Part 17

1396 Words
Beberapa saat menunggu, Darren akhirnya melihat pintu dibuka. Karena bercinta dengan Helen membuatnya terlambat untuk menemui Rachel dan memulai rencananya. “Kau sungguh tidak punya sopan santun datang ke rumah orang lain di waktu istirahat.” Dan kalimat seperti inilah yang Darren dapatkan dari Sandra. “Aku datang ke rumah anakku, bukan ke rumah orang lain,” balas Darren dengan nada santainya. Sandra mengangkat salah satu sudut bibirnya setelah mendengar ucapan Darren. Sangat menyebalkan. Sandra menjadi terobsesi untuk membunuh Darren sekarang, agar pria itu tidak terus muncul di hadapannya. “Rachel hanya anakku!” Sandra memberikan penekanan. “Kau tidak bisa melakukannya sendiri. Kau pikir, Rachel muncul begitu saja saat kau mengatakan menginginkannya?” lagi-lagi Darren membalas ucapan Sandra dengan sangat santai. Sandra sudah sangat kesal sekarang, hingga dengan cepat menyerang Darren. Sandra ingin mencekik leher Darren, tapi Darren berhasil menahan serangan Sandra bahkan sampai menyudutkan Sandra. Darrem tersenyum melihat kekalahan Sandra kali ini. Ini belum seberapa, Darren pastikan hal itu. “Kau pasti baru saja minum. Aku punya wine terbaik. Haruskah kita minum bersama di lain waktu?” goda Darren, bahkan tangan Darren diam masuk-masuk ke dalam gaun yang masih Sandra pakai sejak dari pesta ulang tahun. “Jangan coba bermain-main denganku. Kau mungkin seorang pemain yang hebat, tapi aku adalah pelatih dalam permainan yang kau mainkan. Aku sedang memperingatkanmu sekarang,” ucap Sandra sembari menahan tangan Darren. Darren tersenyum mendengar kata-kata yang Sandra keluarkan. Menarik sekali. “Kalau begitu, kenapa tidak kau tunjukkan padamu?” “Ada alasan bagiku untuk melakukannya?” Sandra nenatap mata Darren. Sementara tangan Sandra kini menepis tangan Darren yang masih menyentuh pahanya. “Benar. Kau tidak ada alasan untuk melakukan hal itu. Lagipula, aku datang untuk bertemu dengan Rachel, bukan untuk melihat permainanmu. Aku membawa hadiah, jadi, di mana Rachel sekarang? Rachel?” Darren berteriak memanggil Rachel. Sandra menutup pintu rumahnya, lalu meraih kerah baju Darren dan menyeret Darren menjauh dari rumahnya. Sandra kini mendorong Darren dengan sangat kasar, juga memberikan tatapan tajam pada Darren. “Kau tahu ini jam berapa? Ini pukul 11 malam! Sudah waktunya anak-anaknya untuk tidur. Kau menyebut dirimu sebagai ayah, tapi tidak mengetahui hal dasar seperti ini. Kau memang tidak punya sopan santun,” ucap Sandra. “Aku tahu hal seperti itu. Aku hanya berpikir kalau Rachel belum tidur, jadi ....” Belum selesai Darren bicara, Sandra dengan cepat menarik Darren menjauh dan di saat bersamaan terdengar suara tembakkan. Peluru yang seharusnya mengenai punggung Darren, kini mengenai sebuah pohon. Ini membuat Darren sangat terkejut, sementara Sandra sudah berlari untuk mengejar si penembak. “Siapa yang berani mencari masalah denganku? b******k!” geram Darren, lalu mengikuti Sandra untuk mengejar si pelaku. Sandra mempercepat langkahnya ketika semakin dekat dengan seseorang yang memakai pakaian serba hitam. Saat berlari, alas kaki yang Sandra gunakan terlepas dan itu membuat kaki terluka saat menginjak kerikil yang tajam. “Ahkk!!” Sandra meringis kesakitan. Luka ini membuat langkah Sandra melambat dan akhirnya kehilangan jejak orang itu. Darren yang tadinya ingin mengejar seseorang yang telah melepaskan tembakkan, kini menjadi fokus pada Sandra yang meringis kesakitan. Darren bahkan masih belum mengerti kenapa Sandra menyelamatkannya bahkan sampai mengejar orang itu. Sandra itu angkuh dan menyebalkan, jadi, aneh bagi Darren melihat Sandra tiba-tiba menjadi baik seperti ini. Karena Sandra sudah menyelematkan nyawanya, maka Darren tentu tidak bisa mengabaikan luka Sandra. Darren juga harus membalas budi, agar tidak utang di antara dirinya dan Sandra. “Apa lukanya parah?” tanya Darren. “Lebih baik kau kejar saja orang itu. Aku tidak akan mati karena luka seperti ini,” jawab Sandra ketus. “Sialan! Kenapa aku merasa memiliki tanggungjawab untuk membuatmu tetap hidup?” kini Sandra menggerutu, lalu memutar badan dan kembali ke rumahnya dengan berjalan pincang. “Aku tidak ingin berutang padamu,” ucap Darren, kemudian secara tiba-tiba mengangkat tubuh Sandra. Darren akan membawa Sandra pulang dengan gaya bridal style. “Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” bentak Sandra, tapi Darren tidak peduli. •••• Dan Clara. Wanita ini berulang kali menatap ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 11.25 malam. Ini sudah malam, tapi suaminya belum juga kembali setelah pergi saat ia sedang pergi ke pesta ulang tahun bersama Bryan. Itulah yang dikatakan oleh asisten di rumahnya. Ini bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi, sudah beberapa kali dan Clara tidak pernah tahu pasti ke mana suaminya pergi. Clara hanya meyakini bahwa suaminya sedang bersama wanita lain. Awalnya Clara mencurigai bahwa wanita itu adalah Sandra, sebab suaminya pernah terang-terangan memuji Sandra dan sangat sering pergi ke restoran milik Sandra. Tetapi hari ini, Clara meragukan kalau wanita itu adalah Sandra. Clara menyalakan sebatang rokok untuk sedikit mengusir rasa sepinya. Ya, Clara kesepian. Dari luar kehidupannya terlihat sangat sempurna, suami yang tampan, hidup yang berkecukupan, memiliki seorang putra, dan yang paling utama adalah kehidupan pernikahan yang harmonis. Tapi tidak banyak tahu bahwa Clara sebenarnya tidak merasa kalau hidupnya sangat sempurna. “Sejak kapan kau mulai merokok lagi? Kau ada masalah?” sebuah suara terdengar. Clara menoleh ke arah sumber suara dan ternyata suaminya sudah pulang. Clara langsung berdiri dan menatap lekat Andrew. “Kau dari mana?” tanya Clara. “Aku minum dengan temanku.” Andrew memberikan jawaban untuk pertanyaan Clara. “Berhentilah merokok. Jika kau ada masalah katakan padaku, jangan kembali pada kebiasaan burukmu.” Andrew kini merebut rokok di tangan Clara. Clara membiarkan Andrew mengambil rokok di tangannya. Andrew memang paling mengerti tentang dirinya, tapi Andrew tetap tidak mengerti dengan apa yang sesungguhnya ia rasakan. Mungkin salahnya karena tidak pernah bicara, tapi pada kenyataannya ia takut untuk bicara. Takut jika satu kata yang keluar dari mulutnya akan merusak kehidupannya yang terlihat sempurna. Bagaimana bisa ia membiarkan orang lain membicarakan hal buruk tentang hidupnya? “Aroma ini lagi. Kau pasti sangat dekat dengan temanmu sampai aroma parfumnya menempel di tubuhmu.” Clara bicara dengan nada pelan, namun masih bisa didengar oleh Andrew. Ekspresi Andrew seketika berubah setelah mendengar ucapan Clara. Andrew terlihat seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu, tapi berusaha keras memunjukkan senyuman agar tidak terlihat mencurigakan. “Tentu. Kami sudah lama berteman. Dia juga rekan bisnisku.” “Benarkah? Kau harus mandi sekarang, atau kau ingin makan sesuatu?” tanya Clara. “Tidak. Aku akan mandi, lalu tidur. Kau juga harus tidur.” Andrew tersenyum pada Clara, lalu pergi ke kamar mandi. “Haruskah aku membunuh wanita itu? Aku muak terus mencium aromanya di tubuhmu, Sayang,” gumam Clara dan ekspresi Clara seketika berubah menjadi menakutkan. •••• “Pergilah. Aku tidak yakin kau memang ayah Rachel, jadi, jangan pernah datang ke sini lagi. Kau pasti punya niat buruk.” Sandra bicara pada Darren yang sejak tadi bersikeras mengobati lukanya. Darren tersenyum mendengar Sandra selalu saja mengusirnya dan sekarang mulai membahas tentang niat buruk. Sandra benar-benar tidak bisa ditebak, tadi menyelamatkannya dan sekarang kembali menjadi si angkuh. Sebentar lagi Sandra akan menjadi seperti apa? “Kau menyelamatkanku atas rasa tanggungjawab untuk melindungi sosok ayah yang sangat Rachel rindukan. Dari kalimat itu saja kau sudah mengakui diriku sebagai ayah Rachel. Hasil tes DNA yang kedua akan sama saja. Kau harus menerima fakta itu. Kita adalah orang tua, bukankah orang tua harus terlihat akur dan harmonis?” Darren menatap lekat Sandra setelah selesai mengobati luka wanita itu. Sandra memberikan tatapan tajamnya, lalu menjauhkan kakinya dari pangkuan Darren. Sandra yakin dosanya pasti sudah banyak sampai Tuhan menghukumnya dengan membawa pria seperti Darren ke dalam hidupnya. “Menjijikkan!” umpat Sandra. “Hatiku sedikit tersentuh karena kau menyelematkanku, bahkan kau mengejar orang itu sampai membuat kakimu terluka. Selain angkuh, kau ternyata juga penuh rasa tanggungjawab.” “Aku bilang pergi, b******k! Aku bisa kehilangan kesabaranku, jika sudah seperti itu maka tidak ada penyelesaian lain, selain membunuhmu.” Inilah repson Sandra atas kalimat Darren yang terdengar seperti sebuah pujian. Sandra tidak merasa dirinya perlu pujian dari Darren, jadi, Sandra tidak akan pernah merespon dengan kata-kata manis. “Baiklah. Aku harus mencari orang itu, jadi, aku akan pergi sekarang. Pastikan berikan hadiah ini pada Rachel.” Darren meletakkan kotak hadiah di atas meja, lalu pergi dari rumah Sandra. “Kau pikir, aku percaya pria b******k sepertimu melakukan sesuatu dengan tulus? Pasti ada sesuatu yang kau rencanakan. Jika kau memang ingin bermain, maka aku akan menjadi pelatihmu.” Sandra mengangkat salah satu sudut bibirnya. Sandra tidak akan tertipu oleh permainan Darren yang sangat rendahan itu. Sandra akan menunjukkan siapa ia sebenarnya dan di mana posisi Darren yang seharusnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD