Part 2

1131 Words
Diandra scarlett edison Melihat pintu kamar jonatan sedikit terbuka aku medengar suara jontan menelfon seseorang,aku memberanikan diri mendengar percakapan jonatan dibalik pintu kamarnya tanpa mau mengetuknya. Jonatan terlihat kacau. Tangan satu memegang ponsel yang menempel ditelinganya sedangkan tangan satu menyisir rambutnya kebelakang,jonatan terlihat sangat kacau dan frustasi. "Secepat itukah dia keluar" "..." "Oh tuhan bahkan semuanya belum bisa dijalankan sesuai harapan ku dan william" "..." "Baiklah aku akan mencari penggantinya" "...." "oh tidak. tidak usah biar aku yang memberi tahu william" "...." "ya aku akan segera membereskannya" "...." "baiklah,kembalilah bekerja. Aku akan segera memberikan kabar ini secepatnya" Jonatan menutup ponsel dengan kesal dan melemparnya ke atas nakas. Tanpa aku sadari jonatan berdiri di depanku. "kau mendengarnya.?" "yeah..!aku mendengarnya. Katakan apa yang terjadi jo" "tidak begitu penting" "ayolah jo..bukankah kita saudara" "hey..sejak kapan kau mengangapku saudara"jonatan terkekeh mendengar perkataan yang keluar dari mulutku. "berhentilah bercanda jo,bicaralah mungkin aku bisa sedikit membantumu. Meski aku terlihat sedikit payah. Mungkin aku bisa kau andalkan untuk menjadi pendengar setiamu" Jonatan menarikku kepelukannya dan mulai terkekeh lepas seperti bebannya sudah sedikit menguap begitu saja"benarkah kau mau membantuku" "hem,tapi bisakah kau melepaskan pelukanmu terlebih dahulu jo. Kau membuatku susah bernafas" Jonatan melepas pelukannya dan menatapku tajam. Seolah berfikir keras cara menyampaikan masalahnya padaku"tersenyumlah dra,aku ingin melihat senyum adik kecilku dulu" Tanpa menghiraukannya aku menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan jonatan yang masih berada di pintu kamarnya. Aku masih tidak mengerti apa yang ada diotak jonatan. ** Aku duduk disofa menatap tv didepanku. Entah apa yang mengganggu pikiranku,membuatku susah berkonsentrasi menonton acara nya. "jo apakah kau ada didalam" Suara seseorang dibalik pintu apartemenku membuyarkan lamunanku dan beranjak dari sofa menuju pintu apartemen. Willam terdiam menatapku didepan pintu dia masih tetap asik dalam kebisuannya. Terlihat asik dengan lamunannya. William menatapku tanpa berkedip sedikitpun. Oh tuhan apa yang ada dalam pikurannya bisakah kau memberitahuku,dia benar-benar sangat tampan.willian oh no bibirmu membuatku inggin sekali melumatnya,dadabidangmu membuatku ingin menyandarkan kepalaku. "masuklah"suaraku membuat william tersentak dari lamunanya dan tersenyum miring melewatiku yang berada dipintu"kau terlihat sexy sekarang"suara william membuatku menegang. Suara yang begitu lembut hingga tidak bisa membuatku bergerak. Suara yang hampir tidak bisa didengar siapapun. Hanya aku yang mendengar. Aku masih terus menatap punggungnya yang berjalan menjauhiku. Aku berusaha sekuat tenaga menunjukkan wajah datarku. Berusaha setenang mungkin,mengontrol tubuhku yang siap menerjangnya setiap saat. William menghempaskan tubuhnya diatas sofa dan menyilangkan kakinya disofa."bisakah kau memanggilkan jonatan untukku scar" Aku hanya menganggukakn kepalaku dan menutup pintu. Sebelum aku memanggil jonatan, jonatan terlebih dulu keluar dari arah dapur dan menghampiri william disofa ruang tamu. Aku segera meninggalkan mereka dan berjalan memasuki dapur. Aku mendengar william membentak jonatan,dari jarak yang tidak terlalu jauh melihat wiiliam berdiri dihadapan jonatan menyodorkan sebuah map berwarna kuning. Aku segera berlari menghampiri mereka melihat apa yang sebenarnya terjadi,melihat dengan jelas william yang siap memukul jonatan,aku melihat amarah wiilam yang tidak terbendung lagi"hey kau" "Tenanglah baby,ini semua tidak seperti yang kau pikirkan,duduklah baby,ini semua salahku william tidak salah"aku hanya mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang jonatan katakan jelas jelas william membentakknya. "Maafkan aku scar,aku terlalu emosi dan membentak jonatan" Tanpa menggubris william aku mulai panik"katakan jo apa yang terjadi" Jonatan mengenggam tanganku dan membuang nafas kasar mencoba untuk setenang mungkin"diandra maafkan aku,ini semua terlalu rumit,dad berulah lagi" Aku menatap keputus asaan didalam mata jonatan. Aku menatapnya secara intens,aku masih tidak mengerti apa yang jonatan bicarakan"bisakah kau menceritakan semuanya dan dad apa yang dia lakukan" "dad akan menghancurkan bisnisku lagi,dengan susah payah aku mencari investor bisnis baruku,lagi lagi dad mencium bisnisku itu,dad mulai menghancurkannya sedikit demi sedikit"ada jeda sedikit sebelum jonatan melanjutkan ceritanya"dad tidak mau aku berkembang,dad ingin aku mewarisi bisnisnya dan aku tidak menyukainya,aku muak jika harus bekerja dengan b***h itu,aku menceritakan semua masalahku kepada william dan dia mulai membantu bisnis yang baru saja aku bangun setahun ini tanpa menggunakan nama edison aku berjuang membesarkan bisnisku,maaf aku tidak menceritakannya padamu" Aku melihat air mata yang mulai membasahi pipinya,jonatan tidak mampu menatapku lagi dia mulai menundukkan wajahnya kebawah,jonatan semakin mempererat genggamannya,yang menggenggam tanganku.jonatan menangis,aku tidak percaya ini,jonatan rapuh,jonatan kakakku yang selalu ceria dengan kelakuan brengseknya tidak kuat untuk berbicara dan menatapku. "Tataplah aku b******k,aku muak dengan tangisan itu,lanjutkan ceritamu" William tersenyum miring melihatku dan jonatan yang berusaha kuat untuk menatapku. "kau bukan hanya dingin kau juga kejam scar" "tutup mulutmu will aku tidak butuh pendapat mu dan kau jo bicaralah jangan menjadi seorang pecundang setiap masalah akan bisa kau selesaikan bukan,bukankah kejantananmu lebih berharga dari pada masalahmu" Jonatan menatap ngeri ke arahku,jonatan tau kalau aku selalu menendang kejantanannya saat emosiku tidak terkontrol karena ulahnya."bisnis yang aku jalankan setahun ini sudah tersusun rapi tanpa sepengetahuan daddy,aku dan william membangun bisnis kami secara diam diam tanpa campur tangan keluarga,entah kenapa daddy tau aku keindonesia kemarin dan dady mulai mencari tahu secara diam diam sampai aku mendengar langsung dari karyawanku bahwa resort yang ada diprancis mengalami masalah dan itu berakibat buruk untuk bisnis resort,resortku yang lain dan uang yang dikeluarkan william tidak sedikit untuk membantuku. Meski bisnisku tidak berpengaruh banyak terhadap bisnisnya. Orang yang selama ini aku percaya mengurus segalanya tiba-tiba mengajukan resign dan itu cukup membuatku benar benar terpuruk saat ini". "jangan bilang ini tidak berpengaruh terhadapku b******k!,aku bersusah payah membujuk dad untuk mengucurkan dana kedalam bisnisku,meski daddyku tidak mau tau apa yang aku kerjakan,bisa kau bayangkan betapa lelahnya aku mengurus bisnis keluarga dan bisnis sialan ini"william terlihat marah ketika jonatan berbicara bahwa bisnisnya tidak menganggu bisnis yang william miliki. Jonatan menatapku lesu dan menatap william dengan rasa sesal yang mendalam"maafkan aku will aku tidak berguna" "aku akan membantu kalian,kalian bisa mengandalkan ku,aku akan mengambil alih bisnis kalian tanpa dad ketahui,dan kau jo tetaplah bekerja pada dad urus bisnis dad yang ada disini tanpa harus keindonesia" "bisakah kau melakukannya" "aku cukup berpengalam dalam urusan bisnis will,aku hanya meminta dokumen tentang bisnis kalian seluruh nya,dan tutup semua informasi tentang kepemilikan kalian terhadap resort-resort itu. Buatlah seolah bisnis kalian berpindah tangan kepada oranglain,aku tau ini tidak sulit,karena aku tau kalian membuatnya dengan sembunyi sembunyi,seharusnya kalian tidak kesulitan untuk melakukan itu. Bukankah aku berkata benar william,dan aku butuh bantuan kalian disini tidak dikantor aku tidak mau siapapun tau kalo aku membantu kalian. Suruhlah karyawan kalian menutup mulutnya rapat rapat jika ada yang berani membeberkan bunuh saja,karena aku tidak mau setengah setengah dalam bekerja." "Amazing"seru william. "William bisakah kau membantuku karena aku sangat membutuhkan bantuanmu terutama dolar yang ada didompetmu" "Oh god,aku sungguh tidak percaya kau lebih membutuhkan dolarku bukan tubuhku" "Suatu saat aku membutuhkan tubuhmu juga willam"jawabanku sontak membuat william membulatkan bola matanya dengen sedikit melebarkan mulutnya terlihat jelas keterkejutannya. "Dan kau jonatan tetaplah berada diposisimu sekarang," "lalu bisnismu" "kau tidak usah memusingkan itu jo,aku tidak akan bangkrut dengan tidak adanya aku disana,aku bukan gadis berambisi sepertimu jo" Jonatan mulai menunjukkan senyum termanisnya,wajah william terlihat lebih tenang dan menunjukkan senyum devilnya. Maaf baru come back Bantu vote dan komen yah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD