Part 18

1625 Words
Addy mendengarkan dengan baik cerita Darren tentang seseorang yang mencoba menembaknya semalam. Di dunia hitam ini siapapun bisa menjadi musuh, jadi, sulit bagi Addy untuk menebak siapa pelakunya. Tidak ada petunjuk yang lebih jelas juga membuat sulit mencari orang itu. “Apa kau mencari masalah dengan seseorang akhir-akhir ini?” Addy bertanya pada Darren. “Selain Sandra, aku tidak terlibat masalah dengan siapapun. Ini tidak mungkin rencana Black Mamba, karena Sandra yang menyelamatkanku dari insiden itu.” Darren juga tidak bisa menebak siapa pelakunya. “Aku dan beberapa anak buah kita akan mengawasimu mulai sekarang. Orang itu pasti akan menyerangmu lagi dan aku akan tahu jika ada orang mencurigakan ada di dekatmu. Tapi, apa di saat seperti ini aman bagimu untuk bersama Rachel? Tidak. Sandra pasti tidak akan membiarkanmu dekat dengan Rachel demi keselamatan Rachel.” Benar. Ucapan Addy benar. Setelah kejadian semalam, Darren yakin kalau Sandra pasti akan semakin membatasi ruang geraknya bersama Rachel. Tidak. Darren tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Itu tidak akan bagus untuk rencananya. “Sandra mungkin akan melarang, tapi Rachel pasti ingin bersamaku. Aku yakin Sandra tidak akan bisa menolak permintaan Rachel.” Darren kini tersenyum. “Kau sungguh tidak memikirkan keselamatan Rachel?” Addy tidak menyangka Darren bisa sejahat itu pada anak kecil. “Aku yakin bisa melindunginya. Lagipula targetnya adalah diriku, bukan Rachel. Sudahlah. Aku pergi.” Darren bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Addy. •••• Rachel begitu senang pagi ini karena melihat hadiah sepatu yang indah dari ayahnya. Rachel sangat menyukainya, apalagi diberikan oleh sosok yang selama ini selalu ia rindukan. Tapi, Rachel sedih karena tidak bisa melihat ayahnya saat datang kemari. Sandra senang melihat Rachel bahagia seperti ini, tapi kebahagiaan Rachel bukan karena dirinya, melainkan karena Darren. Rachel bahkan ingin bertemu dengan Darren hari ini, tapi Sandra tidak bisa membiarkan hal itu terjadi setelah apa yang terjadi semalam. Darren sedang diincar oleh seseorang untuk dibunuh, Sandra tidak bisa membiarkan Rachel berada dalam bahaya karena bersama seseorang yang ingin dibunuh. Targetnya memang Darren, tapi tidak ada jaminan bahwa hanya Darren yang akan terluka. Karena larangan dari Sandra membuat Rachel seketika cemberut. “Kenapa aku tidak boleh bertemu Ayah?” tanya Rachel. “Karena ...” Sandra tidak mungkin mengatakan bahayanya. “Kita akan latihan menunggang kuda hari ini.” Sandra harap ini adalah alasan yang tepat. “Kaki Ibu luka karena pecahan gelas. Nanti akan tambah sakit. Ayo bertemu Ayah saja. Aku tidak ingin latihan menunggang kuda hari ini.” Tapi Rachel juga memberikan alasan yang sangat bisa diterima. Sandra memang mengatakan pada Rachel kalau kakinya luka karena semalam tidak sengaja menjatuhkan gelas, lalu tanda sadar menginjak pecahan gelas itu. Baiklah. Lupakan saja tentang itu. Sandra tidak menduga Rachel menjadi sangat pintar hingga bisa memberikan alasan yang sangat masuk akal. “Ayo jalan-jalan ke pantai. Kita bermain pasir. Ayahmu pasti sedang bekerja, jadi, ayo pergi ke pantai. Ayolah. Nanti kau boleh makan es krim yang banyak dan juga kue pie.” Sandra mencoba membujuk Rachel. “Ayah sibuk lagi?” tanya Rachel. “Ya.” Sandra terpaksa berbohong dan membuat tuan putrinya sedih. Sandra harus melakukan ini karena membiarkan Rachel bersama Darren bukanlah pilihan terbaik, lagipula belum pasti jika Darren memang ayah Rachel. “Baiklah. Kita pergi ke pantai.” Rachel hanya bisa pasrah. Beberapa saat setelahnya, Sandra dan Rachel sudah siap untuk pergi ke pantai di akhir pekan yang indah ini. Sandra mengajak Rachel pergi dengan sedikit terburu-buru, sebelum Darren datang lagi untuk membuat masalah. Tetapi, saat membuka pintu Sandra dibuat terkejut oleh Darren yang tersenyum manis. Sialan! Sandra mengumpat dalam hatinya. “Ayah!” Rachel memekik senang ketika melihat kehadiran Darren dan langsung berlari ke arah Darren. “Ayah tidak sibuk?” tanya Rachel. “Tentu saja tidak. Kau akan pergi ke pantai?” tanya Darren yang kini berjongkok di depan Rachel. “Ya. Bagaimana kalau Ayah ikut?” Rachel kembali bertanya pada Darren. “Tidak. Dia tidak bisa ikut.” Dan yang memberikan jawaban adalah Sandra. “Menjawab pertanyaan yang tidak ditujukan padamu adalah perbuatan yang tidak sopan. Kenapa kau mengajarkan hal seperti itu pada Rachel?” Darren melirik ke arah Sandra selama beberapa saat, lalu kembali fokus pada Rachel. “Ayah akan ikut denganmu.” Tentu saja Darren harus ikut. Tidak mungkin Darren akan melewatkan kesempatan seperti ini. Sandra benar-benar kesal sekarang. Darren sungguh tidak memikirkan bahaya apa yang mengintai jika Rachel bersamanya. Darren menyebut dirinya sebagai ayah, tapi tidak bersikap layaknya seorang ayah. Sandra semakin yakin kalau Darren memang bukan ayah Rachel. Darren kini berdiri, lalu mendekat pada Sandra untuk membisikkan sesuatu di telinga Sandra. “Aku tahu kau khawatir tentang kejadian semalam. Jangan khawatir, anak buahku selalu ada di sekitar kita. Aku harap kau tidak keras kepala menolak kebeadaanku, atau kau akan membuat Rachel sedih. Aku adalah ayah Rachel. Kau sungguh harus terbiasa dengan fakta itu, bahkan jika kau tidak suka.” Inilah yang Darren bisikkan pada Sandra, lalu tersenyum pada Sandra. Sandra menoleh pada Rachel yang menatapnya dengan penuh harap. Rachel yang tadi cemberut, kini terlihat ceria setelah melihat Darren, terutama setelah Darren mengatakan akan ikut ke pantai bersamanya. Tujuan hidup Sandra adalah untuk membahagiakan Rachel, bagaimana bisa berganti menjadi menyakiti Rachel? •••• Helen berjalan dengan wajah yang terlihat seperti orang marah. Helen kini masuk ke dalam sebuah ruangan untuk bicara dengan ayahnya. “Ayah yang melakukannya, kan?” Helen bertanya pada pria yang sedang duduk sembari merokok. Louis menyemburkan asap rokoknya, kemudian menatap Helen. “Apa yang sedang kau bicarakan?” Louis bertanya pada Helen. Helen mengangkat salah satu sudut bibirnya setelah mendengar ayahnya mengulang pertanyaan seperti orang bodoh. “Aku dengar Darren dicoba dibunuh oleh seseorang. Orang itu kiriman Ayah, kan? Ayah marah karena Darren menunda pernikahan kami.” “Menuduh seseorang tanpa bukti adalah kesalahan fatal yang tidak termaafkan, apalagi itu kau tujukan untuk ayahmu sendiri. Darren punya banyak musuh karena dia pemimpin Black Shadow, ditambah dia juga b******k. Bagaimana kau bisa mengatakan kalau ayah yang melakukannya?” Louis merespon kemarahan Helen dengan nada santainya. “Kalimat Ayah sudah menggambarkan kebencian Ayah pada Darren. Itu sudah cukup menjadi alasan bagi Ayah untuk ingin membunuh Darren.” Helen masih yakin bahwa percobaan pembunuhan terhadap Darren adalah ulah ayahnya. Louis mematikan api rokoknya, lalu berdiri di depan Helen. Entah apa yang menarik dari pria seperti Darren hingga putrinya bisa tergila-gila pada pria itu. “Benar. Ayah memang benci padanya, tapi ayah tidak akan melakukan hal seperti itu karena dia adalah anak Edward Kang, sahabat baik Ayah. Apa yang sebenarnya kau harapkan dari Darren? Dia bahkan punya anak sekarang dan lebih memilih bersama anaknya dan juga wanita itu, dari pada menikah denganmu. Kau masih berpikir dia akan menjadi milikmu? Bahkan jika dia menjadi milikmu, itu hanya sebatas status di atas kertas yang tidak akan mengubahnya menjadi pria baik.” Louis bicara panjang lebar. Berharap Helen akan menyadari bahwa cinta ini sama sekali tidak benar. Sangat tidak benar. “Hentikan! Darren akan menjadi milikku. Hanya milikku! Darren sedang membalas dendam sekarang, jadi, jangan pernah mengganggunya atau aku akan marah dan semuanya berakhir!” ancam Helen, kemudian pergi dari ruangan ayahnya. Louis tidak tahu lagi harus melakukan apa agar Helen bisa berhenti berharap pada Darren yang bahkan tidak pernah menghormati Helen. Apa membunuh Darren adalah satu-satunya cara? •••• Sedangkan di pantai. Rachel sedang bermain pasir saat ini. Anak manis ini membuat istana pasir bersama Darren, juga dengan Sandra. Tetapi, hanya Darren yang sejak awal membuat istana pasir hingga selesai, sedangkan Sandra terlihat seperti tidak fokus karena sibuk memperhatikan sekitar untuk melihat apakah ada orang yang mencurigakan. “Pipi Ayah kotor.” Rachel menyingkirkan pasir di pipi Darren dengan usapan lembut tangan mungilnya. Darren tersenyum saat Rachel mengusap lembut pipinya. Darren tidak lupa kenangan buruk yang telah ia berikan pada Rachel dan itu membuat Rachel takut saat ia muncul di hari ulang tahunnya, tapi dalam waktu singkat Rachel sudah bisa bersikap seolah hal seperti itu tidak pernah terjadi. Senyuman manis dan usapan kecil yang terasa sangat lembut dari Rachel. Kedua hal itu membuat Darren tersenyum pada Rachel. “Ayah akan pergi lagi setelah ini? Di mana Ayah bekerja sampai tidak bisa pulang?” kini Rachel bertanya dengan nada polosnya. Darren tersenyum pada Rachel, lalu mengusap pasir yang juga ada di pipi Rachel. “Ayah tidak akan pergi lagi. Ayah sudah tidak bekerja di sana lagi. Tempat itu sangat buruk karena Ayah tidak bisa datang untuk menemuimu.” Ini benar-benar seperti dugaan Darren. Mengambil hati Rachel tidak sulit. “Ayah akan tinggal denganku dan Ibu?” Rachel kembali bertanya. Sandra yang juga mendengar pertanyaan Rachel langsung mendekat karena percakapan di antara Darren dan Rachel sudah mulai melewati batas. “Ayo pulang,” ajak Sandra. Sandra bicara saat Darren akan bicara. Sandra benar-benar tidak ingin mendengar apapun keluar dari mulut Darren. “Ayah akan tinggal denganku, kan?” Rachel tidak mempedulikan ajakkan Sandra dan ini membuat Darren tertawa pelan. “Rachel ....” “Tentu saja kita akan tinggal bersama. Bukankah temanmu juga tinggal bersama ayah dan ibu mereka dalam satu rumah? Kita juga akan seperti itu.” Darren menyela kalimat Sandra. “Apa yang kau bicarakan? Mana bisa?!” Sandra meninggikan suaranya. “Ibu tidak suka? Kenapa?” Rachel menatap Sandra. Rachel terlinat mulai sedih sekarang. Sandra juga menatap kedua mata Rachel. Kesedihan itu muncul karena dirinya. Tidak peduli seberapa besar keinginannya untuk membahagiakan Rachel, pada akhirnya selalu ada kesedihan di mata Rachel yang muncul karena dirinya. Rachel bahkan mempertanyakan alasannya tidak ingin Darren tinggal bersamanya. Sandra tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Sandra takut jawabannya akan semakin membuat Rachel sedih. Sementara Darren diam-diam tersenyum saat melihat Sandra kembali tidak bisa berbuat apa-apa jika Rachel sudah menginginkan sesuatu. Rachel benar-benar kelemahan Sandra dan itu karena cinta. Darren semakin yakin bahwa cinta adalah racun. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD