raisa menyadari kedatangan nya, ia berjalan mendekat ke Raisa yang terbaring lemah di ranjang  "ada apa? kenapa putri ibu terlihat sangat bahagia sampai senyum manis ini selalu terbit sejak tadi" lanjut Raisa merasa gemas dengan sikap Alin yang tersenyum seperti menahan tawa bahagia "boleh Alin peluk ibu" tanya Alin ragu-ragu, dia tau kalau badan ibunya lemah jadi dia bertanya dulu agar tidak menyakiti Raisa saat tiba-tiba dia memeluknya "boleh dong" jawab Raisa dengan sumringah melebarkan kedua tangannya, seketika Alin menghambur ke pelukan Raisa memeluk nya sangat erat dia juga merasakan usapan lembut di punggungnya "sekarang ceritakan ke ibu, kenapa putri ibu sangat bahagia sekali, hmm?" "Alin berhasil mendapat beasiswa ke Gdr Highschool bu" Raisa terkejut dan langsung melepas pelukan nya "benarkah !!" seru Raisa sambil menangkup kedua pipi Alin, Alin mengangguk bersamaan airmata nya terjatuh karena terharu "ya tuhaan ibu bangga sekali sayangg" Raisa kembali memeluk Alin dengan sangat erat, dia juga tidak bisa membendung air mata haru nya "ini semua karena ibu, karena dukungan dan doa ibu, Alin akan belajar lebih giat lagi biar Alin bisa jadi dokter dan bisa ngobatin ibu" ucap Alin semakin terisak di pelukan Raisa "iyaa sayang iyaa,, ibu percaya anak ibu pasti bisa jadi dokter yang hebat" Prok prok prok "ada acara apa ini" suara tepuk tangan dan ucapan seorang wanita membuat Alin melepas pelukan nya dari Raisa "ini loh Yana, Alin mendapat beasiswa ke Gdr HighSchool" jawab Raisa dengan wajah bahagianya Aryana selaku kakak dari Raisa mengerutkan keningnya mendengar nama Gdr Highschool "pintar juga kamu ya Alin" ucapan Aryana bukan seperti pujian tapi terdengar lebih seperti ejekan "aku kesini bukan untuk melihat kalian berpeluka seperti teletubis, aku minta uang" ucap Aryana dengan wajah sinisnya mengulurkan tangan ke Alin "Alin belum gajian tante" ucap Alin takut-takut "saya gak peduli Alin !! saya mau nya uang, SEKARANG!!" bentak Yana "Kak, Alin memang belum gajian tolong ngertiin dia kak" "Diam kamu Raisa !!" bentak Yana melotot ke adiknya sendiri "terus kerja kamu apa selama ini kalau setiap aku kesini kamu selalu gak ada uang !!" Yana beralih menatap Alin yang sudah menunduk ketakutan "JAWAB ALIN !!!" Yana langsung menjambak rambut Alin "Akkhh !! sa-sakit ta--tann" pekik Alin memegang tangan Yana yang menarik kencang rambutnya Raisa mencoba duduk untuk membantu Alin dari siksaan kakanya sendiri, tapi karena kondisinya yang sangat lemah usaha untuk duduk pun sia-sia saja dia kembali terlentang lagi dengan deraian air mata mendengar tangisan pilu anak nya "jangan siksa anak ku Yana" ucap Raisa dengan sisa tenaganya Aryana seketika tertawa sangat kencang "Hahahhah, anak !! anakmu yang mana Raisa !! dia bukan anak mu !!" "Akhh lepas tan, ini sa-kit, hiks hiks" Yana semakin menarik rambut Alin dengan kuat "dia anak ku Yana, dia anak ku !!" jerit Raisa sambil mencoba duduk kembali namun tetap saja gagal Aryana langsung melepas kan jambakan nya dari rambut Alin lalu menyilangkan kedua tangannya di d**a sambil tersenyum puas "kau harus ingat Raisa, dia bukan siapa-siapa di keluarga kita, jadi terserah saya mau ku apakan anak menyusahkan itu !!" Alin langsung memeluk Raisa dengan kondisi sakit di kepalanya, Raisa menangis sejadi jadinya mendengar tangisan Alin dan memang benar bahwa Alin memang bukan darah dagingnya tapi dia sangat menyayangi anak ini "walaupun dia bukan darah dagingku dia tetap anak ku Yana, kamu tidak ada hak melakukan kekejaman ini" "lalu apa mau mu! dengan kondisi lemah mu ini ! mau melaporkan ku ke polisi?? begitu ?? silahkan saja tapi jangan salahkan aku kalau kubunuh dulu putri angkatmu itu !!" ancam Aryana dengan emosi yang sudah meluap Alin semakin menangis, tubuhnya bergetar di dalam dekapan Raisa, dia takut melawan Yana karena tante nya itu tidak pernah main main dengan ucapannya, dia juga sudah pernah di pasung selama dua hari karena mencoba kabur bersama Raisa, sampai Raisa harus lumpuh seperti sekarang karena pukulan benda tumpul di betis oleh Yana, oleh sebab itu sekarang Alin hanya bisa pasrah karena tidak mau Yana semakin menyakiti ibu nya apalagi Raisa menderita kanker stadium akhir dia tidak mau sampai Raisa semakin sakit Aryana menghembuskan nafas ringan "baiklah untuk sekarang aku tidak akan meminta uang, tapi besok aku akan kembali dan siapkan uang 5juta untuk ku" setelah itu Yana pergi meniggalkan dua wanita yang masih sama sama menangis dalam pelukan "sayang kepalamu sakit nak ?? " Raisa melepas pelukan nya lalu mengusap dengan lembut kepala Alin "ibu gapapa? apa tante nyakitin ibu?" tanya Alin khawatir sambil mengusap airmata Raisa "ibu gapapa sayang, apa kepalamu terluka nak?" Alin menggeleng pelan, kepalanya memang tidak terluka hanya perih dan berdenyut sakit mungkin efek beberapa helai rambut yang tertarik lepas dengan paksa "maafin ibu gak bisa bantuin kamu sayang, kamu harus nanggung semua nya sendiri maafin ibu" Raisa kembali meneteskan air mata merasa sangat menyesal membuat putri kesayangan nya harus menerima kehidupan pahit seperti ini "bu jangan nangis, ibu udah jadi ibu terbaik buat Alin, meskipun aku bukan anak kandung ibu tapi ibu sayang banget sama aku, Alin makasih atas itu bu" Alin mengusap lembut air mata di pipi Raisa "kamu anak ibu lin" Alin kembali memeluk Raisa, dia tau dia bukan siapa-siapa untuk Raisa dan Aryana, tapi kasih sayang Raisa sudah menggambarkan betapa Raisa sangat menyayanginya slama ini walaupun sampai sekarang Alin tidak tau alasan Aryana selalu membencinya tapi Alin juga sangat menyayangi Aryana sebagaimana dia menyayangi Raisa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD