BAB 1. Kamu Jalan Sama Atasan, Perusahaan Kamu, Aku Beli

1268 Words
Aku duduk di mejaku sambil menatap pemandangan gedung tinggi yang memanjakan mata. Suasana hatiku buruk, sangat buruk! Sejak pagi entah sudah berapa kali Rebeka aku omeli. Setelah membuat aku jengkel karena janji hanya empat tahun dan akhirnya menjadi tujuh tahun di Paris, Wendy kembali membuat aku kesal. Baru satu minggu pulang ke Indonesia, tapi fotonya sudah di upload oleh akun lambe bersama laki-laki lain yang merupakan atasannya di perusahaan Mode tempatnya mulai berkarier. Wendy Aluna Widiatmoko, mantan pacarku. Si gadis nakal yang berkali-kali membohongiku dan terus melarikan diri dariku. Kali ini aku tidak akan membiarkannya lepas lagi. “Apa sih Beca, sudah saya bilang saya nggak mau di gang—” “Ini Aku Ga, kenapa sih marah-marah mulu sampai muka Beka pucat begitu.” Di depan pintu kantorku berdiri gadis cantik yang selama lebih dari enam tahun ini terus di kabarkan menjalin hubungan denganku. Kami tidak pernah mengkonfirmasi hubungan apapun ke publik. Tapi karena kami sering tertangkap kamera bersama, baik untuk urusan pekerjaan atau urusan pribadi, semua orang berasumsi aku berpacaran dengannya dan sengaja tidak mengumumkannya ke publik demi menjaga Privasi. “Nggak papa, gue lagi Bad Mood aja.” Balasku kemudian mendesah. Sarah mendekat ke arahku lalu duduk di hadapanku. “Ada apa ke sini? Kok nggak ngabarin?” “Besok ada acara pameran perhiasan, kamu nggak lupa kan kalau kita harus datang.” Ucapnya kembali membuatku mendesah. Aku paling benci datang ke acara elit semacam itu. Terlalu malas berbasa-basi dengan orang-orang tukang cari muka yang tidak penting. Tapi Ayah akan mengamuk jika aku enggan bersosialisasi dengan mereka, karena sebagai pewaris perusahaan aku harus menjaga sikap agar di segani. “Gue males banget,” gerutuku kesal. “Mood gue lagi nggak bagus juga.” Tambahku lagi. “Jangan di biasakan apa-apa di galauin Ga, orang yang emang udah nggak mau sama kamu ngapain juga sih masih di pikirin. Hidup kamu itu lebih berharga dari pada yang kamu pikirkan. Mending mata kamu lihat orang-orang yang bener-bener suka sama kamu.” Balas Sarah bijak. Entah maksudnya apa tapi dia sering menyindirku seolah dia ingin aku melupakan Wendy. Aku lagi-lagi mendesah kemudian mengambil salah satu surat undangan yang di bawa olehnya. “Oke, besok gue datang, tapi kita ketemuan aja di salon. Gue nggak ada waktu buat jemput ke rumah lo.” Ucapku di angguki oleh Sarah. Setelah itu kami terlibat sedikit obrolan tentang pekerjaan tapi segera berakhir karena aku mengatakan padanya harus segera pergi. Padahal aku memang sedang tidak mood saja meladeni obrolannya yang selalu panjang itu. Siang itu aku memutuskan untuk pulang lebih awal ke rumah dan membiarkan Beka semakin stress karena harus membatalkan beberapa janji temu. Tapi aku membayarnya mahal bukan untuk bekerja dengan satai bukan? Itu sudah resiko yang harus dia pahami ketika dia memutuskan untuk melamar menjadi sekertarisku. “Kok jam segini udah pulang Ga? Tumben?” Bunda bertanya. Aku langsung mencium tangannya kemudian merenggangkan dasiku dan mendesah di depan televisi yang sedang di tonton adik bungsuku. “Lagi patah hati Bund, biasa.” Ujar Jelita mencibir. Membuatnya akhirnya berteriak karena aku melempar kaus kaki ke arahnya dengan tidak berperasaan. “Chiko nggak pulang lagi Bund?” tanyaku. Dan kali ini giliran Bunda yang mendesah. Semenjak adik manisku itu menjadi aktor dan terkenal, membuatnya jarang di rumah. Tapi setelah pertimbangan matang, itu lebih baik untuknya dari pada dia menekuni dunia peretasan. Aku tidak mau Chiko sampai berada dalam bahaya karena melakukan pekerjaan itu. Pekerjaan yang sejak lebih dari tujuh tahun lalu aku tekuni. “Lagi Shooting di luar kota, pulangnya minggu depan kayaknya Ga. Bunda pusing banget anak-anak bunda pada jarang di rumah.” Ujar Bunda mulai drama. Aku mengulum senyum geli yang seketika langsung berubah muak ketika Ayah datang dan langsung memeluk bunda dengan mesra. Keduanya memang masih sangat romantis padahal rambutnya sudah banyak tumbuh uban. “Kan bagus sayang, kita bisa pacaran setiap hari.” Ucap Ayah membuat Bunda mengamuk karena kegiatan masaknya di ganggu. Melihat kemesraan mereka kadang membuat aku iri. Seharusnya sudah sejak lama aku bisa semesra itu bersama Wendy jika dia tidak terus melarikan diri dariku. “Ga, ke ruangan Ayah!” Ajakan Ayah membuyarkan lamunanku. Aku langsung mengekori Beliau menuju ruang kerja setelah membuat adikku menjerit-jerit karena aku tarik rambutnya. Selalu menyenangkan mengerjai Jelita atau Chiko. Sayangnya Chiko jarang di rumah sekarang. “Kalau yang mau Ayah tanyakan tentang pabrik baru, semua udah beres. Suplier bahan baku baru juga sudah selesai tanda tangan kontrak sejak satu minggu lalu sehingga minggu depan udan mulai produksi.” Ucapku menjelaskan. Biasanya Ayah jika memanggilku maka akan membicarakan pekerjaan. “Cepat menikah! Ayah sudah tua dan nenek kamu juga sudah sakit-sakitan.” Balasan Ayah yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan ini seketika membuat aku menoleh dengan serius. “Dan Ayah tidak suka Sarah! Pilihan Ayah tetap Wendy sekalipun sekarang sepertinya dia sudah tidak minat sama kamu.” Tambah beliau lagi dengan kejam. Aku mendesah kesal dan Ayah malah tersenyum lebar karena membuatku kesal sekarang adalah prioritasnya. “Rega nggak ada hubungan apa-apa sama Sarah. Cuma temen aja.” Balasku malas. Aku masih enggan menunjukkan pada keluargaku jika aku masih mengharapkan Wendy, sebab gadis itu selalu melarikan diri dariku dan membuat harga diriku terluka. “Ya sudah berarti nggak ada masalah kan? Nikahi Wendy!” “Kan ayah tahu dia nggak minat sama aku lagi.” Balasku jengkel. Kembali mengingat foto makan malam romantis yang di lakukan Wendy bersama Desainer muda yang sok ganteng itu. “Ya usaha dong, Ga, masa harus Ayah yang usaha. Kan kamu yang mau nikah.” “Tahu Ah Yah, Rega lagi nggak mood bahas pernikahan. Rega masih muda juga.” Balasku kemudian beranjak pergi. “Rega! Ayah belum selesai! Regarta Berandalan!” teriakan Ayah tidak aku hiraukan dan aku langsung masuk kamar. Tapi benarkah aku tidak peduli? Oh, tentu saja tidak. Aku sudah menyiapkan cara untuk menjebak Wendy menikah denganku tanpa penolakan dan tanpa keluargaku tahu bahwa aku yang menginginkannya. Aku akan memanfaatkan keinginan Ayah yang menyuruhku segera menikah dengan Wendy untuk menjeratnya selamanya hidup bersamaku. Seperti yang sudah aku inginkan sejak lama. *** “Orang gila emang, berani-beraninya nipu calon nenek mantu.” Cibir Oliver sambil menatapku heran. Riko dan Gavin sudah mentertawakanku sejak tadi. Tapi tidak ada yang aku pedulikan. “Itu Cuma nipu Ol, Rega bisa lebih psikopat dari ini.” Ujar Gavin semakin mengundang gelak tawa Riko. “Semuanya udah beres Ga, dalam waktu dua hari mereka pasti akan sadar kalau udah di tipu. Dan gue juga udah menghilangkan jejak.” Ucap Bio terlihat serius menatap komputernya. Aku tersenyum licik. “Lo juga mau-mauan bantuin orang gila ini Nipu, Bio.” Ujar Oliver heran. “Lo juga bantuin nyari celah perusahannya mas.” Balasan Bio seketika membuat Oliver diam dan Riko serta Gavin semakin tertawa. “Udahlah, harus kalian akui kita emang gila semua.” Ucap Riko masih dengan sisa tawanya. Sejak foto Wendy bersama Atasanya di upload akun gosip, aku langsung bergerak mencari kelemahan The Princess Wear, perusahaan mode yang di dirikan oleh Nenek Marina—nenek Wendy, sejak sepuluh tahun lalu. Aku tahu perusahaan itu sangat berarti buat Wendy karena neneknya membangun itu dengan susah payah sejak pertama kali mengetahui Wendy tertarik dengan tata busana. Karena itu aku akan mengambil alih perusahaan itu supaya aku bisa menguasai Wendy dan menyingkirkan semua orang yang berpotensi mendekati Wendy di kantor. Tapi, tujuan utamanya tentu saja untuk menjebaknya dalam pernikahan. Dengan kebangkrutan Nenek Marina, beliau tidak memiliki pilihan selain meminta bantuan Ayah. Dan aku yakin seribu persen, ayah pasti akan memberikan syarat pernikahan jika Wendy ingin beliau membantu perusahaan neneknya. Rencana penjebakkan yang hebat bukan? Aku akan mendapatkan Wendy, tanpa terlihat aku menginginkannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD