Part 13

1662 Words
Darren Kang. Pria ini masih tersenyum dengan begitu manis pada Rachel yang terlihat takut, sekaligus bingung. Tentu saja Rachel takut, sebab pernah terjadi hal menakutkan yang dilakukan oleh Darren dan kebingungan Rachel karena kini Darren datang dan mengaku sebagai ayahnya. Rachel yang masih terlalu kecil tidak mengerti dengan semua ini. “Apa yang kau ....” “Aku datang dengan cara baik-baik. Jangan memancingku untuk membuat keributan di hari ulang tahun anakku.” Darren menyela kalimat Delvin. “Kau benar-benar sudah gila,” ucap Delvin dan mendapat senyuman dari Darren. “Bagi yang tidak tahu apa-apa, diam adalah solusi yang terbaik. Banyak bicara saat tidak tahu apa-apa hanya akan membuatmu terlihat seperti orang bodoh.” Darren membalas ucapan Delvin, lalu berjalan ke arah Rachel yang sedang duduk dengan Sandra. Sandra sudah ingin mendatangi Darren untuk menyeret keluar pria itu, tapi Rachel dengan cepat memeluk Sandra dan terlihat jelas kalau Rachel takut saat melihat wajah Darren. Terkutuklah Darren yang terus saja mencari masalah dengannya. Darah Sandra selalu saja mendidih jika sudah melihat Darren di hadapannya. “Berhenti, selagi aku masih baik padamu.” Sandra menatap tajam Darren. “Rachel. Ayah hanya main-main saat itu. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya, jadi ayah ingin memberikan kejutan yang menyenangkan. Jangan takut pada ayah dan kemarilah.” Darren tidak peduli pada ucapan Sandra, karena tujuan Darren datang kemari bukan untuk bicara hal tidak penting dengan Sandra. “Paman sungguh Ayahku?” Rachel bertanya pada Darren. “Ya.” “Tidak.” Darren dan Sandra menjawab bersamaan dan memberikan jawaban yang berbeda. Darren tentu menjawab ya. Sedangkan Sandra menjawab tidak. Darren berdecak mendengar jawaban Sandra, lalu melempar amplop yang ia bawa pada Sandra. “Bacalah,” ucap Darren. Sandra melirik tajam dan membuka amplop itu, sembari memegang erat tangan Rachel agar tidak lari karena percaya pada omong kosong Darren. Sandra membaca kertas yang ia keluarkan dari amplop yang Darren berikan. Raut wajah Sandra berubah menjadi bercampur terkejut, marah, dan tidak percaya. Itu adalah hasil tes DNA yang menunjukkan kecocokkan DNA Rachel dan Darren. Delvin yang melihat perubahan raut wajah Sandra langsung mendekati wanita itu untuk melihat apa yang Darren berikan sampai membuat Sandra seperti ini. Dan Darren juga terkejut begitu melihat bahwa itu adalah hasil tes DNA. “Kau sangat terobsesi untuk mencari masalah denganku, sampai memalsukan hal seperti ini. Tidak pernah terjadi tes DNA di antara kau dan Rachel!” Sandra menekankan kalimatnya. “Tes DNA terjadi, tapi kau yang tidak tahu.” Lalu dibalas oleh Darren. “Apa yang terjadi di sini?” dan Victor akhirnya datang ke tempat pesta. “Apa yang kau lakukan di sini?” Victor pun akhirnya melihat keberadaan Darren di sini. Kalau saja di sini tidak banyak anak kecil, Victor sudah mengeluarkan pistolnya untuk menembak kepala Darren. “Aku ayah Rachel ...” Darren menjawab pertanyaan Victor. “Aku sudah memberikan buktinya pada Sandra. Silahkan dilihat.” Darren tersenyum santai pada Victor. Victor langsung mengambil kertas yang ada di tangan Sandra. Sedangkan Darren terus membuat kontak mata dengan Rachel, mencoba menarik perhatian Rachel agar mau datang padanya. Darren tidak berpengalaman dalam mendekati anak kecil, tapi mendapatkan hati darah dagingnya sendiri Darren rasa tidak sulit. Bukankah darah lebih kental dari air? “Aku tidak bisa mempercayai ini. Tes ulang harus dilakukan.” Victor meremas kertas yang ada di tangannya. Tidak sedikit pun Victor percaya pada hasil tes yang tidak ia tahu kapan dilakukan, tapi Victor juga tidak bisa mengabaikan hal ini. “Ayah, itu tidak perlu dilakukan. Kenapa kita harus merespon apa yang dia lakukan? Itu tidak penting.” Sandra angkat bicara. “Pasti ada alasan kenapa dia yakin bahwa Rachel adalah anaknya. Aku harus membuktikan sendiri kepercayaannya itu benar atau tidak.” Victor membalas ucapan Sandra. Victor memang kejam, bahkan sangat ingin membunuh Darren, tapi Victor tidak menghindari nati nuraninya saat melihat Rachel yang sangat menginginkan kehadiran seorang ayah. “Tetapi ....” “Ayah.” Kalimat Sandra terhenti karena mendengar Rachel yang memanggil Darren dengan sebutan ayah. Sandra tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Rachel menyebut Darren sebagai ayah. Astaga, pria b******k seperti Darren sangat tidak cocok menjadi ayah. Ada sesuatu di balik semua ini. Ya. Sandra yakin ada sesuatu. Senyuman Darren semakin lebar ketika mendengar Rachel memanggilnya dengan sebutan ayah. Rachel belum berani mendekat padanya dan itu karena perbuatannya yang membuat kesan pertama buruk dengan Rachel. Darren agak menyesali hal itu. Kalau saja penculikkan tidak terjadi, maka semua bisa lebih mudah. Tapi tidak apa-apa, Darren tidak masalah dengan hal ini. Rachel pasti akan dekat padanya. Darren yakin dengan hal itu. Sementara Delvin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara Darren dan Sandra. Sandra dan Darren seperti orang asing yang terlibat masalah, lalu akhirnya saling membenci, bagaimana bisa sekarang Darren menjadi ayah Rachel? Dan kenapa Sandra terkejut mengetahui kalau Darren adalah ayah Rachel? •••• Setelah terjadi hal yang sangat mengejutkan, pesta ulang tahun Sandra dan Rachel berlangsung seolah tidak terjadi apa-apa. Semua teman-teman Rachel, Bibi Jane, Brianna, dan Luciana juga hadir di sana, jangan lupakan Clara yang hadir untuk mengantar Bryan. Sandra tidak tertarik untuk melihat seperti apa sorot mata Clara saat menatapnya, pikiran Sandra sangat tergganggu karena hasil tes DNA itu yang Sandra tidak tahu itu asli atau tidak. Jika asli, bagaimana cara Darren melakukannya? Karena hadir di pesta ini, Darren tahu kalau ulang tahun Sandra dan Rachel jatuh pada bulan dan tanggal yang sama. Cukup unik. Darren tidak sering melihat hal seperti ini. Saat Darren begitu fokus menatap Rachel yang akan meniup lilin ulang tahun bersama Sandra, ponsel Darren berdering karena telepon dari Helen. Darren hanya menatap sejenak ponselnya, lalu mengabaikan telepon dari Helen. Ternyata ini bukan pertama kalinya Darren mengabaikan telepon dari Helen, tapi di sana tertulis ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari Helen. Di tempat lain. Helen terlihat sangat kesal saat Darren lagi-lagi tidak menjawab teleponnya. Helen mencoba lagi dan tetap tidak diangkat. Beberapa langkah di belakang Helen, terlihat seorang pria paruh baya tengah duduk dengan berbagai makanan sudah ada di depannya. Pria bernama Louis ini menatap ke arah Helen dengan tatapan yang terlihat sedih. Louis sedih melihat putrinya yang lagi-lagi diabaikan oleh Darren dan itu pasti karena Darren sedang bersama wanita lain. “Lupakan saja. Darren pasti bersama wanita lain sampai lupa pada janjinya untuk makan bersama kita. Duduklah. Kita makan berdua saja,” ucap Louis. Helen kembali ke tempat duduknya dan mulai makan dengan raut wajah yang terlihat penuh dengan kekecewaan. Helen hanya ingin bersama Darren, tapi itu sangat sulit. Darren sudah mengatakan akan datang ke restoran, tapi sekarang justru tidak datang meski sudah ditunggu selama 1 jam lamanya. “Belum terlambat untuk menghentikan kegilaan ini.” Louis bicara di tengah acara makannya dengan Helen. “Sudah kubilang, Ayah jangan ikut campur. Darren akan segera berhenti dari kebiasaan buruknya. Tugas Ayah hanya sampai pada menjodohkanku dengan Darren. Itu saja.” Helen membalas ucapan ayahnya. “Kau sungguh percaya pada ucapannya? Cinta tidak seperti ini. Kau ....” “Hentikan!” Helen menyela ucapan ayahnya. “Ayah harus diam dan menuruti semua permintaanku, jika Ayah tidak ingin melihatku mati!” Helen menekankan kalimatnya, lalu melempar sumpitnya dan pergi dari restoran. Louis hanya menatap Helen yang pergi meninggalkannya. Louis tidak memanggil Helen lagi karena itu akan percuma saja. Louis hanya tidak ingin melihat Helen sedih karena berharap pada pria seperti Darren, tapi Louis tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan Helen. Louis tidak mengerti kenapa Helen tidak memahami kasih sayangnya ini. •••• “Aku akan segera ke sana. Jangan khawatir. Pestanya sebentar lagi selesai.” Luciana terlihat sedang bicara dengan seseorang di telepon. Setelah menerima telepon, Luciana mendekati Sandra yang sedang menyuapi Rachel kue. Luciana membisikkan sesuatu di telinga Sandra. Sandra tersenyum kecil setelah mendengar bisikkan Luciana, lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan. Setelah itu, Luciana langsung melangkah pergi dan tidak sengaja menabrak Clara yang baru saja keluar dari toilet. “Maafkan aku.” Luciana meminta maaf pada Clara dan setelahnya kembali melangkah. Pandangan Clara tidak pernah lepas dari Luciana, wanita yang baru saja menabraknya. “Aroma itu ....” “Bibi.” Gumaman Clara kembali tertelan karena seseorang memanggilnya. Saat Clara lihat ternyata itu adalah Rachel yang memberikan potongan kue ulang tahun padanya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Clara. “Bibi pernah mengobati lukaku. Sekarang, aku ingin memberikan kue ini pada Bibi.” Rachel tersenyum pada Clara. Benar. Clara pernah mengobati luka Rachel saat Rachel jatuh di sekolah dan ada luka kecil di lututnya. Tidak peduli seberapa benci Clara pada Sandra hingga akhirnya ingin membenci Rachel juga, pada akhirnya Clara tidak bisa menyembunyikan kasih sayang seorang ibu yang ada dalam dirinya begitu melihat seorang anak terluka. Sandra yang melihat Rachel memberikan kue pada Clara hanya bisa menghela napas. Sandra tidak suka melihat sikap manis Rachel pada wanita menyebalkan seperti Clara, tapi Sandra juga tidak bisa melarang Rachel. Ibu macam apa yang akan melarang anaknya baik pada orang lain karena egonya sendiri? “Terima kasih.” Clara mengambil kue yang diberikan oleh Rachel. Clara ingin menolak, tapi senyuman Rachel begitu manis, mengingatkannya pada anak perempuannya yang merupakan kembaran Bryan dan telah meninggal 2 tahun yang lalu. Sementara di sudut lain, Delvin tidak henti-hentinya menatap Darren yang selalu mencoba mendekatkan diri pada Rachel, bahkan sampai mengatakan kalau kejadian penculikkan itu hanya kejutan bagi Rachel. Mulut Darren benar-benar manis, sampai Darren ingin memukulnya karena terlalu manis. “Rachel, ayo ikut dengan paman. Ada hadiah yang menunggumu.” Delvin memanggil Rachel, saat Rachel ingin berjalan ke arah Darren. “Kakek juga ada di sana,” ucap Delvin lagi. “Sungguh? Hadiah apa?” tanya Rachel antusias. “Itu rahasia. Kalau ingin tahu, maka kau harus ikut.” Delvin mengulurkan tangannya pada Rachel. Rachel pun meraih tangan Delvin, lalu pergi. Sandra tersenyum puas saat melihat Darren diabaikan oleh Rachel. Itu yang Sandra inginkan, sebab Sandra tidak bisa mempercayakan anaknya dalam pengawasan pria b******k seperti Darren. Dan Darren yang melihat senyuman sinis Sandra padanya diam-diam mengangkat salah satu sudut bibirnya. “Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Itu pasti,” gumam Darren.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD