Part 10

1540 Words
Darren menatap pantulan dirinya di cermin. Saat ini, Darren sudah memakai setelan yang akan digunakan saat hari pernikahannya nanti. Lalu, datang Helen yang juga sudah memakai gaum pengantinnya. Semua terlihat sangat sempurna, tapi Darren sangat tidak b*******h pada semua ini. Pernikahan, cinta, dan komitmen. Darren sejujurnya tidak pernah tertarik dengan ketiga hal itu, namun ia harus tetap melakukan sesuatu yang tidak ia sukai karena perintah dari ayahnya dan ayah Helen yang sudah bersahabat sejak lama. “Kau sangat tampan.” Helen menatap Darren dengan senyuman manisnya yang terlihat sangat jelas. “Ini sudah selesai?” dan inilah respon Darren atas pujian yang Helen berikan. Raut wajah Helen lagi-lagi terlihat penuh kekecewaan. Darren bahkan tidak pernah sekalipun menatap dirinya yang saat ini memakai gaun pengantin. Helen ingin sekali saja Darren memujinya, seperti calon suami lain yang memuji calon istrinya. “Kenapa buru-buru?” tanya Helen. “Kau lupa? Kita harus menghadiri pesta ulang tahun Steven Cha. Kau yang bersikeras ingin menemaniku ke sana meski tidak diundang. Bagaimana bisa kau lupa?” ucap Darren. “Kau ingin ke sana karena ulang tahun Steven Cha, atau karena ingin bertemu dengan putrinya?” Helen menatap Darren. Darren menarik salah satu sudut bibirnya, tersenyum karena mendenga pertanyaan Helen. Tidak diragukan lagi Helen memang sahabatnya, Darren tidak menyangka kalau Helen sangat perhatian padanya. “Kau sangat pintar,” puji Darren tanpa tahu sesakit apa perasaan Helen saat ini. Helen meremas gaunnya. Helen marah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, selain bersabar untuk sebentar lagi. Hanya 1 bulan lagi. Benar. Hanya 1 bulan lagi. Setelah itu, ia akan memiliki Darren seutuhnya. “Aku hanya main-main sebentar lagi. Itu bukan masalah besar, kan?” begitulah. Darren selalu beranggapan bahwa apa yang ia lakukan bukanlah masalah besar yang harus diperdebatkan. “Aku juga ingin disentuh.” Pandangan Darren seketika mengarah pada Helen. Darren mendekati Helen, lalu mengecup leher Helen, salah satu titik kelemahan Helen. “Kau akan segera mendapatkannya.” Darren berbisik dengan lembut di telinga Helen. Helen menyukai suara itu, terdengar sangat lembut dan manis. Tidak hanya suara Darren, tapi Helen menyukai semua yang ada pada diri Darren. Semua yang ada pada Darren sangat menakjubkan dan sangat sempurna. Memiliki Darren adalah sebuah keharusan. Itu adalah tujuan hidup Helen. •••• Sandra mengendarai mobilnya seorang diri, sebab Rachel tidak ikut karena ingin menginap di rumah kakeknya. Sandra tahu Rachel meminta menginap karena kecewa padanya setelah pembicaraan saat makan tadi. Sandra merasa bersalah, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Membawa ayah Rachel ke hari ulang tahunnya adalah sesuatu yang tidak pernah bisa Sandra lakukan. Untuk membuat suasana hati Rachel membaik, Sandra mendapat saran dari ayahnya untuk membiarkan Rachel menginap. Ayahnya mengatakan akan membujuk Rachel, tapi sebagai gantinya Sandra harus pergi ke pesta ulang tahun Steven Cha bersama Delvin untuk menggantikan ayahnya. Sejujurnya, Sandra tidak suka pergi ke acara seperti itu, tapi ia tidak bisa menghindar. Saat ini, Sandra sudah tiba di rumahnya. Sandra keluar dari mobilnya, lalu masuk ke dalam rumah untuk mandi dan bersiap-siap. Sandra membuka pintu kamarnya, lalu membuka pakaiannya, dan pergi ke kamar mandi. Ketika air dari shower menyiram seluruh tubuhnya, Sandra kembali mengingat kata-kata Rachel tadi. Kini, Sandra tahu betapa hancurnya hati seorang ibu saat anaknya sendiri tidak mau dekat dengannya dan memilih bersama orang lain. “Aku tidak bisa membuatmu memahami perasaanku, Rachel. Tetapi aku benar-benar tidak bisa memenuhi keinginan yang satu ini,” gumam Rachel. Tidak lama setelahnya, kini kata-kata Darren yang kembali tergiang di telinga Sandra. “Pria gila! Ayah Sandra pasti bukan dirinya. Aku akan sangat benci takdir jika ayah Rachel sungguh dirinya. Aku benci terlibat dalam hubungan dengan pria yang sama persis seperti pria b******k yang menyakiti Ibuku.” Kedua tangan Sandra mengepal ketika mengingat betapa buruk hidupnya dulu, hingga untuk mendapat ucapan selamat ulang tahun dari ayah sangat sulit Sandra dapatkan. Sekarang, pria itu sakit keras. Jika mengingat hal itu, rasanya Sandra ingin tertawa. Sandra tahu Tuhan itu adil. Dulu, pria itu dan selingkuhannya menari di atas penderitaan ibunya, kini dia sendiri yang menderita. Andai saja ibunya masih ada, Sandra yakin ibunya pasti akan sangat senang mendengar hal itu. Seperti inilah Sandra sekarang, sisi iblis lebih dominan dalam dirinya jika sudah mengingat sosok ayah yang sangat ia benci. Itulah kenapa Sandra akan dengan senang hati membunuh pria b******k, terutama pria yang suka memandang wanita sebagai makhluk lemah dan pemuas napsu. Pria seperti itu tidak pantas ada di dunia ini. Orang b******k hanya akan membuat dunia menjadi tempat yang kotor. Begitulah yang Sandra pikirkan. •••• Dengan gaun hitam elegan yang terbelah mulai dari bagian paha sampai ke bawah, Sandra masuk ke dalam tempat pesta dengan sangat anggunnya, bersama seorang pria tampan pria yang memakai setelan rapi berjalan di sebelahnya. Penampilan Sandra kali ini membuat semua mata tertuju padanya, termasuk mata seorang pria bernama Darren Kang. Dunia benar-benar sempit, pikir Darren. Darren tidak menyangka kalau Sandra juga akan datang ke pesta seperti ini, padahal biasanya Victor yang akan datang. Penampilan Sandra malam ini, Darren harus mengakui kalau gaun itu sangat cocok untuk Sandra, membuat aura Sandra terlihat menyegarkan. “Darren?” seseorang membuyarkan lamunan Darren dan orang itu adalah Helen. “Dia wanita itu, kan?” Helen bertanya pada Darren setelah melihat Sandra yang kini bicara dengan Steven. “Benar. Si wanita angkuh ...” mata Darren masih tertuju pada Sandra. “Dan cantik.” Darren melanjutkan kalimatnya di dalam hati. “Aku tidak menyangka kalau kalian yang akan datang. Kalian tidak sering datang ke pesta seperti ini, kan?” Steven bertanya pada Sandra dan Delvin. “Ya. Aku harap Paman tidak kecewa karena Ayah tidak datang,” ucap Delvin. Hanya Delvin yang menjawab, sebab Sandra sedang menatap ke arah lain. “Tentu saja tidak. Aku justru sangat senang. Aku dengar Sandra sangat pandai bermain kartu. Bagaimana kalau nanti kita sedikit bermain?” bahkan saat Steven bertanya, Sandra tidak juga menatap Steven. Mata Sandra tertuju pada sosok pria yang berulang kali membuat darahnya mendidih. Sandra sungguh benci ketika dunia menjadi begitu sempit, sampai ia selalu saja bertemu dengan Darren. Melihat cara pria itu menatapnya, membuat Sandra sangat ingin mengeluarkan bola matanya. “Ekhem.” Delvin menyenggol lengan Sandra. Delvin tahu apa yang Sandra tatap dan Delvin juga merasa kesal karena kembali melihat Darren di sini. “Apa?” Sandra bertanya seperti orang bingung setelah Delvin menyenggol lengannya. “Aku mengundangmu untuk bermain kartu di hari ulang tahunku. Bagaimana?” Steven mengulang pertanyaannya untuk Sandra yang seperti tidak fokus. “Tentu saja. Itu terdengar bagus.” Sandra menunjukkan senyumannya. Sudah lama ia tidak bermain kartu, jadi, bermain sebentar untuk membuat seorang pria paruh baya senang tidaklah menjadi masalah. •••• Di tengah pesta ulang tahun Steven, Darren pergi ke pojok ruangan yang sepi bersama seorang wanita yang merupakan anak dari Steven Cha. Verlin Cha, itulah namanya. Darren meninggalkan Helen yang sedang asik mengobrol dengan seorang pria yang juga merupakan tamu di sana. Sandra melihat apa yang Darren lakukan dan itu membuat Sandra mengangkat salah satu sudut bibirnya. Sandra tidak yakin berapa lama lagi Darren bisa seperti ini, sebab perang sudah direncanakan. Sandra tidak suka konflik, tapi jika itu adalah satu-satunya cara untuk menghilangkan pria seperti Darren, juga wanita bodoh yang pernah membawa lari anaknya, maka Sandra akan melakukannya. Helen yang sadar Sandra menatapnya dan mengangkat salah satu sudut bibir seperti sedang mengejeknya langsung menghampiri Sandra. Sedangkan Sandra harus mengakui kalau Helen sangat berani untuk muncul di hadapannya setelah semua yang terjadi. “Kau masih berani berdiri di depanku? Aku tidak lupa apa yang telah kau lakukan pada anakku. Aku tidak punya banyak kesabaran, jadi, pergilah sebelum kesabaranku habis.” Suara Sandra penuh penekanan. “Aku benci senyumanmu. Jangan pernah tunjukkan itu padaku lagi!” Helen juga menekankan kalimatnya. “Kau pikir, siapa dirimu sampai berani melarangku untuk tersenyum? Gila!” Sandra kembali menaikkan satu sudut bibirnya, memperlihatkan lagi senyum yang dibenci oleh Helen. “Apa katamu?!” Helen menjadi sangat marah sekarang. Helen ingin menjambak rambut Sandra, tapi Sandra sudah lebih dulu membantingnya dan membuat semua mata tertuju pada perseteruan ini. “Gaya berkelahimu sangat tidak berkelas,” ejek Sandra. Darren yang sedang bersenang-senang dengan Verlin merasa terganggu dengan keributan yang tiba-tiba saja terjadi. Darren tidak tahu ada apa di sana, sampai akhirnya Darren melihat Helen tergeletak di lantai. Melihat hal ini membuat Darren langsung mendekati Helen, begitu juga dengan Verlin. Delvin yang tadi sedang mengobrol dengan Steven, kini sudah berada di sebelah Sandra. Sejak melihat Darren dan Helen ada di sini, Delvin selalu takut Sandra mungkin akan hilang kendali, lalu terjadi perkelahian. Dan benar saja, Sandra memang hilang kendali. Delvin menyesal telah meninggalkan Sandra sendirian. “Apa yang terjadi?” Darren bertanya pada Helen. “Wanita itu ...” Helen menatap ke arah Sandra yang berdiri di depannya dengan tatapan mata yang sangat tajam. Darren juga ikut menatap Sandra. Setelah membantu Helen kembali berdiri, Darren langsung berdiri tepat di depan Sandra. “Ini bukan tempat yang tepat untuk mencari masalah. Kau sangat tidak sopan.” “Sudah terlalu banyak masalah di antara kau dan aku. Mari cepat selesaikan. Aku harap kau tidak akan terkejut dengan apa yang akan aku lakukan. Aku tidak suka konflik, tapi sepertinya konflik memang tidak bisa dihindari. Aku bosan melihatmu dan juga wanita itu. Sangat memuakkan!” rendah, namun penuh dengan penekanan. Seperti itulah gaya bicara Sandra saat ini. “Aku harap, kau juga tidak akan terkejut dengan apa yang akan aku tunjukkan padamu.” Darren membalas ucapan Sandra, bahkan Darren tersenyum pada Sandra. Entah apa lagi yang Darren rencanakan sekarang. Sesuatu yang akan membuatnya terkejut. Sandra tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Darren sekarang. Ini membuat Sandra yang tidak ingin berperang, kini justru sangat ingin berperang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD