Part 15

1453 Words
Tangan Helen mengepal begitu mendengar ucapan Darren. Helen tidak mengerti bagaimana Darren bisa mengatakan hal itu dengan mudahnya. “Baiklah. Kita tunda. Aku ingin melihatmu berhasil dalam rencanamu.” Dan dengan mudahnya pula Helen berkata seperti ini. “Kau yang terbaik.” Darren tersenyum pada Helen, lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Helen. Awalnya Darren hanya ingin memberikan kecupan pada bibir Helen, tapi Helen menahan tengkuk leher Darren hingga ciuman berubah menjadi panas dan menuntut. Helen bangkit dari duduknya dan mendorong Darren ke ranjang. Helen berada di atas Darren, karena Helen ingin memimpin kali ini. Helen ingin menghukum Darren karena sudah membuatnya sangat kesal, tapi dengan bodohnya ia mengiyakan keinginan Darren. •••• Desahan menenuhi kamar Darren, karena aktivitas panas yang sedang terjadi saat ini. Helen benar-benar menjadi pemimpin, wanita cantik ini bergerak dengan liar di atas Darren dengan tubuh mereka yang telah menyatu. Darren mencengkeram erat pinggang Helen, di saat bersamaan desahan keras terus keluar dari mulut Darren. Ini bukan pertama kalinya Darren bercinta dengan Helen, tapi ini adalah pertama kalinya Darren membiarkan Helen memimpin permainan dan ternyata sangat menyenangkan. Melihat wajah Darren yang seksi membuat Helen tersenyum puas, ditambah desahan Darren yang terdengar sangat merdu di telinganya membuat Helen semakin b*******h dan semakin ingin mempermainkan Darren. “Aku akan keluar. Ahh ... ouhh ...” Darren mendesah semakin hebat. Puncak kenikmatan itu hampir datang padanya. Sedikit lagi Darren akan mendapatkan surga kenikmatannya, tapi Helen justru berhenti bergerak. “Apa yang kau lakukan? Bergeraklah lagi. Aku sangat menyukainya,” ucap Darren. Ini sangat tidak menyenangkan. Darren benci saat seseorang bermain dengan dirinya. “Kau sudah berjanji akan membiarkanku memimpin permainan kali ini, jadi, kau tidak bisa memerintahku. Bukankah pria sejati selalu menepati janjinya?” Helen memberikan senyuman nakalnya pada Darren. “Helen, kau ... ahh ... ouuhh ... aku sangat menyukainya.” Darren kembali mendesah karena Helen kembali bergerak dengan liarnya. Saat Darren kembali merasa akan mendapatkan surga kenikmatannya, Helen kembali berhenti bergerak. Ini membuat Darren frustasi, kenikmatannya harus tergganggu karena permainan tidak penting Helen. Darren tidak suka hal semacam ini. Kalau saja wanita yang sekarang bersamanya bukan Helen, maka Darren sudah mencekik lehernya. “Aku benci di permainankan, Helen. Jika kau terus seperti ini, aku akan sangat marah padamu,” ancam Darren. Helen terdiam setelah mendengar ancaman Darren. Semua orang benci dipermainkan, bukan hanya Darren, tapi ia juga benci dipermainkan dan lebih benci lagi pada hatinya yang selalu tunduk pada Darren. Permainan ini bahkan tidak ada apa-apanya dengan semua rasa sakit yang Darren berikan padanya, tapi Darren bersikap seakan sangat menderita sekarang. “Aku harus menghukummu.” Darren memutar posisi menjadi Helen di bawahnya. Sudah cukup Helen memimpin permainan ini. Kepemimpinan Helen sama sekali tidak menyenangkan. “Apa yang kau lakukan? Aku yang harusnya ....” “Aku tidak mengatakan kau boleh memimpin ini sampai akhir. Aku yang akan memimpin puncaknya.” Darren mengangkat salah satu sudut bibirnya, lalu menggerakkan miliknya dengan sangat cepat hingga membuat desahan keras keluar dari mulutnya, juga dari mulut Helen. •••• Acara makan malam sudah selesai. Sandra sudah kembali ke rumahnya bersama Rachel. Saat ini, Sandra tengah menidurkan Rachel di ranjang dan Rachel tidur dalam perjalanan pulang dari restoran. Sandra menarik selimut untuk Rachel, lalu membelai rambut Rachel. “Ibu, kapan Ayah akan datang lagi? Aku sangat ingin bersama Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kita lagi, kan?” Sandra kembali mengingat ocehan Rachel saat di restoran tadi. Darren benar-benar telah mengambil tempat di hati Rachel dalam waktu yang singkat. Ini bukanlah sesuatu yang baik, tapi Sandra tidak tahu cara menghentikan semuanya. Bagaimana bisa menjauhkan Rachel dari sosok yang sangat ia rindukan tanpa menyakiti hatinya? “Aku harap hasil tes DNA menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil tes yang pria b******k itu tunjukkan pasti palsu. Ya. Tidak mungkin ayah Rachel sama persis seperti ayahku, sama-sama b******k. Itu tidak masuk akal.” Sandra berucap dengan nada pelannya. Sandra sungguh tidak ingin ada pria seperti ayahnya di dalam hidupnya dan Rachel. Tidak boleh ada pria seperti itu sampai kapanpun. Ponsel Sandra berdering karena telepon dari nomor yang tidak ada namanya. Agar tidak mengganggu waktu tidur Rachel, Sandra menjawab telepon di luar. Entah siapa yang menelepon di waktu istirahat seperti ini. Agak menyebalkan. “Halo?” ucap Sandra begitu menjawab telepon dari seseorang yang tidak dikenal. “Kakak, kondisi Ayah sangat buruk. Tidak bisakah datang ke sini sekali saja? Aku mohon.” Itu adalah suara Daniel, Sandra bisa mengenalinya dan Sandra menyesal karena sudah menjawab telepon dari Daniel. “Bosan mendatangiku, sekarang kau mencoba membujukku lewat telepon? Kau sungguh suka membuang-buang waktumu. Asal kau tahu, aku tidak akan pernah mau menemuinya! Pria itu bukan ayahku lagi!” Sandra memberikan penekanan. “Kakak ....” Sandra langsung menutup telepon sebelum Daniel menyelesaikan kalimatnya. Sandra tidak ingin mendengar apapun lagi tentang pria yang telah sangat menyakiti hatinya dan hati ibunya. Bahkan jika dia dalam kondisi yang sangat kritis, Sandra tidak akan pernah datang, sama seperti dia yang tidak datang di saat ia sangat membutuhkan sosok seorang ayah di sisinya. Sandra mendudukkan tubuhnya di kursi dan meremas kuat ponselnya. “Ini benar-benar buruk. Aku tidak pernah ingin mencari tahu siapa ayah Rachel, karena tanpa tanggungjawab darinya aku masih bisa membesarkan Rachel, tapi seorang pria b******k justru datang dan mengaku sebagai ayah Rachel. Aku juga seperti di teror untuk menemui seseorang yang sangat aku benci. Sangat menyebalkan!” geram Sandra. •••• Seorang wanita menatap sosok suaminya dari luar kamar rawat inapnya. Suaminya yang terus menangis dan memohon agar dipertemukan dengan seseorang. Ia kira bisa menghindari hal seperti ini atau setidaknya mengabaikannya, tapi hal seperti ini selalu terjadi. Ia sudah meminta anaknya untuk mendatangi seseorang yang ingin ditemui oleh suaminya, tapi orang itu menolak mentah-mentah permintaan anaknya. Sudah berulang kali mencoba membujuk wanita bernama Sandra Park itu, tapi tidak juga mendapatkan hasil yang baik sampai detik ini. Sandra terlalu keras kepala dan tidak berperasaan. “Ibu.” Seorang pria muda bernama Daniel memanggil wanita yang sejak tadi terdiam. “Bagaimana?” dan wanita yang bernama Stella Yoon ini bertanya pada Daniel. “Kakak tetap menolak.” “Kau tidak perlu memanggilnya kakak, jika dia tidak menganggap keberadaanmu sebagai adiknya.” Stella menyahuti ucapan Daniel. “Apa sekarang adalah saat yang tepat untuk hal seperti ini? Cobalah Ibu yang datang padanya, mungkin hasilnya akan berbeda.” Daniel memberikan saran pada ibunya. Pandangan Stella kini hanya fokus pada Daniel. Stella menatap Daniel dengan tatapan agak kesal. “Kau menyuruh ibumu sendiri memohon pada Sandra? Kau ingin menghancurkan harga diri ibu?” ucap Stella. Daniel tidak menyangka kalimat itu yang akan ia dengar dari ibunya. Andai saja harga diri bisa membuat keadaan ayahnya membaik, maka Daniel akan sangat berterima kasih pada ibunya karena sudah sangat meninggikan harga dirinya. “Wanita yang merebut suami orang lain sudah kehilangan harga dirinya sejak awal. Kenapa Ibu takut akan kehancuran pada sesuatu yang sudah tidak Ibu miliki?” “Daniel!” bentak Stella. “Sering menemui Sandra membuat mulutmu sama kurang ajar seperti dia!” Stella kembali bicara dengan nada tingginya. “Aku hanya bicara kenyataan. Aku bahkan tidak pernah lupa saat Kakak mengatakan padaku kalau aku memberikan kenangan terburuk untuk di hari ulang tahunnya. Bagaimana bisa Ibu memperkenalkan diri Ibu sebagai seorang selingkuhan dengan membawaku tepat di hari ulang tahunnya? Ibu menempatkanku dalam posisi yang selalu mencekikku.” Daniel membalas bentakkan ibunya. “Kalimatmu benar-benar sudah kurang ajar, Daniel. Ada apa denganmu? Kau tidak seperti Daniel yang ibu kenal.” “Sejak kapan Ibu sangat mengenalku?” Daniel mengajukan pertanyaan pada ibunya, lalu masuk ke dalam kamar rawat inap ayahnya. Stella mengepalkan tangannya. Stella marah karena mendengar kalimat yang keluar dari mulut Daniel. Entah dirinya tidak mengenal sosok Daniel dengan baik karena sibuk bekerja, atau Daniel yang memang berubah setelah beberapa kali bertemu dengan Sandra. Stella tidak tahu. •••• Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ini sudah waktunya istirahat, Victor juga akan masuk ke kamarnya, tapi kedatangan Delvin ke ruang bacanya membuat Victor menunda pergi ke kamarnya. Pasti ada sesuatu sampai Delvin datang ke ruang baca semalam ini, pikir Victor. “Bisakah aku menanyakan sesuatu?” tanya Delvin. Victor tersenyum karena tebakkannya ternyata benar. “Tentu. Duduklah.” Victor kembali duduk di tempatnya, dan diikuti oleh Delvin yang duduk di sofa yang satunya. Delvin sebenarnya ragu untuk menanyakan hal ini, tapi Delvin tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya. Delvin sungguh ingin tahu. “Sebenarnya, seperti apa hidup Sandra?” inilah yang sangat Delvin ketahui. Victor tahu saat seperti ini akan tiba setelah menyadari bagaimana perasaan Delvin pada Sandra. Delvin ingin tahu segala hal tentang Sandra dan sangat ingin masuk ke dalam hati Sandra. Setelah mendengar sedikit cerita tentang Sandra, Delvin mungkin akan mengerti alasan kenapa Sandra tidak ingin terikat dengan pria manapun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD